Ummu Sulaim ra.
Ibnu
Ishaq mengatakan Abdulloh bin Abu Bakr berkata kepadanya bahwa
Rosululloh SAW menoleh, kemudian melihat Ummu Sulaim binti Milhan yang
ketika itu ikut berperang bersama suaminya, Abu Tholhah.
Ummu
Sulaim mengikat pinggangnya dengan kain burdahnya, yang ia sedang
mengandung Abdulloh bin Abu Tholhah, dan menaiki onta milik Abu Tholhah.
Ia khawatir terlempar dari ontanya, untuk itu, ia mendekatkan kepala
unta kepadanya dan masukkan tangannya ke gelang di sisi hidung onta.
Rosululloh SAW bersabda kepada Ummu Sulaim, "Hai, Ummu Sulaim." Ummu
Sulaim berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rosululloh! Aku
akan membunuh mereka yang melarikan diri darimu sebagaimana engkau
membunuh orang-orang yang memerangimu, karena mereka layak
mendapatkannya."
Rosululloh SAW bersabda, "Bukanlah Alloh sudah cukup, wahai Ummu Sulaim?"
Ketika
itu, Ummu Sulaim hanya membawa pisau. Abu Tholhah berkata kepada Ummu
Sulaim. "Kenapa engkau membawa pisau seperti ini, hai Ummu Sulaim?" Ummu
Sulaim menjawab, "Pisau ini sengaja aku bawa. Jika salah seorang kaum
musyrikin mendekat kepadaku, aku akan menikamnya dengan pisau ini." Abu
Tholhah berkata, "Wahai Rosululloh, tidakkah engkau dengar apa yang
dikatakan Ummu Sulaim Ar Rumaisha?"
Tidakkah engkau mendengar wahai para muslimat!
Dinukil dari kitab Siroh Ibnu Hisyam hal. 416.
Shofiyyah binti Abdul Mutholib
Shofiyyah binti Abdul Mutholib
Ibnu
Ishaq berkata, "Yahya bin Abbad bin Abdulloh bin Az Zubair berkata
kepadaku dari ayahnya yaitu Abbad yang berkata bahwa Shofiyyah binti
Abdul Muthollib ra berada di benteng tinggi milik Hasan bin Tsabit.
Shofiyyah binti Abdul Mutholib berkata, 'Hassan bin Tsabit berada di
benteng tersebut bersama para wanita dan anak-anak. Tiba-tiba salah
seorang Yahudi berjalan melewati kami mengelilingi benteng. Bani
Quroidhoh telah mengumumkan perang dan membatalkan perjanjian dengan
Rosululloh SAW. Tidak ada seorangpun yang bisa melindungi kami dari
mereka, karena Rosululloh SAW dan kaum muslimin sedang menghadapi musuh
hingga tidak bisa pergi ke tempat kami jika seseorang datang menyerang
kami.
Aku
berkata, "Hai Hassan, orang Yahudi ini seperti engkau lihat
mengelilingi benteng. Demi Alloh, aku khawatir ia menyebarkan aurat kita
kepada orang-orang Yahudi di belakang kita. Rosululloh SAW dan
sahabat-sahabatnya sibuk hingga tidak bisa mengurusi kita, oleh Karena
itu, turunlah engkau kepadanya dan bunuhlah dia!" Hassan bin Tsabit
berkata, "Semoga Alloh mengampuni dosa-dosamu, hai anak Abdul Muthollib,
demi Alloh, engkau tahu bahwa aku tidak ahli untuk tugas tersebut."
Ketika
Hassan bin Tsabit berkata seperti itu dan aku tidak melihat sesuatu
padanya, aku mengencangkan kainku, kemudian mengambil tongkat besi.
Setelah itu, aku turun dari benteng menuju orang yahudi tersebut dan
memukulnya dengan tongkat besiku hingga tewas. Setelah membunuhnya aku
naik ke atas benteng dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, "Hai Hassan,
turunlah engkau ke jenazah orang Yahudi tersebut, kemudian ambillah apa
yang dikenakannya, karena tidak ada yang menghalangiku untuk mengambil
apa yang ia kenakannya, melainkan ia orang laki-laki." Hassan bin Tsabit
berkata, "Aku tidak butuh untuk mengabil barang-barangnya, hai putri
Abdul Mutholib."
