Friday, October 28, 2011


ohh.. Muslimah muslimah...


Bekerja adalah mubah atawa boleh. Seorang istri boleh bekerja atas seijin suami atau walinya bagi yang belum menikah tentunya.Selama tempat bekerjanya sesuai syara, pekerjaannya tidak melanggar syara dan dia dapat menjaga kehormatan diri dan kehormatan suami dan tidak melanggar syariat. Menutup aurat, dan tidak ikhtilat(berdua-duaan/menyepi-nyepi diri dengan laki-laki asing yang bukan mahromnya). Suatu yang boleh, berarti pilihan, mau bekerja atau tidak itu adalah pilihan....tidak lantas jadi haram, tetap dalam kebolehannya.Syariat Islam membolehkan wanita untuk berniaga, berjual beli, berinteraksi, menghadiri majlis-majlis ilmu, bahkan pada masa rosul banyak para wanita yang menjadi pejuang- pejuang Islam,ikut berjihad/berperang dan berhijrah, menjadi penyampai hadis seperti Ummul mukminin Aisah RA, Asma binti Abu Bakar yang melakukan tugas suci menyampaikan sembako(makanan)ke dalam gua ketika Baginda Rosul dan Sahabat Abu Bakar Assiddik, bersembunyi menuju Medinah untuk berhijrah. Zaman Rosulullah banyak pula wanita yang keluar rumah untuk shalat di mesjid dan mengkaji ilmu-ilmu Islam di luar rumahnya.Tapi tugas utama sebagai seorang ibu yaitu Ummu warobatul bait tidak boleh dia sepelekan, dan lalaikan.Wajib itu!! Sebagai ibu mendidik, mengarahkan anak2nya, memahamkan halal dan haram, memahamkan Islam dan menjaga Imannya, sebagai Istri menunaikan tugasnya, menyiapkan makanan, melayani dengan ikhlas....berjuang untuk kejayaan Islam juga menjadi tugasnya, berdakwah menyebarkan Islam juga kewajibannya dimanapun dia beraktifitas...eh kalau boleh memilih saya sebenarnya lebih mau tinggal di rumah dan berdakwah 100% (bukan sisa-sisa waktu),doakan semoga Allah memberikan jalan yang terbaik menurut Allah dan ridhonya. Tapi saya ingin ilmu yang saya peroleh dapat bermanfaat(ketika saya memutuskan untuk bekerja dulu), saya memohon petunjuk Allah. dan sampai saat ini saya masih bekerja. Semoga tidak menjadi fitnah dan dosa bagi saya karena saya bekerja seijin suami dan wali. Juga bisa menjaga diri.Alhamdulillah

hmm.. Kenapa Harus Wanita Sholehah ?



Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka ?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka ?

Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…

Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis dijalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya dihadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita dimanapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka ?

Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis ? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta ?

Aku menjawab..

Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..

Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permana syurga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..

Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka ?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca al qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka ? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern ?

Aku menjawab..

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menysihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul didalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu ?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka ?

Pada akhirnya, akupun menjawab…

Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang sholih seperti mereka..

Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari syurga yang turun kedunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk meberikan kepadamu yang tak berarti dimata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni syurga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki sholih penghulu syurga…

Seberat itukah ?

Ya… Takkan mudah.. sebab syurga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…

Menjadi Keluarga SAMARA penegak syariah dan Khilafah





Keluarga Pengemban Dakwah
Islam mewajibkan setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan, untuk menjadikan akidah Islam sebagai landasan kehidupan, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Menjadikan akidah Islam sebagai asas rumah tangga berarti mendudukkan akidah sebagai penentu tujuan hidup dalam berumah tangga. Akidah Islam menetapkan bahwa tujuan hidup setiap manusia adalah menggapai ridha Allah Swt. melalui ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada-Nya (QS adz-Dzariyat [51]: 56).

Berdasarkan hal ini, maka orang yang berpegang teguh pada akidah Islam akan senantiasa terikat dengan aturan-aturan Islam, termasuk dalam membangun kehidupan rumah tangga; membina dan menjalaninya. Motivasi dalam berkeluarga adalah semata-mata berharap mendapat ridha-Nya. Keberhasilan materi bukan hal yang utama. Setiap perintah Allah akan dilaksanakan sekalipun berat, penuh rintangan dan halangan, serta tidak terbayang keuntungan materinya. Sebaliknya, semua yang dilarang-Nya akan senantiasa dihindari walaupun menarik hati, menyenangkan, dan menjanjikan kesenangan materi.

Salah satu perintah Allah Swt. kepada suami dan istri adalah dakwah. Perhatikanlah firman Allah Swt. berikut:

]وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ[

Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi mungkar. (QS at-Taubah [9]: 71).

Dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahwa berdakwah merupakan aktivitas yang menyatu dengan keimanan seseorang, baik laki-laki maupun wanita. Allah Swt. juga berfirman:

]وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ[

Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran [3]: 104).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa dakwah bukanlah tanggung jawab seseorang saja, tetapi harus dilakukan secara berjamaah; harus ada sekelompok orang beranggotakan laki-laki maupun perempuan yang mampu menegakkan tujuan dakwah.

Jadi jelas, bahwa dakwah memang wajib dilakukan oleh setiap muslim laki-laki maupun wanita, suami maupun istri. Sekarang, setidaknya separuh jumlah penduduk dunia adalah wanita. Padahal pihak yang layak dan tepat berdakwah di kalangan wanita adalah kaum wanita; ibu dan calon ibu. Apalagi kondisi wanita sekarang telah dijadikan sasaran yang empuk untuk meruntuhkan suatu bangsa.

Dengan demikian, suami dan istri sama-sama meyakini bahwa dakwah merupakan kewajiban mereka. Suami tidak akan menghalang-halangi istrinya berdakwah. Sebab, menghalangi istri berdakwah berarti menghalanginya menunaikan kewajiban. Hal ini sama saja dengan menjerumuskannya ke dalam dosa. Sebaliknya, istri juga akan meridhai suaminya berdakwah. Suatu kali suaminya kendur dalam dakwah, bersegeralah ia menyemangatinya. Istri bangga memiliki suami sebagai pengemban dakwah, suami pun bangga memiliki istri pengemban dakwah. “Keluarga kami adalah keluarga pengemban dakwah,” begitu jiwanya berkata. Inilah kebahagiaan ideologis.

Mengatasi Problem Keluarga

Hidup berumah tangga bukanlah jalan tol yang tanpa hambatan. Ujian, cobaan, dan hambatan akan datang silih berganti. Hal ini penting selalu disadari oleh setiap pasangan suami-istri.

Sepasang suami-istri akan ingat bahwa ketika mereka menikah berarti dia telah menjawab satu pertanyaan penting dalam hidupnya, “Dengan siapa Anda akan berjuang bersama mengarungi kehidupan demi mencapai ridha Allah dan masuk surga bersama-sama?” Dengan mengingat hal ini maka suami dan istri adalah sahabat satu sama lain. Secara îmâni, suami-istri bukan sekadar bertujuan mencapai kebahagiaan seksual atau status sosial tinggi, melainkan masuk surga bersama-sama. (Lihat: QS az-Zukhruf [43]: 70-71). Rumah tangga yang dibentuknya bukan sembarang rumah tangga, melainkan rumah tangga yang akan diboyong ke surga. Inilah perkara yang senantiasa diingatnya ketika menghadapi persoalan. Karenanya, ketika terjadi guncangan rumah tangga, mereka saling berpegangan, bukan justru saling berlepas tangan. Solusi dan prinsip dalam menyelesaikan persoalan pun senantiasa disandarkan pada akidah dan syariat Islam.

Di antara persoalan yang muncul dalam rumah tangga adalah:
1.Ketimpangan pemahaman Islam antara suami-istri. Adanya jurang pemahaman sepasang suami-istri dapat menghadapi keguncangan dalam rumah tangga. Dakwah pun akan terganggu. Persoalan ini perlu diselesaikan dengan cara menyamakan persepsi. Caranya adalah berdialog; bukan dialog seperti penguasa dengan rakyat, tetapi dialog antara dua sahabat yang dilandasi cinta dan kasih sayang. Jika dialog terasa sulit, maka suami akan meminta dan mendorong istrinya mengikuti proses pembinaan. Hal yang sama dilakukan juga oleh istri kepada suaminya. Rasulullah saw. sering berdialog dengan istri-istrinya.

2.Beban hidup keluarga. Kezaliman penguasa seperti menaikkan harga BBM telah memukul masyarakat, tak terkecuali keluarga pengemban dakwah. Saat menghadapi persoalan ini keluarga Muslim akan menghadapinya dengan penuh kesabaran. Mereka yakin, Allah sajalah Maha Pemberi rezeki; Dialah yang meluaskan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki; Dia pula yang menyempitkan rezeki atas siapa saja yang Dia kehendaki. Keluarga Muslim memandang kaya atau miskin hanyalah cobaan dari Allah, Zat Yang Mahagagah. Hal ini justru mendorong mereka untuk semakin taat kepada Allah Swt. (Lihat: QS al-A‘raf [7]:168). Suami akan terus berusaha mencari nafkah. Istri pun tidak banyak menuntut.

Janganlah mengira Rasulullah hidup penuh kelonggaran. Sudah dimaklumi, Rasulullah saw. hidup dalam kefakiran. Nabi kekasih Allah tersebut dan keluarganya sering tidak kenyang makan selama tiga hari berturut-turut. Hal ini beliau alami hingga pulang ke rahmatullah (HR al-Bukhari dan Muslim). Namun, beliau dan istri-istrinya tetap teguh dalam dakwah Islam.


