Sunday, August 29, 2010

Cerita Hati ana

Oh.... diriku..'' ini ...!!
Kenapakah begitu susah untuk aku mengubah diri ini agar menjadi insan berguna pada mata Illahi?
Kenapa begitu sukar diri ini untuk menerima segala kebenaran yang diajarkan padaku?
Begitu hitamkah hati ku ini?
Begitu menggunungkah dosa diri ini?
Layakkah aku untuk meminta ampunanMu ya Allah?
Masih adakah ruang untuk hidayahMu bertapak dalam ruangan hati hitam ini ya Allah?


Kenapa begitu susah diri ini untuk mengalirkan air mata apabila disebut nama yang Maha Esa...?
Kenapa begitu berat air mata ini untuk mengalir mendengar nama Rasulullah s.a.w.?
Kenapa begitu jauh diri ini jika dibanding dengan para pejuang Islam yg lain?
Aku jua muslim yang sama-sama ingin melihat kebangkitan Islam...
Aku jua muslim yang bersama-sama melawan arus jahiliyah...
Tapi diri ini tetap ku rasakan masih sungguh jauh untuk menghampiri gerbang syurgaMu ya Allah...
Tapi aku tidak sanggup dengan siksaan api nerakaMu...


Ya Allah.....
Hinanya diri ku ini ya Allah...
Kotornya diri ku ini ya Allah...
Jijiknya diri ku ini ya Allah...
Berilah hidayah padaku ya Allah...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat...
Pimpinlah aku dalam setiap detik perbuatanku...
Aku tidak sanggup jika Kau berpaling dari memandang diri ini...
Tidak sanggup ya Allah...
Segala-galanya aku berserah pada Mu...
Aku tidak dapat membayangkan diriku tanpa pimpinanMu ya Allah...
Aku tidak sanggup menjadi sehina-hina manusia pada pandanganMu...
Astaghfirullahal'azim...
Ampunilah aku dalam setiap kejahilan dan kelekaanku...
Hanya pada Engkau aku bergantung dan mengharap segala-galanya...


Air mata membasahi pipi...


Adakah ini air mata keinsafan???
Ini adalah air mata kehinaan yang melanda diri ini...
Diri ini sedih dengan apa yg telah hambaMu ini lakukan...
Aku ingin meminta sesuatu dari Mu...
Tapi aku sungguh malu padaMu ya Allah...


Aku teringat perjuangan Hassan Al-Banna...
Aku sangat mengagumi perjuangan beliau...
Aku mengagumi perjuangan Syed Qutub...
Tapi ya Allah... aku malu ya Allah untuk menyatakannya...
Masih layakkah diri ini menyebut nama Hassan Al-Banna? Nama Syed Qutub?
Masih tersisakah pejuang sepertinya untuk diri ini...
Malunya aku ya Allah dengan permintaan ini...
Aku tidak layak memikirkan tentangnya...


Wanita seperti manakah yang Kau pilihkan untuk mereka...?
Wanita yang bagaimanakah yang telah Kau pilih untuk melahirkan mereka?
Semestinya seperti Zainab Al-Ghazali dan mereka yang seangkatan dengan beliau...
Aku ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka.
Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah.
Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita.
Aku ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid seperti Hassan Al-Banna.
Masih tersisakah mujahid seperti Al-Banna untukku ya Allah...?
Layakkah diri ini untuk menjadi peniup semangatnya?
Aku sungguh malu menyatakannya ya Allah...
Sungguh hina diri ini... sungguh kotor diri ini...
Sungguh lemah diri ini untuk mujahid seperti mereka...


Air mata ini jika dialirkan hingga titisan terakhir,
Namun ia masih tidak mencukupi untuk menyatakan rasa bersalah dengan dosa-dosa diri ini yang menggunung tinggi...


Ya Allah...
Pimpinlah daku...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat cuma
Aku tidak sanggup dibiarkan dlm lumpur dosa2 hina...
Ampunilah aku ya Allah...
Astaghfirullaha'lazim...
Astaghfirullahal'azim...
Astaghfirullahal'azim... Kenapakah begitu susah untuk aku mengubah diri ini agar menjadi insan berguna pada mata Illahi?
Kenapa begitu sukar diri ini untuk menerima segala kebenaran yang diajarkan padaku?
Begitu hitamkah hati ku ini?
Begitu menggunungkah dosa diri ini?
Layakkah aku untuk meminta ampunanMu ya Allah?
Masih adakah ruang untuk hidayahMu bertapak dalam ruangan hati hitam ini ya Allah?


