Tuesday, December 13, 2011

Nama yang BerseNandung

Bismillah...

Sekian tahun lamanya keluarga ini menantikan kehadiran sang buah hati, telah banyak linangan air mata menghantar setiap do'anya namun tatkala penantian itu terjawab Allah kembali menguji keimanannya. Ia pergi dari kampung halamannya,,, melangkahkan kaki walau terasa amat berat.
Arah yang ditujunya kini adalah jalan kafilah yang berhadapan dengan Laut Merah antara Yaman dan Palestina - daerah yang membentang bukit-bukit barisan sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas, yang hampir terkepung oleh bukit-bukit itu kalau tidak dibuka oleh tiga buah jalan pertama jalan menuju ke Yaman, yang kedua jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah, yang ketiga jalan yang menuju ke Palestina.
yach,,, dalam kepungan bebukitan itulah Mekkah berada, lembah dimana Ia harus meninggalkan istri dan buah hatinya. Lembah dimana tak seorang pun berniat untuk menetap disana. Dan dalam ketidak pastian itu, Ia tetap harus meninggalkan mereka berdua dilembah tersebut walau perih demikian membuat hatinya jerih bahkan ketika bayangan maut mengintai keduanya namun tak jua menggoyahkan ketaatan pada_Nya.
Selang beberapa tahun kemudian,,, Sang putra kini telah tumbuh dewasa, dia bukan lagi bayi kecil nan mungil yang ditinggalkan sang ayah bersama ibunya di tengah lembah tak berpenghuni. Wilayah tempat mereka ditinggalkan pun sudah lebih maju dari sebelumnya. Kini sang anak sudah mampu membersamai langkah sang ayah dalam menunaikan kewajiban dari sang Khalik.Kini mereka kembali bersua,,, keluarga itu kembali dipersatukan.
Namun apakah yang menggundahkan hatimu wahai utusan Allah?? Bukankah telah lunas kerinduanmu pada keluarga yang dulu kau tinggalkan di lembah gersang ini?? Terbayar sudah kenelangsaan yang selama ini engkau rasakan. Tidakkah telah terobati dahaga kerinduanmu pada sang putra dan ibunya?? Jadi apakah sebenarnya yang menggelisahkan batinmu?? Hmmm,,, kini aQ mengerti, ini tentang pengorbanan dan penebusan itu, kegelisahan itu berawal dari mimpimu. Mimpi tentang perintah untuk menjadikan putramu sebagai kurban dengan menyembelihnya. Pagi itu,,, berangkatlah Ia bersama putranya "Oh anakku,,, dalam tidur aQ bermimpi, bahwa aQ menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?" Sang anak menyambut pertanyaan itu dengan wajah seterang purnama seraya menjawab "Wahai ayahQ,,, laksanakanlah apa yang diperintahkan padamu. Jika Allah menghendaki akan engkau dapati diriQ dalam kesabaran"Siapapun pasti akan risau bahkan berduka tatkala putra semata wayangnya harus diqurbankan sebagai bukti keimanannya pada sang Pencipta.
Namun demikian Ia tetap yakin bahwa semua ini tidaklah sia-sia. Subhanallah,,,, iman setebal apa yang dimiliki ke dua makhluk-Mu ini ya Rahmaaan?? Kesabaran seperti apa yang menghiasi keluarga ini sehingga mereka mampu menghadapi ujian seberat ini?? Qt benar-benar dibuat takjub oleh kekuatan ciNta keduanya pada sang Khalik... Tak terbayangkan suasana mengharu biru tatkala Ibrahim hendak menuaikan perintah Allah, situasi menegang bergejolak dalam diri sang ayah, keraguan pun seketika menggelayut dalam benaknya namun setiap kali setan berusaha mencari cela, Ibrahim selalu menepisnya. Mereka telah berserah diri pada Allah, kecintaan mereka pada Sang Rahman jauh lebih besar. Tatkala keduanya telah siap, Ibrahim mulai membaringkan sang putra, mata pisau pun siap menjadi saksi hari yang agung ini . Namun,,, sebuah suara memanggilnya,,, menghentikan setiap geraknya. " Hai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu" Seberapa besar lega hatimu kala itu, seekor binatang telah menggantikan putramu untuk dijadikan qurban.
Akhirnya Allah menjadikan itu sebagai solusi dari setiap keikhlasan hatimu,,, Haru biru telah memenuhi relung hatimu dan putramu,,, gemuruh duka kini menjelma samudra kebahagiaan,,, gelombang ujian kini telah pecah dalam hantaman badai tekad yang bergemuruh. Semua bangsa telah engkau gemparkan dalam bingkai ketaqwaanmu,,, setiap jiwa kini mengerti arti ciNta walau tak satupun jiwa mampu menandingi kebesaran ciNtamu,,, Engkaulah ayah yang senandung namanya menggema hingga kini,,, engkaulah ayah yang memiliki putra teramat membanggakan,,, keluargamu adalah teladan bagi keimanan kami,,, kisah yang telah terbingkai indah di hati setiap manusia dalam nuansa keunikan,,, kisahmu akan selalu dikenang dalam lembaran-lembaran kitab dan kepribadianmu tertutur dalam keseriusan makna. Menjadi kisah yang mengembara sendirian dalam peradaban manusia.