Kesabaran Shofiyyah
Ibnu
Ishaq berkata, "Shofiyyah binti Abdul Mutholib - seperti dikatakan
kepadaku - datang untuk melihat Hamzah bin Abdul Mutholib, saudara
sekandungnya. Rosululloh SAW bersabda kepada anak Shofiyyah, Az Zubair
bin Awwam, "Temui ibumu dan suruh dia pulang agar tidak melihat apa yang
terjadi pada saudaranya." Az Zubair bin Al Awwam berkata kepada ibunya,
Shofiyyah, "Ibu, sesungguhnya Rosululloh SAW menyuruhmu pulang."
Shofiyyah berkata, "Kenapa Rosululloh SAW menyuruhku pulang, padahal aku
mendapat informasi bahwa saudaraku dicincang-cincang dan itu terjadi di
jalan Alloh?
Tidak
ada yang melegakanku selain itu. Aku pasti mengharap pahala Alloh dan
pasti bersabar insyaAlloh." Az Zubair bin Al Awwam menghadap Rosululloh
SAW dan menceritakan hasil pertemuan dengan ibunya, kemudian beliau
bersabda, "Biarkan dia!" Shofiyyah pun datang ke jenasah saudaranya,
Hamzah bin Abdul Mutholib, kemudian melihat, menyolatinya, istirja'
(mengucapkan inna lillahi wa inna ilahi rojiun), dan memintakan ampun
untuknya. Setelah itu Rosululloh SAW memerintahkan pemakaman jenazah
Hamzah bin Abdul Mutholib." (Siroh ibnu Hisyam II/62)
Seorang wanita dari Bani Ghiffar.
Ibnu
Ishaq mengatakan, bahwa Sulaiman bin Suhaim berkata kepadanya dari
Umaiyyah binti Abu Ash Shalt dari seorang wanita dari Bani Ghifar yang
berkata, "Aku datang kepada Rosululloh bersama rombongan wanita dari
Bani Ghifar dan berkata, "Wahai Rosululloh, kami ingin keluar bersamamu
ke tempat yang engkau tuju - ketika beliau sedang berangkat ke Khoibar
-, agar kami bisa mengobati orang-orang yang terluka dan membantu kaum
muslimin semampu kami." Rosululloh SAW bersabda,"Dengan berkah Alloh,
silahkan." Kami pun berangkat bersama beliau.
Ketika
itu, aku gadis yang baru menginjak usia dewasa. Rosululloh SAW
menempatkanku di kantong pelana kudanya. Demi Alloh beliau turun dari
unta hingga waktu subuh dan menghentikan untanya. Aku pun turun dari
kantong pelana unta beliau ternyata di dalamnya terdapat darah. Itulah
darah haidku yang pertama kali. Aku melompat ke arah unta dan merasa
malu.
Ketika
beliau melihatku dan melihat darah, beliau bersabda, "apa yang terjadi
denganmu, barangkali engkau baru haid?" Aku menjawab, "Ya." Beliau
bersabda, "Perbaikilah dirimu, ambillah tempat air, masukkan garam ke
dalamnya, besihkan kantong pelana unta yang terkena darah dengan air
tersebut, kemudian kembalilah ke kendaraanmu." Ketika Rosululloh SAW
berhasil menaklukkan Khoibar, beliau memberi kami sedikit dari harta
fay'I, mengambil kalung yang kalian lihat dileherku ini, memberikannya
kepadaku, dan memasangkannya ke leherku. Demi Alloh kalung ini tidak
berpisah denganku selama-lamanya." (Siroh Ibnu Hisyam II/311).
Seorang wanita dari Bani Dinar.
Ibnu
Ishaq berkata, "Abdul Wahid bin Abu Aun berkata kepadaku dari Ismail
bin Muhammad bin Sa'ad bin Abu Waqqosh yang berkata, "Rosululloh SAW
berjalan melewati seorang wanita Bani Dinar yang kehilangan suami,
saudara dan ayahnya di perang Uhud. Ketika kesyahidan ketiganya
disampaikan kepadanya, ia berkata, "Bagaimana dengan kabar Rosululloh
SAW?" Para sahabat berkata. "Beliau baik-baik saja, hai ibu si Fulan.