Kenapa begitu susah diri ini untuk mengalirkan air mata apabila disebut nama yang Maha Esa...?
Kenapa begitu berat air mata ini untuk mengalir mendengar nama Rasulullah s.a.w.?
Kenapa begitu jauh diri ini jika dibanding dengan para pejuang Islam yg lain?
Aku jua muslim yang sama-sama ingin melihat kebangkitan Islam...
Aku jua muslim yang bersama-sama melawan arus jahiliyah...
Tapi diri ini tetap ku rasakan masih sungguh jauh untuk menghampiri gerbang syurgaMu ya Allah...
Tapi aku tidak sanggup dengan siksaan api nerakaMu...


Ya Allah.....
Hinanya diri ku ini ya Allah...
Kotornya diri ku ini ya Allah...
Jijiknya diri ku ini ya Allah...
Berilah hidayah padaku ya Allah...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat...
Pimpinlah aku dalam setiap detik perbuatanku...
Aku tidak sanggup jika Kau berpaling dari memandang diri ini...
Tidak sanggup ya Allah...
Segala-galanya aku berserah pada Mu...
Aku tidak dapat membayangkan diriku tanpa pimpinanMu ya Allah...
Aku tidak sanggup menjadi sehina-hina manusia pada pandanganMu...
Astaghfirullahal'azim...
Ampunilah aku dalam setiap kejahilan dan kelekaanku...
Hanya pada Engkau aku bergantung dan mengharap segala-galanya...


Air mata membasahi pipi...


Adakah ini air mata keinsafan???
Ini adalah air mata kehinaan yang melanda diri ini...
Diri ini sedih dengan apa yg telah hambaMu ini lakukan...
Aku ingin meminta sesuatu dari Mu...
Tapi aku sungguh malu padaMu ya Allah...


Aku teringat perjuangan Hassan Al-Banna...
Aku sangat mengagumi perjuangan beliau...
Aku mengagumi perjuangan Syed Qutub...
Tapi ya Allah... aku malu ya Allah untuk menyatakannya...
Masih layakkah diri ini menyebut nama Hassan Al-Banna? Nama Syed Qutub?
Masih tersisakah pejuang sepertinya untuk diri ini...
Malunya aku ya Allah dengan permintaan ini...
Aku tidak layak memikirkan tentangnya...


Wanita seperti manakah yang Kau pilihkan untuk mereka...?
Wanita yang bagaimanakah yang telah Kau pilih untuk melahirkan mereka?
Semestinya seperti Zainab Al-Ghazali dan mereka yang seangkatan dengan beliau...
Aku ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka.
Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah.
Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita.
Aku ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid seperti Hassan Al-Banna.
Masih tersisakah mujahid seperti Al-Banna untukku ya Allah...?
Layakkah diri ini untuk menjadi peniup semangatnya?
Aku sungguh malu menyatakannya ya Allah...
Sungguh hina diri ini... sungguh kotor diri ini...
Sungguh lemah diri ini untuk mujahid seperti mereka...


Air mata ini jika dialirkan hingga titisan terakhir,
Namun ia masih tidak mencukupi untuk menyatakan rasa bersalah dengan dosa-dosa diri ini yang menggunung tinggi...


Ya Allah...
Pimpinlah daku...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat cuma
Aku tidak sanggup dibiarkan dlm lumpur dosa2 hina...
Ampunilah aku ya Allah...
Astaghfirullaha'lazim...
Astaghfirullahal'azim...
Astaghfirullahal'azim...

As'salamualaikum.wr.wb

Di sini aku bukan mahu berbicara tentang kewajipan menutup aurat. Sebaliknya aku ingin berkongsi beberapa peristiwa dalam hidupku yang membuatkan aku berasa tudung labuh itu benar – benar istimewa.

