Saturday, August 6, 2011

William Suhaib Webb,Mualaf Muda yang Menjadi "Duta" Islam di AS

Sebagai seorang mualaf, William Suhaib Webb mengakui tidak gampang baginya hidup di tengah masyarakat non-Muslim di AS. Namun ia berusaha untuk menunjukkan citra Islam yang sebenarnya dan menciptakan kehidupan beragama yang harmonis di tengah makin menguatnya kecurigaan dan Islamofobia di kalangan masyarakat AS.
"Sebagai mualaf yang masih berusia muda, saya tidak sepenuhnya nyaman untuk menjadi siapa saya yang sebenarnya. Saya mengadopsi budaya berbeda, dan saya tidak dibesarkan dengan budaya itu,"" kata Webb dalam wawancara telepon dengan Reuters.
Webb yang kini berusia 38 tahun, masuk Islam di awal tahun 1990-an. Keinginannya yang besar untuk menggali ilmu tentang Islam, membuatnya memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah.
"Saya datang ke Timur Tengah dengan euforia yang tinggi dan konsep-konsep yang utopis," tutur Webb yang sekarang menjadi imam di sebuah masjid di AS dan mengelola situs untuk anak muda Muslim.
Webb belajar syariah Islam di Universitas Al-Azhar, Mesir. Saat belajar di Al-Azhar ia menyadari ada kesalahpahaman yang salah tentang agama Islam yang baru dipeluknya. "Begitu saya belajar syariah, saya mulai menyadari bahwa ... wah, saya sudah salah memahaminya, dan saya benar-benar ingin merasa nyaman dengan siapa saya dan dengan merangkul diri saya sebagai seorang pribadi manusia," tukas Webb.
Semangatnya mempelajari Islam dan aktivitasnya sebagai seorang mualaf, terutama di kalangan anak muda selama lebih dari satu dekade, membuahkan hasil dan pada tahun 2010, Webb terpilih sebagai salah satu dari 500 orang "Most Influential Muslims in the World" oleh sebuah lembaga think-tank Islam di AS.
Selain membina anak-anak muda Muslim, Webb juga dikenal sebagai sosok yang membela hak-hak kaum perempuan dan aktif melibatkan komunitas agama dalam berbagai kegiatan.
Webb menyatakan, radikalisasi tumbuh subur di AS ketika Muslim dan non-Muslim sama-sama meyakini bahwa Islam tidak sesuai dengan Amerika. "Muslim adalah bagian dari kekayaan budaya AS dan sudah menjadi bagian dari budaya kita lebih dari ...siapa yang tahu berapa lam," imbuh Webb.
Ia tidak menutup kemungkinan adanya ekstrimis yang membujuk anak-anak muda Muslim, menyesatkan mereka dari ajaran Islam yang sebenarnya. Di sisi lain, anak-anak muda Muslim juga diasingkan oleh non-Muslim karena pandangan mereka yang salah tentang Islam dan Muslim.
Isu radikalisme Muslim di AS mencuat kembali ketika Komite Dewan Keamanan Dalam Negeri Kongres AS menggelar rapat dengar pendapat tentang radikalisasi di kalangan Muslim AS yang digagas senator Peter King.
Keith Ellison, muslim pertama AS yang menjadi anggota Kongres mengecam rapat dengar pendapat itu dan meyatakan King secara tidak adil sudah menyamaratakan semua Muslim atas tindakan yang dilakukan segelintir Muslim radikal.
Isu Islam dan Muslim makin panas di AS, menyusul maraknya sikap antisyariah Islam di AS. Sedikitnya 13 negara bagian di AS menyatakan menolak penerapan syariah Islam. Belum lagi polemik rencana pembangunan masjid dan Islamic Center di dekat Ground Zero yang baru saja mereda.
Menurut Webb, semua permasalahan itu muncul karena kesalahpahaman sebagian besar masyarakat AS terhadap Islam dan Muslim. "Muslim Amerika, mau tidak mau harus bersentuhan dengan budaya Amerika, agar bisa memberikan jawaban pada budaya Amerika, tentang persoalan dalam budaya Amerika," tukasnya. (ln/oi/eramuslim)

Bagaimana Cara Bertawakal Kepada Alloh

Oleh : Syaikh Abdulaziz bin Abdillah bin Baaz – rohimahulloh -

Soalan:
Seorang penanya di kota Karkuk di Iraq berkata dalam pertanyaannya: Terjadi diskusi di tengah-tengah kami tentang masalah tawakal, apakah tawakal itu ada dengan (melakukan) berbagai sebab atau tanpa sebab. Karena kita mengetahui tentang tawakalnya sebagian orang-orang sholih, seperti tawakalnya Maryam yang mana dia kedatangan buah-buahan musim panas pada waktu musim dingin, dan sebaliknya. Padahal dia tidak melakukan sebab, bahkan dia mengonsentrasikan diri untuk ibadah. Maka berilah penjelasan kepada kami tentang hal itu, semoga Alloh memberkahi Anda.