Beliau alhamdulillah seperti yang engkau inginkan." Wanita dari Bani
Dinar tersebut berkata, "Perlihatkan Rosululloh SAW agar aku bisa
melihat beliau!" wanita tersebut pun dibawa kepada Rosululloh SAW.
Sesudah melihatnya, ia berkata, "Semua musibah sesudahmu itu kecil tidak
ada artinya.".
(Siroh Ibnu Hisyam II/65).
(Siroh Ibnu Hisyam II/65).
Seorang
wanita kalangan bani Abdud Daar ketika sampai kepadanya kabar
kesyahidan suaminya dan saudaranya serta bapaknya, lalu dia berkata:
"Apa yang terjadi dengan Rosululloh SAW?" Mereka berkata: "Dia baik-baik
saja". Wanita tersebut berkata: "Setiap musibah selain pada dirimu
wahai Rosululloh SAW adalah kecil" artinya "remeh dan sepele".
Rubai' binti Muawwidz
Telah
disebutkan di dalam hadits shohih dari Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh
Al Bukhori dari Rubai' binti Muawwidz ra dia berkata: "Kami berperang
bersama Nabi SAW, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka,
mengembalikan yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah".
Asma' binti Abu Bakar
Asma' binti Abu Bakar
Ibnu
Ishaq berkata, "Tak ketinggalan, Asma binti Abu Bakr rodliyallohu
'anha. juga mengirim makanan yang dibutuhkan oleh keduanya di waktu
sore. Asma berkata, `Ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
keluar bersama Abu Bakar, kami didatangi oleh beberapa orang Quraisy, di
antara mereka ada Abu Jahal bin Hisyam, mereka berdiri di depan pintu
rumah Abu Bakar, maka aku keluar menemui mereka. Mereka berkata, "Di
mana ayahmu, hai putri Abu Bakar?" aku katakan, "Demi Alloh saya tidak
tahu di mana ayahku?" Asma melanjutkan, `Lalu Abu Jahal mengangkat
tangannya --- padahal dia adalah orang yang jahat lagi bengis --- lantas
ia tampar pipiku hingga anting-antingku terlempar, baru kemudian mereka
pergi.
Ibnu
Ishaq berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abbad bin
`Abdulloh bin Zubair bahwa ayahnya bercerita tentang neneknya, Asma, ia
berkata: "Tatkala Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar
bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa seluruh hartanya yang berjumlah
lima ribu atau enam ribu dirham, ia pergi dengan membawa semua harta
tadi.
Asma
melanjutkan, "Kemudian kakekku, Abu Quhafah masuk menemui kami, saat
itu beliau sudah buta, ia mengatakan, `Demi Alloh, sungguh aku melihat
Abu Bakar telah membuat kalian sedih dengan harta dan diri yang ia
bawa." Aku menimpali, "Sama sekali tidak wahai Abah! Beliau justeru
telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Asma berkata lagi,
"Kemudian aku mengambil banyak batu lalu kutaruh di dalam sebuah kantong
di dalam rumah yang biasa ayahku menaruh hartanya, kemudian aku
letakkan kain di atasnya dan kutarik tangan kakekku, aku katakan, "Hai
abah, letakkan tanganmu di atas harta ini."
Asma
melanjutkan, "Maka iapun meletakkan tangannya di atasnya lalu berkata,
"Tidak apa-apa, kalau ia meninggalkan harta seperti ini buat kalian,
berarti ia telah berbuat baik dan ini cukup bagi kalian." Padahal, demi
Alloh, ayahku tidak meninggalkan apa-apa buat kami, tapi saya hanya
ingin menenangkan orang tua ini.
'Aisyah
berkata: Dan kami mempersiapkan keduanya dengan persiapan yang paling
cepat, dan kami letakkan rangsum makanan untuk keduanya di dalam sebuah
kantong kulit. Lalu Asma' binti Abi Bakar memotong ikat pinggangnya
kemudian ia ikat kantong kulit tersebut dengannya. Lalu Asma' bin ti Abi
Bakar memotong ikat penggangnya lagi untuk ia jadikan tali pada mulut
geriba (tempat air / susu yang terbuat dari kulit). Oleh karena itulah
Asma' binti Abi Bakar dijuluki dengan Dzatun Nithoqoin (yang memiliki
dua ikat pinggang).
0 komentar:
Post a Comment