Akak , kenapa akak pakai tudung labuh?’ soalan ini sudah banyak kali dilontarkan oleh remaja kepadaku. Adik Saudara Sepupu, Nor Asiah yang sedang mekar meniti usia remaja, turut bertanya.
Aku pernah remaja dan terpesona melihat kakak sulung bertudung labuh. Kufahami, remaja bertanya kerana mereka sedang mencari – cari identiti diri.
Saat itu, aku bertudung labuh kerana keindahannya menghiasi wanita – wanita berakhlak mulia yang kukenali. Ibuku, kakakku, kakak – kakak naqibahku, ustazah – ustazahku semuanya bertudung aku mensinonimkan tudung labuh itu dengan keindahan, keperibadian dan kebaikan. Walaupun aku turut mengenali teman – teman bertudung labuh yang akhlaknya bermasalah namun aku masih menemui keindahan jiwanya, ingin menjadi lebih baik. Hari ini aku memilih tudung labuh kerana aku yakin ia lebih istimewa pada pandangan-nya.
Ketika remaja, aku hampir tidak sedar banyak pertanyaan yang terpendam. Mungkin saat itu aku tidak tahu apa yang aku perlu tahu. Hinggalahpersoalanku terjawab satu demi satu. Hikmah bicara kakak – kakak naqibah menerangkan pelbagai soalan yang kutagih pengertian. Jasa kalian selamanya harum dalam ingatan.

Yang Tertutup Itu Indah

Ketika kubertanya tentang tudung labuh, mudah jawapan yang kuterima, “ Yang tertutup itu indah!” Jawapan yang membawaku mengkaji surah al – Ahzab ayat 59 maksud dan tafsirannya.
Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Wahai Nabi, katakana kepada isteri – isterimu, anak – anak perempuanmu, dan isteri – isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka melabuhkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali sebagai wanita baik agar mereka tiidak diganggu.”
Ya, sedangkan buku yang kita sayangi, kita sampulkan seindahnya. Inikan pula bentuk tubuh wanita, takkan tiada sampulnya? Kuperhatikan kulit bukuku yang bersampul lebih terjaga berbanding kulit bukuku yang tidak bersampul. Kuperhatikan langsir yang cantik menghias pintu dan tigkap. Kuperhatikan kain yang mengalas meja dan perabot. Benar, yang tertutup itu indah! Begitu juga cara Allah menghargai keindahan wanita dengan membariskan perbatasan aurat. Agar keindahan itu hanya dinikmati oleh insan yang berhak. Bukannya diratah – ratah oleh pandangan hati yang sakit.

Bersambung..Akak , kenapa akak pakai tudung labuh?’ soalan ini sudah banyak kali dilontarkan oleh remaja kepadaku. Adik bongsuku, Asiah Yusra yang sedang mekar meniti usia remaja, turut bertanya.
Aku pernah remaja dan terpesona melihat kakak sulung bertudung labuh. Kufahami, remaja bertanya kerana mereka sedang mencari – cari identiti diri.
Saat itu, aku bertudung labuh kerana keindahannya menghiasi wanita – wanita berakhlak mulia yang kukenali. Ibuku, kakakku, kakak – kakak naqibahku, ustazah – ustazahku semuanya bertudung aku mensinonimkan tudung labuh itu dengan keindahan, keperibadian dan kebaikan. Walaupun aku turut mengenali teman – teman bertudung labuh yang akhlaknya bermasalah namun aku masih menemui keindahan jiwanya, ingin menjadi lebih baik. Hari ini aku memilih tudung labuh merana aku yakin ia lebih istimewa pada pandangan-nya.
Ketika remaja, aku hampir tidak sedar banyak pertanyaan yang terpendam. Mungkin saat itu aku tidak tahu apa yang aku perlu tahu. Hinggalahpersoalanku terjawab satu demi satu. Hikmah bicara kakak – kakak naqibah menerangkan pelbagai soalan yang kutagih pengertian. Jasa kalian selamanya harum dalam ingatan.