SahaBat NuraNi


Bismillah..

Rabbi....
Engkau Maha indah, dan cinta akan keindahan
Engkau indahkan cinta dimataQ
demikian berkilaunya sampai silau aQ melihatnya
hampir tak sanggup Q serap hakikatnya
nyaris terlena jiwa ini karenanya
hanya karena kasih_Mu
kini, Engkau hiaskan cinta itu dihatiQ

jadikan cintaQ pada_Mu ya Allah...
berhenti dititik ketaatan
meloncati rasa suka & tak suka
karena aQ tau
menaati_Mu dalam hal yg tak Q sukai
adalah kepayahan, perjuangan & gemilang pahala
karena seringkali ketidaksukaanQ
hanyalah bagian dari ketidaktahuanQ

Ya Allah...
jika jodohQ adalah potongan rusukQ,
mudahkanlah jalanQ menjalaninya
jika telah Engkau tetapkan dia bagiQ
lima puluh ribu tahun sebelum Engkau ciptakan segala sesuatu,
bukakan tabir hatiQ memahaminya. Jika dia adalah taqdir_Mu bagiQ,
kuatkan diriQ menempuh terjal berliku
untuk meraihnya dengan izin & ridha_Mu

Ya Rahman,,, Apa pun yang aQ kumpulkan, cepat atau lambat pasti akan pergi. Harta yang Q miliki, kehormatan yang Q perjuang-kan, dan semua yang diakui sebagai milik sendiri selalu mencari jalan keluar dari genggaman.

Ibaratnya,,, arus sungai yang rindu akan lautnya.
Sekuat apapun bendungan menghadang, air akan menemukan celah untuk meneruskan tetesannya.
Atau, angin akan mengangkat mereka ke awan-awan tebal dan menjatuhkannya ke atas samudera.
Apa pun yang terjadi, semua itu akan pergi.

Jika toh mereka tak meninggalkanQ, suatu saat aQlah yang akan

meninggalkan mereka. aQ akan meninggalkan semua itu.

Karenanya,,, Q tak ingin terburu mengaku beruntung atas segunung harta atau

selangit kehormatan yang ada. Di saat semua itu pergi, tak selalu

pantas aQ meratapinya sebagai kemalangan.

Maka, tak ada yang lebih baik selain selalu bersiap melepaskan.

Bagi bendungan, tekanan arus air adalah beban berat. BagiQ, tumpukan

harta tak kalah beratnya. Maka, bila ia harus pergi, maka Q relakan kepergiannya.

Ini kan membuat hati jauh lebih lapang dan ringan

ya Allah....
hati hamba-hamba_Mu
ada diantara jari tangan_Mu.
gerak geriknya ada dalam kuasa_Mu
wahai dzat yg membolak-balikkan hati,
kukuhkan hati kami diatas agama_Mu
wahai dzat yg mengarahkan hati,
arahkan hati kami diatas ketaatan kepada_Mu & Rasul_Mu

~•♥•~Apa Kabar, Jodohku?~•♥•~

Bismillah

Apa kabar jodohku?
Apakah kau juga sedang terjaga malam ini?
Apakah kau juga sedang memanjatkan doa kepada Ilahi di sepertiga malam ini?
Dan apakah mulut dan hatimu terus menerus berzikir disaat ini?
Begitu sangat aku merindukanmu, wahai jodohku....
Berharap kau segera datang menjemputku.
Tapi mungkin saat ini belum saatnya yang tepat untuk kita bertemu.
Walau aku sungguh mau, Walau aku sungguh ingin,
Namun takdir kehidupan mengharuskan kita untuk berjalan lebih lama dan masih banyak kewajiban yang harus kita emban dan kita lakukan.

