Bila ada pertanyaan kepada kita, “Apakah Anda berani melempar sepatu ke muka Obama kalau ia jadi datang ke Indonesia?” Nampaknya masih banyak yang sedikit mengerenyitkan dahi tanda ragu. Karena jangankan melempar sepatu ke (atau bahkan membunuh) Obama, sang pembantai saudara-saudara muslim kita di belahan timur dunia, mengingatkan teman sendiri yang sedang pacaran di pojok kampus saja masih enggan. Entah karena takut (dikatakan sok alim?) atau memang tidak sadar bahwa itu bagian dari ‘amar ma’ruf nahyi munkar.
Sepatutnyalah kita bercermin pada seorang Ali bin Abi Thalib ra. Ia
adalah sahabat Rasul yang sangat takut kepada Allah dan sangat berharap
memperoleh ridha-Nya. Ali, khulafaurrasyidin yang ke-empat ini memeluk
Islam ketika ia berusia sepuluh tahun, seorang pemuda yang pertama kali
masuk Islam.
Rasulullah
memberinya gelar Harimau Padang Pasir karena keberaniannya yang luar
biasa dan ketabahannya. Ini terbukti saat perjalanan Rasulullah hijrah.
Ali bersedia menggantikan Rasulullah dengan mengelabui kaum kafir
quraisy, terlentang di tempat tidur Rasulullah dengan diselimuti
badannya. Padahal jelas resikonya adalah nyawanya sendiri, karena kaum
kafir quraisy berniat membunuh Nabi Muhammad SAW.
Ali
juga dikenal sebagai prajurit berkuda yang tidak ada tandingannya,
seorang pemuda yang gagah dan ditakuti oleh prajurit-prajurit berkuda
lainnya (dari kalangan musuh). Di antara kisah keberaniannya adalah
diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq dari Abdullah bin Al-hasan, dari
beberapa keluarganya, dari Abu Rafi’ maula Rasulullah berkata,
“kami keluar untuk berperang bersama Ali bin Abi Thalib saat Rasulullah
mempercayakannya untuk membawa bendera beliau pada perang Khaibar.”
Rasulullah bersabda, “sungguh aku akan memberikan bendera (perang)
kepada seorang yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.”
Pada
perang khandak, Ali ra. menampakkan dirinya sebagai sosok pemberani
sejati. Dalam perang itu, tentara Islam membuat strategi dengan menggali
parit di sekeliling kota madinah untuk menghalangi pihak musuh masuk ke
dalam kota. Namun beberapa orang pahlawan musuh, yakni Amru bin Abu
Walid, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Dirar bin Khaththab berhasil
menyeberangi parit dengan kuda mereka. Ketika itu juga Amru bin Abu
Walid menantang tentara Islam untuk beradu kekuatan dengannya.
“Saya
terima tantanganmu!” jawab Ali ra. dengan cepat. Namun Rasulullah
menghalangi Ali ra. untuk melawan Amru bin Abu Walid yang sudah terkenal
sebagai pahlawan musuh yang gagah berani dalam menghadapi lawannya.
Bisa saja Ali yang masih kecil mati dengan sekali tebasan lelaki perkasa
itu. Namun Ali tetap bersikeras.
“Wahai
Rasulullah, walaupun dia adalah Amru bin Abu Walid, saya tidak akan
gentar bertarung dengannya. Izinkan saya bertarung dengannya.” Ali ra.
menyakinkan Rasulullah. Akhirnya Rasullah mengizinkan Ali ra. bertarung
dengan Amru bin Abu Walid seraya memberikan pedangnya kepada Ali ra. dan
berdo’a, “Ya Allah, lindungilah Ali bin Abi Thalib.”
Saat
mulai bertarung, Amru bin Abu Walid sempat meremehkan Ali ra. karena
menganggap Ali ra. bukan tandingannya. Lalu Ali ra. dengan tegas
berkata, “Saya berani membunuhmu karena Allah!” Amru bin Abu Walid pun
marah dan mengayunkan pedangnya ke arah Ali ra., namun hanya terkena
perisainya. Lalu dengan ayunan yang sangat kuat Ali menebas bahu Amru
bin Abu Walid dengan pedangnya. Amru bin Abu Walid pun tersungkur dan
mati seketika itu juga.
0 komentar:
Post a Comment