Yang Tertutup Itu Indah

Ketika kubertanya tentang tudung labuh, mudah jawapan yang kuterima, “ Yang tertutup itu indah!” Jawapan yang membawaku mengkaji surah al – Ahzab ayat 59 maksud dan tafsirannya.
Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Wahai Nabi, katakana kepada isteri – isterimu, anak – anak perempuanmu, dan isteri – isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka melabuhkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali sebagai wanita baik agar mereka tiidak diganggu.”
Ya, sedangkan buku yang kita sayangi, kita sampulkan seindahnya. Inikan pula bentuk tubuh wanita, takkan tiada sampulnya? Kuperhatikan kulit bukuku yang bersampul lebih terjaga berbanding kulit bukuku yang tidak bersampul. Kuperhatikan langsir yang cantik menghias pintu dan tigkap. Kuperhatikan kain yang mengalas meja dan perabot. Benar, yang tertutup itu indah! Begitu juga cara Allah menghargai keindahan wanita dengan membariskan perbatasan aurat. Agar keindahan itu hanya dinikmati oleh insan yang berhak. Bukannya diratah – ratah oleh pandangan hati yang sakit.
Selamat Daripada Diragut

Seorang temanku dari Brunei sudah beberapa hari tidak hadir ke kuliah. Aku risaukan keadaannya. Apabila dia muncul kembali, aku segera bertanya , dia menunjukan pipinya yang calar sambil bercerita dengan juraian air mata.

Dua orang pemuda yang menunggang laju meragut beg tangannya. Dia ikut terseret. Ketika itu pula dia sedang mengandung dua bulan, Hampir – hampir keguguran . Kedua – dua lututnya terluka, pipi dan tangannya tercalar. Berdarah.

Dia memegang hujung tudungku sambil menyimpulkan, “Jika akak memakai tudung labuh macam nie, tentu mereka tak Nampak beg tangan akak.” Kata – kata itu benar  - benar membuatkanku berfikiran jauh. Aku bersyukur kepada Allah s.w.t, kerana tidak pernah menjadi mangsa ragut. Baru aku sedar, Antara faktor – faktor yang menyelamatkanku adalah kerana beg tanganku sentiasa tersembunyi di bawah tudung labuh.
Beberapa temanku yang mulanya memakai tudung labuh akhirnya menukar penampilan kerana takut tidak dipinang. Penampilan masih menutup aurat, namun jika itu alasanya, dia mungkin tersilap.

Saya mengakui antara factor yang menyakinkannya pada agamaku saat memilih bunga untuk disunting adalah kerana nilai tudung labuhku. Wanita bertudung labuh lumrahnya hanya berani dirisik oleh lelaki yang mempunyai persiapan agama. Jika malas hidup beragama, mereka akan berfikir beribu kali untuk memiliki suri yang bertudung labuh. Rasa tidak layak. Rasa perlu memperbaiki diri terlebih dahulu.

Benar, kita tidak boleh menilai seseorang dengan hanya melihat luarannya. Namun realitinya kadangkala masa terlalu singkat dan peluang tidak ada untuk kita mengkaji dalaman seseorang sehingga terpaksa menilai hanya melalui luaran, contoh reality, jika kita ingin membeli nasi lemak di gerai. Kelihatan penjual di gerai yang pertama ialah seorang mak cik bertudung labuh. Penjual di gerai kedua pula seorang wanita tidak bertudung. Mana yang kita pilih? Kenapa membuat pilihan tanpa mengkaji dalaman kedua – dua dahulu? Apa nilaian kita ketika itu? Fikir – fikirkanlah.
Hormatilah Selagi Masih Menutup Aurat

Ya! Ya! Ya! Kudengari suara – suara hati berkata, “ Ramai saja yang bertudung labuh tapi tak baik.” “Tudung tak labuh pun masih menutup aurat.” “ Don’t judge a book by its cover.” Kuhormati semua kata – kata ini. Aku Cuma berkongsi secebis pengalaman dalam hidupku yang menyebabkan kurasakan tudung labuh begitu istimewa. Buat adik – adik remaja yang bertanya, moga adok – adik menemui jawapannya.

As'salamualaikum wr.wb


Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in...''

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ..'' Ta’ala.


Wahai.....Muslimah..'' <>
Tahukah engkau ...??
Kecantikan bidadari 70.000 kali
dari kecantikan wanita terhebat didunia
sedangkan engkau wahai ukhty ...
...kecantikanmu ...
70 kali dari kecantikan bidadari,
Subhanalloh .....
Bagaimana mungkin suamimu akan terkesan dengan selainmu .. ???