Jawaban:
Tawakal mengandung dua hal;
Yang pertama adalah penyandaran diri kepada Alloh dan beriman bahwa Dia adalah yang menjadikan segala sebab, dan bahwa takdir-Nya pasti berlaku, dan Dialah yang menakdirkan segala perkara, dan Dialah yang menjaga dan menuliskannya, maha suci Dia dan maha tinggi.
Yang kedua adalah melaksanakan berbagai sebab.
Maka bukan termasuk tawakal, jika meninggalkan berbagai sebab. Akan tetapi tawakal itu adalah yang memadukan antara pelaksanaan sebab dan penyandaran diri kepada Alloh. Barangsiapa yang meninggalkannya, berarti dia telah menyelesihi syariat dan akal. Karena Alloh ‘azza wa jalla memerintahkan dan menganjurkan (kita) untuk melakukan sebab. Dia juga memerintahkan hal itu kepada rosul-Nya, dan menciptakan fitroh hamba-hambaNya untuk melakukan sebab.
Maka seorang mukmin tidak boleh meninggalkan sebab. Bahkan dia tidak akan menjadi seorang yang benar-benar bertawakal kecuali dengan melaksanakan sebab-sebab. Oleh karena itulah, Dia mensyariatkan nikah dan memerintahkan untuk menggauli (istri) dalam rangka untuk menjaga kehormatan diri dan untuk menghasilkan anak.
Seandainya ada seseorang yang berkata, aku tidak akan menikah dan aku akan menunggu diberikannya anak tanpa nikah, maka orang ini tentu dianggap sebagai orang yang gila. Ini bukanlah perkaranya orang-orang yang berakal. Demikian juga jika seseorang duduk saja di rumah atau di masjid mencari-cari sedekah, maka hal itu tidaklah disyariatkan dan tidak termasuk tawakal. Bahkan dia wajib berusaha untuk mencari rizki, bekerja, dan bersungguh-sungguh dengan adanya kemampuan atas hal itu.
Sedangkan Maryam, semoga Alloh merahmatinya, dia tidaklah meninggalkan sebab. Barangsiapa berkata demikian, maka dia telah salah. Dan Alloh telah berfirman kepadanya,
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا * فكلي واشربي
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, makan dan minumlah…” (Maryam: 25-26)
Ini adalah perintah kepadanya untuk melaksanakan sebab. Dan diapun menggoyangkan pohon kurma, dia telah melaksanakan sebab, dan berguguranlah kurma yang masak. Maka dalam perjalanan hidupnya tidak ada peninggalan sebab-sebab.
Adapun keberadaan rizki di sisinya dan bahwa Alloh memuliakannya dengan hal itu, serta memudahkan baginya sebagian rizki-rizki, maka ini tidak menunjukkan bahwa dia meninggalkan sebab-sebab. Bahkan dia beribadah dan melakukan berbagai sebab. Dan jika Alloh memberikan sesuatu berupa karomah kepada sebagian wali-waliNya dari kalangan orang beriman, maka ini adalah karunia dari-Nya subhanahu. Akan tetapi ini tidak menunjukkan bahwa mereka meninggalkan sebab-sebab.
Telah jelas dari Nabi kita – shollallohu ‘alaih wa sallam – bahwa beliau bersabda,
احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجزن
“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Alloh dan jangan bersikap lemah.”
Alloh subhanahu berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (al-Fatihah: 5)
Maka Alloh mensyariatkan kepada hamba-hambaNya untuk beribadah kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya. Dan keduanya adalah termasuk sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dan banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan hal tersebut.
[Majmu' Fatawa wa Maqolat Mutanawwi'ah, juz ke-empat]

Letak Kebahagiaan Bukan Pada Kemewahan Dunia

Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas Blackberry, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu? Simak tulisan berikut ini.
Kebahagiaan untuk Orang yang Beriman dan Beramal Sholeh
Saudaraku … Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman Allah Ta’ala berikut.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3). Kedua ayat ini menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba- Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Inilah empat tempat dalam Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.
Salah Satu Bukti
Seringkali kita mendengar nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Namanya begitu harum di tengah-tengah kaum muslimin karena pengaruh beliau dan  karyanya begitu banyak di tengah-tengah umat ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas.
Berikut adalah cerita dari murid beliau Ibnul Qayyim mengenai keadaannya yang penuh kesusahan, begitu juga keadaan yang penuh kesengsaraan di dalam penjara. Namun di balik itu, beliau termasuk orang yang paling berbahagia.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Allah Ta’ala pasti tahu bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala, yaitu berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari musuh-musuh beliau. Namun bersamaan dengan itu semua, aku dapati bahwa beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar kenikmatan hidup yang beliau rasakan. Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun sering mengatakan berulang kali pada Ibnul Qoyyim, “Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku.”
Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan tatkala beliau berada di dalam penjara, padahal di dalamnya penuh dengan kesulitan, namun beliau masih mengatakan, “Seandainya benteng ini dipenuhi dengan emas, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah mengatakan, “Sebenarnya orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan). ”
Bahkan dalam penjara pun, Syaikhul Islam masih sering memperbanyak do’a agar dapat banyak bersyukur pada Allah, yaitu do’a: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, aku meminta pertolongan agar dapat berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik pada-Mu). Masih sempat di saat sujud, beliau mengucapkan do’a ini. Padahal beliau sedang dalam belenggu, namun itulah kebahagiaan yang beliau rasakan.
Tatkala beliau masuk dalam sel penjara, hingga berada di balik dinding, beliau mengatakan,
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid: 13)
Itulah kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan yang kokoh. Kenikmatan seperti ini tidaklah pernah dirasakan oleh para raja dan juga pangeran.
Para salaf mengatakan,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ
Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”
Mendapatkan Surga Dunia
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.”
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.
Inilah surga dunia yang dirindukan oleh para pecinta surga akhirat.
Itulah saudaraku surga yang seharusnya engkau raih, dengan meraih kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, serta dibarengi dengan rasa takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.
Penutup
Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan memiliki istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak kebahagiaan adalah di dalam hati, yaitu hati yang memiliki keimanan, yang selalu merasa cukup dan selalu bersandar pada Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan memberikan kita surga dunia yaitu dengan memiliki hati yang selalu bersandar pada-Nya.
Hati yang selalu merasa cukup itulah yang lebih utama dari harta yang begitu melimpah.
Alhamdulillahilladz i bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi  wa sallam.

MEMAHAMI ISLAM MELALUI AKAL “???”

 




Lihatlah sekeliling anda dari tempat duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala sesuatu di ruang ini adalah “buatan”: dindingnya, pelapisnya, atapnya, kursi tempat duduk anda, gelas di atas meja dan pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang berada di ruang anda dengan kehendak mereka sendiri. Gulungan tikar sederhana pun dibuat oleh seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.
Orang yang hendak membaca buku mengetahui bahwa buku ini ditulis oleh pengarangnya karena alasan tertentu. Tak pernah terpikir olehnya bahwa barangkali buku ini muncul secara kebetulan. Begitu pula, orang yang memandang suatu pahatan tidak sangsi sama sekali bahwa pahatan ini dibuat oleh seorang pemahat. Hal ini bukan mengenai karya seni saja: batu bata yang bertumpukan pun pasti dikira oleh siapa saja bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun oleh seseorang dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat suatu keteraturan—entah besar entah kecil—pasti ada penyusun dan pelindung keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan orang yang mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak berbeda daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk asam-asam amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein secara kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa, karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia di dunia ini.
Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini timbul secara kebetulan bila keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata telanjang? Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara cermat dan menciptakan semuanya?
Ia tidak mungkin zat material yang hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta Yang Mahakuasa ialah yang mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir.
Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.
Meskipun kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji senimannya panjang-lebar perihal keindahan karya seninya. Walau ada kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak keaslian yang menggambarkan hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak mengakui keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini. Sesungguhnya, penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk memahami keberadaan Allah. Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di suatu ruang sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk menyadari keberadaan Allah.
Tubuh manusia menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu semua sudah memadai untuk memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh Dia.
Tubuh manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah tidak. Dunia ini mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme uniseluler hingga tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung hingga manusia. Jika anda menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini pun anda bisa menemukan banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak makhluk hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi perut semua makhluk hidup terdapat jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang membantu pencernaan. Populasi hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada populasi manusia. Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora, kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri. Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang serumit itu.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam semesta.
Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun demikian, mereka masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati hati sanubari mereka meyakininya” (Surat an-Naml, 14), sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an.