Apa kabar jodohku?
Apakah kebaikan sedang melingkupi hatimu saat ini?
Apakah kedamaian bersama Allah sang maha pengasih telah mengisi hari- harimu hingga kini?
Bagaimana dengan Quranmu?.
Sudahkah kau berakrab dengannya hari ini?
Ceritakanlah kepadaku..
Aku berharap bisa mendengarnya. ..

Apa kabar jodohku?
Sehatkah kau saat ini?
Lalu episode apa yang sedang kau jalani sekarang?
Jujur, rasanya lelah aku menunggumu.
Sampai- sampai aku berharap,
Ketika mata ini terbuka, kau telah berada duduk disebelahku,
Kau tersenyum dan membangunkan aku.
Bersama kita bertafakur serta bersujud kepadanya.

Apa kabar jodohku?
Berat hati ini menantikanmu, gelisah pula hati ini memikirkanmu.
Jika saja sekarang kita telah halal dalam ikatan suci,
Aku akan merawatmu dengan penuh kasih sayang.
Maka doakanlah...
Agar aku sabar menunggu, agar kau pun juga bersabar menunggu. Tenanglah....
Aku disini masih bersabar menanti mu, maka kaupun seharusnya begitu.

Jodohku...
Bilakah kita akan bertemu?
Pasti kita akan bertemu.
Namun sekarang, bahagiakanlah dahulu orang tua dan orang- orang yang menyanyangimu.
Namun sekarang, penuhilah dahulu segala kewajibanmu.
Dan perbaikilah kekuranganmu.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
Disaat dan waktu yang tepat

Jodohku....
Aku yakin, bila laki- laki yang baik adalah untuk wanita yang baik dan wanita yang baik adalah untuk laki- laki yang baik.
Maka bisakah kau bantu aku dengan doamu, agar aku mampu membaikkan dan memperbaiki diriku?
Dan, sudahkah kau sendiri berdoa dan berusaha agar hidup dan dirimu terasa lebih baik?
Semoga kelak saat kita bertemu, aku dapat menjadi hadiah untukmu.
Seorang istri yang senantiasa menyenangkanmu.
Semoga di akhir penantian kita nanti,
Kebahagiaan dan kedewasaan batin dari sebuah pribadi, sudah kita miliki.

Jodohku...
Semoga kau tak selalu memenuhi hari dan hatimu hanya dengan aku.
Semoga tetaplah Allah yang menjadi raja di kalbumu.
Dan doakanlah agar akupun berlaku yang sama.
Agar pertemuan kita nanti benar-benar berada dalam ridhoNya.

Jodohku...
Jangan risau dengan lamanya waktu,
karena aku insyaAllah adalah sebuah kepastian untukmu.
Bukankah kau juga yakin bahwa Allah menciptakan makhluknya berpasang- pasangan?.
Maka jangan risau dengan lamanya menunggu.
Jangan pula kau belokkan arah hidupmu pada keputusasaan.
Yakinlah, semua hanya masalah waktu.
Waktu yang pasti akan ada ujungnya.
Dan karena Allah tidaklah sedang mendholimi hambanya.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
disaat dan waktu yang tepat.

Ummati..ummati..ummati



Bismillah....
Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Aku wariskan pada kalian dua hal, Al-Qur’an dan As-Sunnah. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersamaku.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian meninggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?”, “Umatku, umatku, umatku”
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Bagaimana dengan kita sahabat?? Tanya dan jawablah sendiri…

Alangkah indahnya hidup ini..Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku..Kerna pancaran ketenanganmu
Alangkah indahnya hidup ini..Andai dapat kukucup tanganmu
Moga menaglir keberkatan dalam diriku..Untuk mengikut jejak langkahmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah..Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah ya Habiballah..Kami rindu padamu
Allahumma Sholli Ala Muhammad
Ya Rabbi Sholli Alaihi Wasallim..Alangkah indahnya hidup ini
andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan..hanya tuhan saja yang tahu
Kutahu cintamu kepada umat..Umati kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami
Ya Rasulullah Ya Habiballah..Terimalah kami sebaga umatmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah..Kurniakanlah syafaatmu

Wallahu’alam bi shawwab.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More