Hari pertama kalian ...
Saat perjumpaan yg abadi,
Tertawa terus ...
Tak ada lagi tangis
Sehat tak ada lagi sakit
Kaya yang tak akan miskin

Kalian akan bahagia selamanya ...
Senang selamanya ...
Mulia selamanya ...
Di syurganya Alloh SWT

Ukhty ...
Jangan terpesona ...
Dengan perhiasan ahli dunia,
Gelang yang mereka pakai ...
Akan menarik mulut mereka sampai ke perut,
Rambut yang disasak,
Akan digantung menjadi ikatan,
Sedangkan dibawah dibakar api !!

Tahukah engkau wahai ukhty ...
Bahwa satu rambut wanita yang tampak
Akan disiksa seratus tahun didalam neraka

Hari itu ....
Tak akan ada lagi siulan yang mengagumi
Tak ada mata yang berani menatap
Bahkan ...
Tak ada yang berani mengaku kenal ...

Mereka teriak .....
Oh ..... alangkah baiknya jika dahulu aku berhijab !!
Aku telah terfitnah dan menyebar fitnah
Kutampakkan betisku didepan etalase toko ...
Ku rias wajahku dikantor-kantor ...
Ku perdengarkan suaraku didepan umum ...
Ku pandang setiap mata laki-laki yang berbicara padaku ...
Ku biarkan selain suamiku mencium bau farfumku ...

Ya Alloh .... !! maafkan aku .....
Saat itu mereka teriak .... " lapaaaarrr ..... !!"
Mereka diberi hadiah ZAQUM,
Buah yang berduri sebesar kepala syetan,
Ditelankan sehingga tersangkut dileher

Ketika mereka teriak "hausssss ..... !!"
Maka datang GISLIN,
Cairan darah dan nanah yang mendidih
Saking hausnya .....
Sehingga langsung meneguknya ...
Maka bukan hanya zaqum yang turun keperut,
Tetapi semua isi perut terbuai melalui anus ...

Na'udzubillahi min dzalik ....
Ukhty ....
Tundukkan pandanganmu,
Karena mata yang tak dijaga ...
yang digunakan banyak maksiat ...
Maka dikubur ... adalah yang pertama kali
Dihajar syuja'ul aqro,
Dan dimahsyar ....Akan bangkit dalam keadaan buta,

Jagalah mulutmu dari ghibah
Karena busuknya ghibah,
Akan mengotori seluruh samudera

Jangan berdusta !!
Satu kali dusta, malaikat akan berlari ...
100 mil darimu

Ukhty ....
Tanah yang subur akan mengeluarkan
Tanaman yang baik
Tanah yang gersang biasanya tumbuh
Pohon berduri

Wanita yang buruk ....
Walaupun dia isteri seorang nabi,
Akan melahirkan anak yang kafir
Lihatlah isteri Nabi Nuh a.s. !!
Melahirkan kan'an yang kafir
Yang menjadi bibit kekafiran sampai
Hari kiamat

Tetapi ..... wanita yang siap berkorban,
Menghinakan diri untuk Alloh SWT
,Akan melahirkan orang-orang sholeh,
Lihatlah Hajar r.ha, Sarah r.ha,Maryam r.ha,
Bahkan ketika isra' mi'raj Nabi
Telah mencium bau harum dari pusara
Masyitah
Seorang wanita ....
Yang telah mengorbankan seluruh keluarganya ...
Untuk Alloh SWT

Ukhty ....
Jangan kau sia-siakan umurmu...
Masa luangmu, kajilah sunnah nabimu,
Dan usahakanlah hidupmu
Sebagaimana sahabiyah
Siang mereka, jadikanlah siangmu
Dan malam mereka, jadikanlah malammu

Sehingga ....
Keridho'an Alloh SWT datang kepadamu
Sebagaimana telah datang kepada mereka,

"orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(mauk islam) diantara orang-orang muhajirin dan ansor dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka
Dan merekapun ridho kepada Alloh SWT ... "(QS At-Taubah :100)


Ya Alloh ......
Turunkan hidayah diseluruh alam .....
Berikan taufik kepada wanita muslimah diseluruh alam
Untuk dapat menutup aurat secara sempurna,
Jadikan mereka seperti sahabiyah,
Amiiin ya Allah ....

Marilah kita manfaatkan Facebook untuk kebaikan ......

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in...''

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Belakangan ini di antara kita pernah mendengar fatwa haramnya Facebook, sebuah layanan pertemanan di dunia maya yang hampir serupa dengan Friendster dan layanan pertemanan lainnya. Banyak yang bingung dalam menyikapi fatwa semacam ini. Namun, bagi orang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah tentu tidak akan bingung mengenai fatwa tersebut.