Untukmu wahai muslimah?

Diterjemahkan dari kitab Ilaa Mataa Al Ghaflah karya Abu Umar Salim al Ajmi’
oleh Nafisah bintu Abi Salim -semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik-
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi termulia, pemuka para rasul. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya.
Saudariku muslimah…
Ketahuilah, kesulitan yang menimpa umat Islam saat ini merupakan adzab dari Allah. Adzab tersebut tidaklah turun kecuali disebabkan dosa-dosa para hamba, yang dengan itu diharapkan mereka mau bertaubat kepada Rabb mereka dan mau kembali kepada-Nya.
Dalam tulisan ringkas ini kami ingin menjelaskan sebagian sebab yang menyampaikan kita pada apa yang kita alami sekarang ini, agar kita mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan.
Pertama, dosa-dosa dan kemaksiatan
Tidak diragukan lagi bahwa dosa dan kemaksiatan termasuk sebab terbesar yang menyampaikan umat terdahulu pada kebinasaan. Ali radhiyallahu’anhu berkata: “Tidaklah turun bala (siksaan) kecuali karena dosa, dan bala tersebut tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”
Ketika bala menimpa suatu kaum, tak ada satupun usaha manusia yang mampu menahannya, meski ada orang-orang shalih ada diantara mereka, adzab tetap meliputi. Sebagaimana ucapan Zainab kepada Nabi: “Apakah kita akan dibinasakan sedangkan ada orang-orang shalih diantara kita?” Nabi bersabda: “Ya, apabila telah banyak kejelekan.” (HR. Bukhari no. 7059 dan Muslim no. 2880)
Pada umat ini pun ada orang-orang shalih, akan tetapi banyak pula tersebar kejelekan. Oleh karena itu hendaknya orang-orang yang memiliki akal menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan agar Allah tidak memasukkan dirinya ke dalam adzab-Nya yang pedih dan tidak menghadapkan dirinya kepada kemurkaan Allah.
Berapa banyak penduduk negeri yang berada dalam keamanan dan ketenangan, mereka diberi nikmat dengan makmurnya kehidupan kemudian Allah membinasakan dan mengubah keadaan mereka. Allah ganti nikmat tersebut dengan kelaparan dan rasa aman dengan ketakutan disebabkan dosa dan kemaksiatan.
Allah berfirman (yang artinya): “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rezeki datang kepada mereka melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nahl:112)
Maka perhatikanlah kelembutan sifat Allah dan perhatikan bagaimana Allah mengubah keadaan mereka. Semua itu disebabkan dosa dan kemaksiatan hamba.
Kedua, lemahnya ketakwaan
Ketahuilah wahai Saudariku, semoga Allah merahmatimu.
Lemahnya takwa dalam hati juga merupakan sebab yang mengantarkan kepada kebinasaan dan hilangnya kenikmatan serta berubahnya keadaan yang paling baik menjadi yang paling buruk. Lemahnya takwa termasuk sebab datangnya murka Allah.
Dia yang Maha Suci berfirman (yang artinya): “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka karena perbuatan mereka itu.” (QS. Al A’raf: 96)
Ketiga, merajalelanya kerusakan
Merajalelanya bermacam-macam perbuatan dosa, seperti wanita menampakkan perhiasan (aurat) nya di depan laki-laki yang bukan mahram, bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang buka mahram tanpa hijab yang syar’i, banyaknya perzianaan, ditinggalkannya shalat dan zakat, banyaknya riba, homo seks, dan sebagainya termasuk sebab turunnya bala pada umat ini. Ketika perbuatan tersebut dilakukan terang-terangan dalam suatu kaum dan disiarkan sampai merata di kalangan mereka, maka dipastikan akan turun adzab. Allah berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 41 (yang artinya): “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali.”
Bila Allah ingin membinasakan suatu kaum, Allah jadikan orang-orang yang paling jahat diantara mereka bertambah kefasikan dan kerusakkannya kemudian mereka menyebarkan kerusakkan itu dan menyeru manusia untuk melakukannya. Saat itulah turun adzab, sebagaimana firman Allah (yang artinya): “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku perkataan (ketentuan) Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra:16)
Keempat, merasa aman dari makar Allah.
Orang-orang yang shalih selalu tunduk dalam ketaatan, bertaubat, dan khusyu. Hati mereka bergetar karena takut kepada Allah dan khawatir terhadap adzab-Nya yang pedih. Namun sungguh mengherankan, ada orang yang menampakkan kemaksiatan di hadapan Allah secara terang-terangan. Sungguh mengherankan, ia terus-menerus melakukan dosa besar dan kemaksiatan. Tidaklah ia meninggalkan satu dosa kecuali telah melakukan dosa yang lain.
Sungguh mengherankan, wanita yang keluar dalam keadaan tidak berpakaian kecuali hanya sekedar menutup separuh badannnya, kemudian ia pergi ke pasar dan menimbulkan fitnah di hati hamba-hamba Allah. Betapa mengherankan orang yang lalai padahal ia berada dalam pengawasan Allah. Sungguh sangat mengherankan, bagaimana mereka semua merasa aman dari makar Allah!!
Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya): “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami pada mereka di malam hari saat mereka tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?. Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf:97-99)
Orang-orang yang merasa aman dari makar Allah adalah orang-orang yang merugi, karena mereka lengah dari adzab Allah hingga adzab itu sampai kepada mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari. Yang demikian itu disebabkan mereka merasa aman dari makar Allah. Mereka terus-menerus dalam kemaksiatan, tidak menyadari kemurkaan Allah hingga terjadilah apa yang terjadi.
Wahai Saudariku muslimah…sepantasnya seorang muslim yang hakiki mengetahui beberapa perkara penting berikut ini:

Pertama, hendaknya kita berserah diri dan meyakini bahwa Allah tidak akan mendzalimi siapapun sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Dan sekali-kali Allah tidak mendzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushilat: 46)
Sebab turunnya adzab kepada manusia adalah akibat ulah mereka sendiri, sebagai buah dari amalan mereka. Allah berfirman (yang artinya): “Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan perbuatan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan itu).”
“Dan Allah tidaklah mendzalimi mereka, akan tetapi diri-diri mereka sendirilah yang dzalim.” (QS. Ali Imran: 117)
Kedua, wajib atas setiap muslim mengetahui bahwa ujian itu datangnya dari Allah. Firman Allah (yang artinya): “Dan Kami akan memberi kalian cobaan dengan kejelekan dan kebaikan sebagai ujian dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiya: 35)
Hendaknya pula ia mengerti bahwa Allah menguji hamba-hamba-Nya agar dapat dibedakan siapa yang betul-betul beriman kepada Allah dan siapa orang-orang munafik, siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Hal ini adalah sunatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu. Allah berfirman (yang artinya): “Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 141-142)
Ketiga, wajib bagi kita untuk bersabar, mengharap pahala, dan memuji Allah atas segala yang ditakdirkan-Nya. Hendaknya kita tidak mengeluh atas takdir buruk yang menimpa kita. Kesabaran adalah jalan yang paling selamat dan paling mudah untuk mendapatkan kelapangan dari Allah. Dia berfirman (yang artinya): “Jika kalian bersabar dan bertakwa maka yang demikian itu sungguh merupakan hal yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186)
Keempat, marilah kita bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya atas apa yang telah kita lakukan baik itu perbuatan maksiat dan dosa-dosa ataupun kelemahan dalam menjalankan kewajiban. Kita sadari bahwa taubat adalah satu-satunya cara mencapai jalan keselamatan. Akankah kita sambut seruan Allah tatkala berfirman (yang artinya): “Dan bertaubatlah kamu sekalian wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (QS. An Nur: 13)
Ataukah kita akan terus berada dalam kemaksiatan dan dosa dengan meninggalkan shalat, memakan riba, dan lainnya?
Akankah para wanita tetap bertabarruj (bersolek dan dipertontonkan di depan laki-laki bukan mahram) dan safar (bepergian) tanpa mahram? Apakah kita ingin menunda taubat dan melupakan firman Allah (yang artinya): “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Hujurat: 11)
Wahai Saudariku muslimah…marilah kita bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha (yang tulus):
“Wahai Rabb kami, hilangkanlah adzab dari kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman kepada-Mu.” (QS. Ad Dukhan: 12)
Mari kita kembali kepada Allah. Semoga Allah meringankan bencana atas kita dan menahan siksa-Nya. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad.

Menjawab tentang ‘Kami’ yang merujuk kepada Allah di Al Qur’an




Banyaknya Ayat Al Qur’an tentang Allah dengan menggunakan kata ” KAMI” seringkali dipersoalkan oleh para misionaris maupun penghujat Islam.
Bagi penghujat Islam persoalan Kata Kami di banyak ayat Al Qur’an dituduh sebagai sebagai bukti adanya ayat ayat Al Qur’an yang bertentangan dengan ayat ayat Al Qur’an lainnya yang sangat jelas dan tegas bahwa Allah adalah Esa.
dan Bagi Misionaris adanya kata kami yang merujuk kepada Allah dijadikan pembenaran kalau ayat ayat Al Qur’an membenarkan konsep ketuhanan Trinitas.
tuduhan tuduhan tersebut hanya berdasarkan argumentasi yang sangat dangkal dalam memahami kata “KAMI”,yang mereka simpulkan secara absolut bahwa kata kami merujuk kata ganti jamak.
Didalam kitab “Fatawa al Azhar” disebutkan bahwa sesungguhnya Al Qur’an al Karim diturunkan dari sisi Allah swt dengan bahasa arab yang merupakan bahasa Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan diturunkan dengan tingkat balaghah dan kefasehan tertinggi.
Artinya : “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syuara’ : 195)
Dan merupakan suatu kebiasaan dikalangan orang-orang Arab bahwa seorang pembicara mengungkapkan tentang dirinya dengan menggunakan lafazh أنا (saya) dan jika terdapat orang lain bersamanya maka menggunakan lafazh نحن (kami) sebagaimana lafazh نحن (kami) digunakan si pembicara untuk mengagungkan dirinya sendiri. Pengagungan manusia terhadap dirinya sendiri dikarenakan dirinya memiliki berbagai daya tarik untuk diagungkan.
Bisa jadi hal itu dikarenakan dia memiliki jabatan, reputasi, kedudukan atau nasab lalu dia membicarakan tentang dirinya itu sebagai bentuk keagungan dan kebesaran. Bisa jadi juga untuk memberikan perasaan takut didalam hati orang lain seakan-akan dirinya sebanding dengan beberapa orang bukan dengan hanya satu orang. Bisa jadi seseorang mengungkapkan dirinya dengan lafazh نحن (kami) karena begitu banyak keahliannya seakan-akan beberapa orang ada didalam diri satu orang. Sehingga bentuk plural dan jama’ itu adalah pada pengaruhnya bukan pada si pemberi pengaruh.
Bentuk pengagungan diri pembicara atau orang yang diajak bicara terdapat pula didalam bahasa-bahasa lainnya bukan hanya didalam bahasa arab dan digunakan pula untuk tujuan-tujuan seperti disebutkan diatas.
Apabila Allah swt Tuhan Pemilik Keagungan berfirman :
Artinya : “Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.” (QS. Al Insan : 28)
Posisi Allah di situ sebagai pemberi karunia kepada semua makhluk, pemberi nikmat, memberikan perasaan takut dan membuat lari orang-orang kafir sesuai dengan kata ganti pengagungan terhadap diri-Nya yang memberikan makna kuat dan gagah.
Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Posisi di situ sebagai pemilik kemampuan yang mampu memberikan ketenangan berupa pemeliharaan Allah terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan dengan kekuasaan dan hikmah-Nya. Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (QS. Ghafir : 15)
Allah SWT itu bukan manusia dan bukan pula makhluk hidup dengan jenis kelamin. Maka Dia bukan laki-laki dan juga bukan perempuan, bukan pula banci (na’udzubillah minta dzalik).
Adapun bahasa arab, memang punya 14 dhamir atau kata ganti orang. Mulai dari huwa sampai nahnu. Huwa adalah kata ganti untuk orang ketiga, tunggal dan laki-laki.
Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti orang ini sering juga diterapkan untuk lafadz Allah SWT. Al-Quran membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci.
Kalau ternyata Al-Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki.
Penggunaan kata ganti huwa (yang sebenarnya untuk laki-laki) adalah ragam keistimewaan bahasa arab yang tidak ada seorang pun meragukannya.
Maka demikian pula dengan penggunaan kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untukkata ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan, namun sama sekali tidak berarti Allah itu berjumlah banyak.
Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa.
Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, “Kami menyampaikan salam kepada kalian”, apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata “kami” yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.
Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya gara-gara Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.
Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh hewan yang merayap di muka bumi yang mengaku bernama manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini, masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah. Masih saja jatuh korban kesesatan tidak lucu dari massa mengambang muslim.

BENARKAH MENURUT AL QUR’AN ,SEMUA MUSLIM MASUK NERAKA?


 


Dalam berbagai diskusi lintas agama seringkali para kafir harby mencemooh umat islam yang melakukan berbagai Ibadah dengan kesungguhan hati.