Dalam tulisan yang singkat ini, dengan izin dan pertolongan Allah kami akan membahas tema yang cukup menarik ini, yang sempat membuat sebagian orang kaget. Tetapi sebelumnya, ada beberapa preface yang akan kami kemukakan.Semoga Allah memudahkannya.

Dua Kaedah yang Mesti Diperhatikan

Saudaraku, yang semoga selalu mendapatkan taufik dan hidayah Allah Ta’ala. Dari hasil penelitian dari Al Qur’an dan As Sunnah, para ulama membuat dua kaedah ushul fiqih berikut ini:

    Hukum asal untuk perkara ibadah adalah terlarang dan tidaklah disyari’atkan sampai Allah dan Rasul-Nya mensyari’atkan.

    Sebaliknya, hukum asal untuk perkara ‘aadat (non ibadah) adalah dibolehkan dan tidak diharamkan sampai Allah dan Rasul-Nya melarangnya.

Apa yang dimaksud dua kaedah di atas?

Untuk kaedah pertama yaitu hukum asal setiap perkara ibadah adalah terlarang sampai ada dalil yang mensyariatkannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ibadah adalah sesuatu yang diperintahkan atau dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang memerintahkan atau menganjurkan suatu amalan yang tidak ditunjukkan oleh Al Qur’an dan hadits, maka orang seperti ini berarti telah mengada-ada dalam beragama (baca: berbuat bid’ah). Amalan yang dilakukan oleh orang semacam ini pun tertolak karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

    مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
    “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Namun, untuk perkara ‘aadat (non ibadah) seperti makanan, minuman, pakaian, pekerjaan, dan mu’amalat, hukum asalnya adalah diperbolehkan kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya. Dalil untuk kaedah kedua ini adalah firman Allah Ta’ala,

    هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً

    “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS. Al Baqarah: 29).

Maksudnya, adalah Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini untuk dimanfaatkan. Itu berarti diperbolehkan selama tidak dilarangkan oleh syari’at dan tidak mendatangkan bahaya.

Allah Ta’ala juga berfirman,

    قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

    “Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat .” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 32).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingkari siapa saja yang mengharamkan makanan, minuman, pakaian, dan semacamnya.

Jadi, jika ada yang menanyakan mengenai hukum makanan “tahu”? Apa hukumnya? Maka jawabannya adalah “tahu” itu halal dan diperbolehkan.
Jika ada yang menanyakan lagi mengenai hukum minuman “Coca-cola”? Apa hukumnya? Maka jawabannya juga sama yaitu halal dan diperbolehkan.
Begitu pula jika ada yang menanyakan mengenai jual beli laptop? Apa hukumnya? Jawabannya adalah halal dan diperbolehkan.
Jadi, untuk perkara non ibadah seperti tadi, hukum asalnya adalah halal dan diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Makan bangkai menjadi haram, karena dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu pula pakaian sutra bagi laki-laki diharamkan karena ada dalil yang menunjukkan demikian. Namun asalnya untuk perkara non ibadah adalah halal dan diperbolehkan.

    Oleh karena itu, jika ada yang menanyakan pada kami bagaimana hukum Facebook? Maka kami jawab bahwa hukum asal Facebook adalah sebagaimana handphone, email, blog, internet, radio, dan alat-alat teknologi lainnya yaitu sama-sama mubah dan diperbolehkan.

Hukum Sarana sama dengan Hukum Tujuan

Perkara mubah (yang dibolehkan) itu ada dua macam. Ada perkara mubah yang dibolehkan dilihat dari dzatnya dan ada pula perkara mubah yang menjadi wasilah (perantara) kepada sesuatu yang diperintahkan atau sesuatu yang dilarang.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- mengatakan,

    “Perkara mubah dibolehkan dan diizinkan oleh syari’at untuk dilakukan. Namun, perkara mubah itu dapat pula mengantarkan kepada hal-hal yang baik maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang diperintahkan. Perkara mubah terkadang pula mengantarkan pada hal yang jelek, maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang dilarang.
    Inilah landasan yang harus diketahui setiap muslim bahwa hukum sarana sama dengan hukum tujuan (al wasa-il laha hukmul maqhosid).”