Dan salah satu cemoohan mereka adalah dengan mengutip Qs 19:71 sebagai dasar cemoohan kalau Umat Islam semuanya akan masuk neraka.
Dan ini adalah salah satu contoh postingan mereka




Allah: “Tak seorangpun daripadamu, melainkan masuk neraka,
ini bagi Tuhanmu adalah kepastian yg sdh ditetapkan”.(Qs 19:71)
Rasul:”Tak ada yg tinggal, org bebuat baik atau jahat semua akn
masuk neraka….”.(Prof. Dr Hamka 1982 h 84)
YESHUA:”Aku pergi ke Sorga menyediakan tempat bagimu,
Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku, spy di mana Aku berada,
kamunpun berada”.(Yoh 14:3)
Amor jawab:
kutipan sdr Abigail diatas adalah kutipan yang memanipulasi fakta yang ada.
yang ia manipulasi adalah :
1. Terjemahan yang ia kutip
terjemahan yang beredar luas Qs 19:71 adalah :MENDATANGI NERAKA BUKAN MASUK NERAKA
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً
[19:71] Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
dalam mengutip tidak memperhatikan ayat sebelum dan sesudahnya,agar jelas kita perhatikan ayat sebelum dan sesudahnya :
ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَى بِهَا صِلِيّاً
audio[19:70] Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka.
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً
audio[19:71] Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً
audio[19:72] Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.
2.kutipan tafsir buya hamka
dalam tafsir buya hamka pada ayat tersebut,terjemahannya juga sama dengan terjemahan DEPAG,yaitu mendatangi Neraka bukan MASUK NERAKA,adapun soal masuk neraka juga kutipan sepotong,mengabaikan penjelasan utuh dari Prof Hamka.
agar jelas amor akana sampaikan Tafsir AL Azhar dari buta hamka mengenail Qs 19:71-72 :
Semua Akan Mendatangi Neraka
وَ إِنْ مِنْكُمْ إِلاَّ وارِدُها َ
“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu, melainkan akan mendatangi­nya.” (pangkal ayat 71).
Artinya ialah semua orang, tidak terkecuali. Orang baik di kala di dunia ataupun dia orang jahat, namun dia mesti mendatangi neraka.
كانَ عَلى‏ رَبِّكَ حَتْماً مَقْضِيًّا
“Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang telah diputuskan.” (ujung ayat 71).
Keputusan yang tidak dapat dirobah lagi , Maka berbagai macam; faham ahli-ahli yang telah terdahulu berkenaan dengan ayat ini. Yang jadi perbincangan ialah tentang kalimat wariduha; yang kita di ayat ini memberinya arti mendatangi. Tetapi ada juga yang memberinya arti memasuki.
Imam Ahmad bin Hanbal mengeluarkan suatu riwayat, yang beliau terima dari,Sulaiman bin Harb, dan beliau ini menerimanya daripada Khalid bin Sulaiman dari Katsir bin Zayyad al-Barsani, dari Abu Sumiyah. Beliau ini berkata: “Kami berselisih fikiran tentang arti al-wurud. Setengah di antara kami berpendapat bahwa orang Mu’min tidaklah akan turut mendatangi ke dalam neraka itu. Tetapi setengah mereka lagi berpendapat: “Semua masuk, kemu­dian dibebaskan Allah orang-orang yang bertakwa.” Lalu saya datangi Jabir bin Abdullah (sahabat Nabi s.a.w.), lalu saya sampaikan kepadanya bahwa kami telah berselisih tentang arti mendatangi neraka itu demikian rupa. Lalu beliau (Jabir bin Abdullah) berkata: “Semua akan mendatanginya.”
Dan berkata pula Sulaiman bin Murrah: “Semua akan masuk ke dalam­nya.” Sambil berkata itu beliau tutup kedua telinganya dan berkata: “Diamlah, benar-benarlah aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Tidak ada yang tinggal , baik dia orang yang berbuat baik ataupun dia orang yang durjana, semuanya akan masuk ke dalamnya. Tetapi dia akan menjadi sejuk dan selamat bagi orang yang beriman sebagaimana keadaan pada Ibrahim, sehingga api itu akan lindap karena sejuk mereka. Kemudian itu Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa, dan akan membiar­kan orang-orang yang zalim tinggal selamanya di dalamnya dalam keadaan berlutut. ”
Menurut riwayat dari Abdurrazzaq, yang diterimanya dari Ibnu Uyainah, yang diterimanya dari Ismail bin Abu Khalid, yang diterimanya pula dari Qais bin Abu Hazm: “Pada suatu hari Abdullah bin Rawahah meletakkan kepalanya di atas haribaan isterinya. Maka menangislah dia dan menangis pula isterinya. Lalu dia bertanya kepada isterinya: “Mengapa kau menangis pula?” Isterinya menjawab: “Aku lihat abang menangis aku pun menangis pula.” Lalu Abdullah bin Rawahah memberikan keterangan: “Saya teringat sabda Tuhan: “Tidak ada seorang pun di antara kamu, melainkan akan mendatanginya,” maka tidaklah aku tahu, apakah bila telah datang ke sana saya akan boleh keluar kembali atau tidak.” Menurut riwayat Abdullah bin Rawahah sahabat Nabi orang Anshar itu pada waktu itu sedang sakit. (Beliau mencapai syahid di perang Mu’tah).
Abduilah bin Rawahah terkenal karena keberaniannya dan juga dia adalah seorang penyair, di samping Hassan bin Tsabit. Dia termasuk tiga Pahlawan Islam yang sekali tewas berturut-turut di peperangan Mu’tah pada bulan Jumadil Ula tahun kedelapan. Yang berdua lagi, yang tewas terlebih dahulu ialah Ja’far bin Abu Thalib, sesudah itu Zaid bin Haritsah, dan yang terakhir ialah Abdullah bin Rawahah ini.
Berkata al-Hasan bin `Arafah, bahwa dia menerima riwayat dari Marwan bin Mu’awiyah, dan dia ini menerima dari Bakkar bin Abu Marwan, dan dia ini menerima dari Khalid bin Ma’dan. Katanya: “Setelah ahli syurga masuk kedalam syurga dia berkata: “Bukankah Tuhan kita telah menjanjikan bahwa kita mesti mendatangi neraka?” Lalu datang jawaban: “Kamu telah melaluinya, tetapi sedang kamu lalu itu dia tidak menyala.”
Dirawikan pula oleh Imam Ahmad dalam sebuah Hadits dari Abullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Akan mendatanginya sekalian manusia. Kemudian akan dikeluarkan mereka dari dalam menurut amalannya.”
Dan ada pula sebuah Hadis lain diterima dari Abdullah bin Mas’ud juga, bahwa semua manusia akan melalui di atas “Ash-Shirath”, yaitu titian, dan mereka mendatanginya itu ialah karena mereka akan berdiri di pinggir neraka, kemudian mereka lalulah ke atas shirath itu masing-masing menurut amalan mereka: Ada yang melaluinya laksana petir kencangnya, ada yang laksana angin, ada yang lalu laksana burung terbang, ada yang lalu sekencang kuda berlari, ada pula yang melaluinya sekencang unta berlari dan ada juga melalui­nya laksana seorang yang berjalan kaki saja, sehingga pada akhirnya ada orang yang melalui titian itu, sedang nur (cahayanya) memancar dari empu jari kaki­nya: Dia lalu di atasnya, maka titian itu bergoyang-goyang dan titian itu seakan ­akan hendak membuatnya jatuh, di sana berdiri banyak malaikat memegang cambuk berujungkan besi terjadi dari api untuk menangkap manusia.” Hadits ini dirawikan oleh Ibnu Abi Hatim. ‘
Di sebuah Hadis lain tersebut pula bahwa di kin kanan berdiri pula malaikat-malaikat yang selalu berdoa: “Allahumma sallim, sallim.” (Ya Tuhan, selamatkan, selamatkan).
Banyaklah Hadits-hadits yang lain lagi tentang manusia akan melalui neraka dengan meniti di atas titian, atau mendatangi neraka atau memasuki neraka. Hasil kesimpulannya ialah bahwa siapa saja pun akan melaluinya. Sedang Nabi s.a.w. sewaktu beliau mengerjakan Mi’raj pun pernah ziarah ke neraka dan melihatnya dari dekat. Tetapi kalau sudah ada keterangan bahwa ada ahli syurga yang tidak tahu bahwa dia telah pernah mendatangi neraka, tiba-tiba dia sudah ada saja dalam syurga, karena neraka didinginkan ketika orang yang beriman melaluinya dapatlah kita fahamkan bahwa bagi Nabi kita s.a.w. neraka itu adalah sejuk di waktu ziarahnya dahulu itu.
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذينَ اتَّقَوْا َ
“Kemudian itu akan Kami selamatkan orang-orang yang bertakwa.” (pangkal ayat 72).
Artinya, apabila telah selesai sekalian makhluk melalui atau mendatangi neraka itu, dan telah jatuh rnana yang jatuh karena kufurnya atau maksiatnya, maka dipelihara Allahlah orang yang beriman dan yang bertakwa menurut amalan mereka. Cepat dan lambatnya melalui titian ialah menurut amalannya tatkala di dunia. Maka diberi syafa’atlah orarig Mu’min yang pernah terlanjur berdosa besar, dan memberikan syafa’at pula malaikat-malaikat, Nabi-­nabi dan orang-orang yang beriman yang diizinkan Allah, sehingga banyaklah orang yang telah dibakar neraka yang dikeluarkan: Telah hangus seluruh diri­nya, kecuali bekas sujud yang ada di keningnya:
Dan keluarnya dari neraka itupun menurut perhitungan kadar iman yang ada dalam hatinya. Demikianlah berturut-turut, dikeluarkan orang-orang yang menurut kadar iman yang ada dalam hatinya. Lalu dikeluarkanlah lebih dahulu orang yang dalam hatinya ada iman sebesar uang dinar, demikianlah berturut-turut, kemudian itu dikeluarkan pula sampai orang yang lebih kecil lagi ukuran iman dalam hatinya, hatta orang yang sebesar zarrah iman itu dalam hatinya. Kemudian sekali dikeluarkanlah orang yang pernah mengucapkan: La llaha Illallah, walaupun hanya sekali seumur hidupnya, dan walaupun tidak pernah dia berbuat baik. Akhirnya tidak­lah ada yang kekal dalam neraka lagi, kecuali orang yang memang ditentukan buat kekal, sebagaimana tersebut yang demikian itu di dalam Hadits-hadits yang shahih, diterima dari Rasulullah s.a.w. Lantaran itulah maka ujung ayat demikian bunyinya:
وَ نَذَرُ الظَّالِمينَ فيها جِثِيًّا
“Dan akan Kami biarkan orang-orang yang zalim itu di dalam­nya, dalam keadaan berlutut.” (ujung ayat 72)
Sungguhpun demikian, jika dipersambungkan dengan Surat 11, Hud ayat 107, ada juga Ulama berpendapat, bahwa jika Allah menghendaki, setelah hanya tinggal orang-orang yang kekal dalam neraka saja, Tuhan Maha Kuasa memindahkan mereka itu ke syurga, lalu menutup neraka itu untuk selama­lamanya. (Lihat Tafsir AI-Azhar Juzu’ 12. Tafsir ayat 107 dan Surat Hud)
3 Terjemahan Alkitab
Tidak hanya terjemahan Al Qur’an yang dipelintir,atau tafsir Al Azhar yang dikutip secara serampangan,kutipan ayat berdasarkan ayat Alkitabpun kenyataannya tidak ada satupun terjemahan resmi yang beredar seperti apa yang ia sampaikan.
Lihat kembali teks terjemahan Yohanes 14:3 yang ia sodorkan :
YESHUA:”Aku pergi ke Sorga menyediakan tempat bagimu,
Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku, spy di mana Aku berada,
kamunpun berada”.(Yoh 14:3)
agar jelas kita lihat Teks Yoh 14:3 dalam teks Yunani , terjemahan KJV serta terjemahan berbagai versi terjemahan bahasa Indonesia
ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 14:3 Greek NT: Westcott/Hort with Diacritics
καὶ ἐὰν πορευθῶ καὶ ἑτοιμάσω τόπον ὑμῖν, πάλιν ἔρχομαι καὶ παραλήμψομαι ὑμᾶς πρὸς ἐμαυτόν, ἵνα ὅπου εἰμὶ ἐγὼ καὶ ὑμεῖς ἦτε.
KJV with Strong’s 
And if I go and prepare a place for you I will come again and receive you untomyself that where I am there ye may be also
TB Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
BIS Sesudah Aku pergi menyediakan tempat untuk kalian, Aku akan kembali dan menjemput kalian, supaya di mana Aku berada, di situ juga kalian berada.
FAYH (14-2)
DRFT_WBTC Setelah Aku pergi dan menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali. Kemudian Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku supaya kamu berada di tempat Aku berada.
TL Dan jikalau Aku pergi serta sudah menyediakan tempat bagimu itu, Aku akan kembali lalu menyambut kamu datang kepada-Ku, supaya di tempat Aku ini ada, di situ juga kamu ada.
KSI Jika Aku pergi dan menyediakan tempat bagimu, maka Aku akan kembali lagi, dan Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada.
DRFT_SB Maka jikalau aku pergi lalu menyediakan tempat bagimu kelak aku akan kembali, lalu menyambut kamu pada diriku sendiri, supaya di tempat aku ada, disitu juga kamupun ada.
BABA Dan jikalau sahya pergi dan siapkan satu tmpat kerna kamu, sahya nanti datang balek, dan sambot kamu k-pada diri sahya sndiri; spaya di mana sahya ada, di situ juga kamu pun.
KL1863 Maka kaloe akoe soedah pergi serta soedah sadiaken tampat bagimoe, lantas akoe dateng kembali mengambil kamoe bersama-sama, {Yoh 12:26; 17:24} sopaja barang dimana ada akoe, kamoe djoega bolih ada sertakoe.
KL1870 Satelah soedah pergi dan koesadiakan tempat akan kamoe, akoe akan datang kembali mendjempoet kamoe, soepaja barang dimana ada akoe, disana kamoe pon sertakoe.
DRFT_LDK Dan satelah sudah habis kupergi berdjalan, dan melangkap tampat bagi kamu, maka ‘aku ‘akan datang kombali, dan menjambot kamu datang kapadaku, sopaja lagi kamu ‘ini ‘ada dimana ‘aku ‘ini ‘ada.
ENDE Dan apabila Aku telah menjediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali mendjemput kamu, supaja kamupun ada ditempat Aku ada.