Maksud perkataan beliau di atas:

Apabila perkara mubah tersebut mengantarkan pada kebaikan, maka perkara mubah tersebut diperintahkan, baik dengan perintah yang wajib atau pun yang sunnah. Orang yang melakukan mubah seperti ini akan diberi ganjaran sesuai dengan niatnya.

Misalnya : Tidur adalah suatu hal yang mubah. Namun, jika tidur itu bisa membantu dalam melakukan ketaatan pada Allah atau bisa membantu dalam mencari rizki, maka tidur tersebut menjadi mustahab (dianjurkan/disunnahkan) dan akan diberi ganjaran jika diniatkan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah.

Begitu pula jika perkara mubah dapat mengantarkan pada sesuatu yang dilarang, maka hukumnya pun menjadi terlarang, baik dengan larangan haram maupun makruh.
Misalnya : Terlarang menjual barang yang sebenarnya mubah namun nantinya akan digunakan untuk maksiat. Seperti menjual anggur untuk dijadikan khomr.

Contoh lainnya adalah makan dan minum dari yang thoyib dan mubah, namun secara berlebihan sampai merusak sistem pencernaan, maka ini sebaiknya ditinggalkan (makruh).

Bersenda gurau atau guyon juga asalnya adalah mubah. Sebagian ulama mengatakan, “Canda itu bagaikan garam untuk makanan. Jika terlalu banyak tidak enak, terlalu sedikit juga tidak enak.” Jadi, jika guyon tersebut sampai melalaikan dari perkara yang wajib seperti shalat atau mengganggu orang lain, maka guyon seperti ini menjadi terlarang.

Oleh karena itu, jika sudah ditetapkan hukum pada tujuan, maka sarana (perantara) menuju tujuan tadi akan memiliki hukum yang sama. Perantara pada sesuatu yang diperintahkan, maka perantara tersebut diperintahkan. Begitu pula perantara pada sesuatu yang dilarang, maka perantara tersebut dilarang pula. Misalnya tujuan tersebut wajib, maka sarana yang mengantarkan kepada yang wajib ini ikut menjadi wajib.

Contohnya : Menunaikan shalat lima waktu adalah sebagai tujuan. Dan berjalan ke tempat shalat (masjid) adalah wasilah (perantara). Maka karena tujuan tadi wajib, maka wasilah di sini juga ikut menjadi wajib. Ini berlaku untuk perkara sunnah dan seterusnya.

Intinya, Hukum Facebook adalah Tergantung Pemanfaatannya

Jadi intinya, hukum facebook adalah tergantung pemanfaatannya. Kalau pemanfaatannya adalah untuk perkara yang sia-sia dan tidak bermanfaat, maka facebook pun bernilai sia-sia dan hanya membuang-buang waktu. Begitu pula jika facebook digunakan untuk perkara yang haram, maka hukumnya pun menjadi haram. Hal ini semua termasuk dalam kaedah “al wasa-il laha hukmul maqhosid (hukum sarana sama dengan hukum tujuan).” Di bawah kaedah ini terdapat kaedah derivat atau turunan yaitu:

    1. Maa laa yatimmul wajibu illah bihi fa huwa wajib (Suatu yang wajib yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi wajib)
    2. Maa laa yatimmul masnun illah bihi fa huwa masnun (Suatu yang sunnah yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi wajib)
    3. Maa yatawaqqoful haromu ‘alaihi fa huwa haromun (Suatu yang bisa menyebabkan terjerumus pada yang haram, maka sarana menuju yang haram tersebut menjadi haram)
    4. Wasail makruh makruhatun (Perantara kepada perkara yang makruh juga dinilah makruh)
    Maka lihatlah kaedah derivat yang ketiga di atas. Intinya, jika facebook digunakan untuk yang haram dan sia-sia, maka facebook menjadi haram dan terlarang.

Kita dapat melihat bahwa tidak sedikit di antara pengguna facebook yang melakukan hubungan gelap di luar nikah di dunia maya. Padahal lawan jenis yang diajak berhubungan bukanlah mahram dan bukan istri. Sungguh, banyak terjadi perselingkuhan karena kasus semacam ini. Jika memang facebook banyak digunakan untuk tujuan-tujuan seperti ini, maka sungguh kami katakan, “Hukum facebook sebagaimana hukum pemanfaatannya. Kalau dimanfaatkan untuk yang haram, maka facebook pun menjadi haram.”

Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook

Saudaraku, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!
Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,

    “Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas,

    “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

    “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

Ingatlah … kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu.

Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu,

    “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)

Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah

Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.

Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
    “Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
    “Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

    لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
    “Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 1o bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.

Penutup: Nasehat bagi Para Pengguna Facebook

Faedah dari perkataan Imam Asy Syafi’i:

    “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.(Al Jawabul Kafi, 109)

Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Rujukan :

Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
Al Qowa’id wal Ushul Al Jaami’ah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Darul Wathon Lin Nasyr
Jam’ul Mahshul fi Syarhi Risalah Ibni Sya’di fil Ushul, Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, Dar Al Muslim
Risalah Lathifah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di

***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal
By..'' Mediu Learning Center, Rabu, 10 /1430 H
HAlhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

BANGUNLAH PEMUDA DAN PEMUDI HARAPAN AGAMA DAN BANGSA Jangan TERUS TERLENA..'' PesONA DUNIA

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Kalimat ini...'''  
Merdeka, merdeka, merdeka, 
Sering kita laungkan, 
Jika direnung kembali laungan keramat, 
Merdeka benarkah kita,
Dari penjajah yang tidak cuma menjajah tapi juga menghina, 
Bukan cuma Negara, 
Tapi turut dijajah pemerintahan juga pegangan kita, 
Alhamdullilah, 
Negara tidak lagi ditangan mereka, 
Pemerintahan juga dipegang bangsa kita, 
Namun masih belum terjawab, 
Kemana pergi pegangan kita, 
Tidak, 
Kita masih belum merdeka sepenuhnya, 
Pilihan ditangan kita, 
Namun kebanyakan antara kita memilih untuk dijajah semula, 
Masakan tidak, 
Malu kebanyakan anak gadis  hilang entah kemana,
Walau tidak kesemua, 
Ini sangat merbahaya, 
Membawa fitnah pada agama, 
Kurung, kelubung hilang entah kemana, 
Skirt, jeans ketat,t-shirt adik-adik pula yang dijumpa, 
Diperaga dengan penuh gaya, 
Jika ditonton megah terasa tidak terkira, 
Jika diusik marah pula dia, 
Terasa diri begitu berharga, 
Diusung kesini juga kesana, 
Apa terlupakah kita, 
Yang tertutup itu indah sebenarnya, 
Jika dulu gagah perkasa, 
Melengkapkan diri dengan tingkah beragama, 
Kebanyakan kini lihat tidak bertenaga, 
Bukan kesemua, 
Namun ini seperti membiarkan agama dipersenda, 
Sifat kepimpinan yang harus ada, 
Lapuk dek hujan, 
Lekang dek panas, 
Seiring kemahuan kalian hidup beragama, 
Cita-cita syahid dituduh syadid, 
Kerana mata telah tertutup pandangannya, 
Oleh harta,pangkat juga wanita, 
Lalu rindu dan janji menemui Allah terlupa, 
Kerana mabuk rindu dan janji bertemu sidia, 
Yang jelas melalaikan tanpa ada ikatan halal disisi agama, 
Kerana takut tidak jantan, 
Suruhan agama rela ditinggal, 
Sedarlah kita wahai pejuang agama, 
Islam itu bukan pada nama Cuma, 
Jua pada bangsa, warna kulit atau pada pengakuan semata, 
kita adalah pejuang agama, 
mewarisi cara hidup islam, 
hidup kerana Allah semata, 
kita tinggalkan pemikiran yang telah lama menjajah, 
kemabli pada fitrah kita, 
fitrah beragama, 
mempertuhankan Allah yang satu, 
bukan hanya menurut hawa nafsu, 
buat wanita yang mendamba cinta, 
muliakan suamimu dengan memelihara, 
dirimu agar terus terjaga, 
buat lelaki Mulaikan Istrimu dengan memelihara Dan Menjaganya Dari Pesona dan Gelapnya Dunia.
Buat lelaki dan wanita adalah pejuang agama Penerus bangasa di Negeri ini.

BANGUNLAH PEMUDA DAN PEMUDI HARAPAN AGAMA DAN BANGSA Jangan TERUS TERLENA

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More