FAKTA TERUNGKAP:
1.Terjemahan yang ia kutip ternyata tidak sesuai dengan terjemahan yang ada,maka itu bukti MANIPULASI TERJEMAHAN ALKITAB.
2.Kalau ia mengasumsikan kata “surga’ merujuk pada terjemahan versi TB(terjemahan baru) yang merujuk pada kata “Ke situ”,fakta didalam teks Yunani maupun terjemahan KJV tidak ada satupun kata yang bisa diterjemahkan semacam itu. Jadi ada PENAMBAHAN KATA/PENYISIPAN yang dilakukan penerjemah versi TB dan kemudian dilanjutkan dengan MANIPULASI pelintiran terjemahan KATA SISIPAN “KE SITU” di maknai SURGA.
Bagi para misionaris daripada sibuk mengurusi keyakinan agama lain yang justru menunjukan kebodohannya dan menjadi bumerang karena cara cara liciknya terungkap,maka lebih baik merenungkan ayat ayat Alkitab yang jelas jelas membahas tentang Sorga  ini :
7:21Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Dalam pesan Yesus yang tercatat di Injil Kanonik yang diyakini kebenaran isinya oleh umat Kristian,Yesus menegaskan bahwa orang yang menyeru nyeru Yesus tuhan itu yang dimasukan ke Surga,walaupun orang tersebut beranggapan sudah melakukan banyak hal di dunia ini, bernubuat,melakukan banyak mukjizat,mengusir Syetan demi nama Yesus tetapi menurut Pesan Yesus mereka yang masuk Surga adalah mereka yang mengikuti kehendak BAPA.jadi dalam Perpekstif pesan Yesus yang terdapat didalam Injil kanonik, Qs 19:71 sesuai pesan Yesus juga sama sekali tidak bertentangan,karena dalam Ayat lanjutannya
فِيهَا جِثِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ
Qs 19:72 Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang lalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.
justru Ajaran yang bertentangan dengan Pesan Yesus dalam Mat 7:21-23 adalah Ajaran /keyakinan hanya percaya dengan mulut Yesus adalah Tu(h)an,hatinya percaya kalau Yesus mati ditiang Salib  kemudian dibangkitkan akan diselamatkan,jelas ajaran ini SANGAT MENYESATKAN.
justru fakta AJARAN MENYESATKAN semacam ini yang kini diyakini banyak orang Kristen,maka banyak ditemui orang Kristen yang berani memastikan diri kalau ia pasti masuk surga.
padahal kalau kita baca secara seksama pesan yesus di atas, pesan sebelumnya adalah mengingatkan kepada para pengikutnya untuk mewaspadai Nabi nabi Palsu
bisa dibaca secara seksama ayat ayat ini yang diyakini kebenarannya oleh orang kristian yaitu matius 7:15-20
7:15“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
7:16Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
7:20Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.

Siapakah yang mengajarkan hanya percaya dengan mulut Yesus adalah Tu(h)an,hatinya percaya kalau Yesus mati ditiang Salib  kemudian dibangkitkan akan diselamatkan?
dia adalah PAULUS yang mengklaim ditemui Yesus dan Mengklaim sebagai RASULnya Yesus.

Inilah buah/Ajaran Paulus yang bertentangan dengan Ajaran Yesus tersebut.
suratnya untuk jemaat orang Roma yang kini dijadikan bagian dari kitab suci orang Kristen,yaitu Rom 10:9-11
10:9Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan
10:11Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”
KESIMPULAN :
jadi menjadi sangat Ironis orang orang Kristen yang mencibir Muslim dengan kutipan-kutipan Al Qur’an,tafsir Al Qur’an dengan cara yang serampangan akan masuk neraka,dan membanggakan ayat Alkitabnya bahwa mereka disediakan Surga,bahkan ada yang berani memastikan diri mereka masuk surga tetapi kenyataannya mereka justru terusir dan tidak diakui bahkan tidak dikenal oleh Yesus.dan ternyata yang mereka ikut adalah berasal dari manusia yang pantas diwaspadai yang menyesatkan banyak orang. Dan buah dari ajaran menyesatkan ,hanya percaya dengan mulut Yesus tuhan dan percaya dengan hatinya yesus mati ditiang salib dan dibangkitkan,membuahkan manusia manusia Sombong,manusia yang kePD-annya berlebihan.
sebaliknya dengan ayat ayat Al Qur’an yang dikutipnya,kalau muslim memperhatikan ayat ayat tersebut ,maka itu bisa mendorong umat islam untuk bersikap hati hati dalam menjalani kehidupan di dunia. Dan Umat Islam kalau ingat ayat ayat Qs 19:71-72 membuahkan sikap mereka yang senantiasa rendah hati..
 
[Wallah a'lam bi ash-shawab]

MUSLIM MENJAWAB TANTANGAN

 


Hannah Snider: Kebencian kepada Islam disebabkan kurangnya pengetahuan.

Pada 27 Mei 2011, Hannah Snider bersyahadat, mendeklarasi imannya dalam Islam. Namun, wanita Asal Los Angeles, Amerika Serikat ini, mengaku tidak menjadi seorang Muslim pada hari itu. “Saya selalu Muslim, tapi tidak menyadarinya. Saya selalu percaya pada satu Tuhan. Hati saya telah Muslim,” katanya.
Pemikiran ini, katanya, tak hanya merupakan salah satu pilar yang paling dasar, namun yang paling penting dari sebuah agama.
Tumbuh dalam lingkungan yang tak pernah bersinggungan dengan Muslim, Hannah tak pernah tahu tentang Islam. “Alasan saya tidak pernah tahu tentang agama agung ini karena tidak ada yang pernah mengatakan kepada saya. Aku punya teman sekamar Muslim, telah bertemu dengan orang Muslim, tapi tak seorang pun memberitahu saya apa yang umat Islam yakini,” katanya.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun mencoba memahami tentang berbagai agama, seorang teman memintanya menjelaskan keyakinan dasarnya. Saat itu, ia mengaku percaya Tuhan tapi tak menganut satu agamapun. “Dia mengoreksi saya dengan menjelaskan bagaimana Islam masuk ke dalam keyakinan saya, dan saya mulai meneliti dan belajar dan membaca Alquran,” katanya.
Jujur, katanya, ia takut ketika menyadari bahwa Islam telah merasuki hidupnya. Tempat dia lahir dan dibesarkan, Amerika, tidaklah ‘ramah’ untuk umat Islam. “Dan setelah semua gambaran media yang negatif tentang Islam, semua teman-teman saya berpandangan sama tentang agama ini,” tambahnya.
Namun, katanya, setelah ditelusuri, kebencian mereka pada Islam bersumber pada kurangnya pengetahuan tentang Islam, dan seringkali dangkalnya pengetahuan akan agama mereka sendiri. Rasa takutnya bakal dikucilkan setelah memeluk Islam sirna, dan ia bertekad untuk bisa menjelaskan lebih jauh tentang Islam pada rekan-rekannya.
Ia pun bersyahadat.
***
Kini, diakui atau tidak, Hannah bak humas bagi Islam. Orang-orang nyaman mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya tentang agama barunya, baik di toko kelontong, atau di mal, atau di kantor. “Saya tidak pernah tersinggung. Ini adalah bagian dari agama kita untuk menjangkau orang lain dan menyebarkan pesan Islam. Ini disebut dakwah,” katanya.
Ia menjelaskan tentang Islam, tanpa pretensi menarik pengikut. “Beragama itu lahir dari kesadaran, bukan paksaan,” tambahnya.
Harapannya, kalaupun mereka tidak setuju pada ajaran Islam, setidaknya bisa menoleransi. “Menemukan perbedaan, menemukan kesamaan, dan merangkul mereka. Dan untuk populasi Muslim: sangat penting bahwa kita mengenal orang lain dan membantu mereka untuk memahami agama kita. Bukan bertengkar tentang hal itu dan membiarkan media menggambarkan kita,” katanya.
sumber :Republika.co.id

Polisi Malaysia Paksa Masuk ke Gereja Cari Umat Islam


Pejabat gereja di Malaysia baru-baru ini menuding otoritas Islam memasuki gereja secara paksa dan melecehkan umat yang sedang menghadiri jamuan komunitas. Pelecehan yang bagaimana yang terjadi, tidak begitu diungkapkan. Insiden ini diberitakan oleh Straits Times.

Ditakutkan, hal ini akan memicu tudingan lama bahwa Islam sebagai agama mayoritas tak menghormati hak-hak umat Kristen, Budha, dan Hindu sebagai agama minoritas. Pemerintah sendiri berulangkali menyangkal bahwa ada perlakuan tak adil terhadap minoritas, meski banyak keluhan seputar isu ini. Keluhan-keluhan itu di antaranya melibatkan orang yang pindah agama serta larangan terhadap Alkitab dalam bahasa Melayu.

Setidaknya ada 20 petugas dari Departemen Islam di Negara Bagian Selangor bersama polisi, mereka masuk paksa ke Gereja Methodist pada saat makan malam. Menurut Pendeta Daniel Ho, mereka memotret para tamu. “(Mereka) juga merekam makan malam yang dihadiri lebih dari 100 orang itu,” ujar Ho. Lalu apakah alasannya?

Polisi yang masuk paksa menyatakan, ada banyak keluhan yang tak dijelaskan mengenai perjamuan yang mereka gelar itu. Otoritas Islam di Malaysia terkadang kuatir mengenai Muslim yang datang ke sebuah acara yang digelar oleh gereja. Mereka kuatir, orang-orang tersebut akan pindah agama ke Kristen.

Kebebasan beragama seharusnya menjadi hak masing-masing setiap orang. Ketika seseorang berpindah keyakinan terhadap suatu agama tertentu, maka negara tidak bisa melarangnya. Di Indonesia sendiri, jaminan untuk memeluk agama sesuai keyakinan dan kepercayaannya diatur dalam pasal 29 UUD 1945.
Sumber http://www.jawaban.com/index.php/new...ari-Umat-Islam

Bolehkah Puasa Saat Hamil




Dalam keadaan hamil, janin sangat tergantung pada nutrisi yang dimakan ibunya.

Banyak wanita hamil ragu menjalankan ibadah puasa. Mereka takut berpuasa akan membahayakan janin di dalam kandungan. Sebenarnya, bolehkah wanita hamil berpuasa?

Dalam beberapa keadaan seperti kehamilan, menyusui, dan menstruasi, Islam membolehkan wanita untuk tidak berpuasa.

Dalam keadaan hamil, janin sangat tergantung pada nutrisi yang dimakan ibunya. Biasanya, dokter menyarankan wanita untuk tidak berpuasa selama trimester pertama dan ketiga. Mereka dapat berpuasa ketika menginjak trimester kedua jika dokter kandungan mereka memberikan izin.

Ada beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi jika Anda berpuasa ketika kondisi tubuh dan janin tidak dalam keadaan baik. Puasa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Puasa pun dapat mengakibatkan bayi terlahir dengan cacat pernapasan, berat badan rendah, dan dehidrasi.

Karenanya, sangat penting bagi wanita hamil untuk berkonsultasi ke dokter sebelum memutuskan berpuasa. Jika dokter telah memberikan lampu hijau, wanita hamil tetap harus menjalankan dengan penuh pertimbangan, tidak sembarangan. Beberapa hal yang perlu diperhatian antara lain:

1. Minum banyak air sebelum dan sesudah berpuasa.
2. Sahur dan berbuka dengan makanan sehat dari setiap kelompok makanan dengan komposisi 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, 10-20 persen lemak.
3. Konsumsi susu dan suplemen ketika sahur sebagai penambah energi.
4. Jika Anda merasa lemas selama berpuasa, jangan lanjutkan. Segeralah berbuka.
5. Hindari kegiatan yang menguras tenaga.
6. Perbanyak camilan sehat di malam hari seperti buah.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More