3.Masalah prioritas amal suami-istri. Kadangkala suami memprioritaskan agar istrinya mengasuh anak yang sakit, misalnya; sementara istrinya lebih mengutamakan kontak tokoh. Perselisihan pun terjadi. Sebenarnya, penentuan prioritas (al-awlawiyât) harus mengacu pada hukum syariah. Oleh sebab itu, suami dan istri penting memahami kedudukan masing-masing berdasarkan syariah. Suami wajib memperlakukan istri dengan baik (ma‘rûf), memberi nafkah, mendidik istri, menjaga kehormatan istri dan keluarga. Istri berkewajiban taat kepada suami, menjaga amanat sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt, menjaga kehormatan dan harta suami, meminta izin bepergian kepada suami. Sementara itu, kewajiban bersamanya adalah menjaga iman dan takwa; menjaga senantiasa taat kepada Allah Swt. menghindari maksiat, dan saling mengingatkan. Diupayakan, semua kewajiban dikompromikan antara suami dan istri. Jika pada suatu situasi dan kondisi tertentu terjadi bentrokan kepentingan antara peran sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt dan tugas dakwah, sedangkan pemaduan keduanya tidak dapat dilakukan, maka secara syar‘i prioritas yang harus dilakukan adalah kedudukan sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt.



Prinsip Dakwah Sinergis

Ada lagi persoalan lain yang kadangkala muncul. Namun, bagi setiap persoalan yang muncul, inti pemecahan masalahnya adalah:

1.Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing serta hak dan kewajiban bersama, lalu berupaya mengkompromikannya. Jika tidak bisa, kembali pada awlawiyât berdasarkan hukum syariah.

2.Membangun komunikasi dan saling pengertian. Rasulullah saw. senantiasa berkomunikasi dengan Ibunda Khadijah ra. Beliau bersama istrinya berupaya bersama membincangkan persoalan dakwah. Bahkan, beliau menyempatkan berkomunikasi dan bersenda-gurau dengan istri-istrinya setiap sehabis isya. Setelah itu, barulah beliau menginap di tempat istri yang mendapat giliran. Nabi saw. mencontohkan bahwa komunikasi merupakan persoalan vital dalam rumah tangga. Tentu, saat komunikasi bukan melulu persoalan yang berat-berat, melainkan juga terkait dengan persoalan ringan seperti makanan yang enak, foto keluarga, dll.

3.Saling mendukung sebagai tim dakwah terkecil. Dukungan orang-orang terdekat—suami dan istri, anak-anak, orangtua, dan orang-orang yang berada di sekitarnya—langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesuksesan tim dakwah keluarga. Beban rumah tangga, nafkah, dan dakwah jelas sangat berat. Akan lebih berat lagi jika suami/istri atau keluarga tidak memahami kewajiban ini. Sebaliknya, semua tugas akan terasa ringan dan menyenangkan, rasa lelah segera hilang jika suami/istri dan keluarga memahami aktivitasnya; mendukung, apalagi turut membantu. Suami dan istri sama-sama memahami bahwa aktivitas tersebut bukan didasari oleh keinginan untuk aktualisasi diri, karir, ataupun untuk persaingan antara suami-istri. Keduanya akan saling menolong dalam beribadah kepada Allah dan berlomba dalam kebaikan. Dengan begitu, akan tercipta sebuah keluarga yang harmonis, sakinah, mawaddah wa rahmah. Bagi Muslimah shalihah, seberat apa pun beban yang harus ditunaikan tidak berarti apa-apa jika dukungan dan ridha suami senantiasa menyertainya. Begitu juga, seorang suami salih akan tetap tersenyum bahagia jika istrinya shalihah dan menopang dakwahnya. Di sinilah peran penting suami-istri saling mendukung dalam menunaikan kewajiban dakwah dari Allah, Zat Yang Mahakuasa. Perlu suami-suami menjadi seperti Nabi saw. dan para sahabat; perlu istri-istri menjadi laksana ummul mukminin dan shahabiyât yang secara harmonis berjuang bersama memperjuangkan Islam.

4.Pentingnya ukhuwah sesama pengemban dakwah. Dakwah tidak mungkin dilakukan secara individual. Dakwah berjamaah adalah suatu keniscayaan. Ukhuwah di antara pengemban dakwah juga terus dipelihara selama mereka berinteraksi. Dengan begitu, satu sama lain akan saling mengenal, saling memahami, dan saling membantu. Masing-masing memahami karakter, kemampuan, kondisi, kendala, serta apa yang dibutuhkan. Tidak akan ada beban yang diberikan di luar kemampuan seseorang atau membuat dia lalai terhadap kewajibannya yang lain. Kalaupun ada kendala pada individu pengemban dakwah bukan langsung disalahkan, tetapi akan diteliti akar permasalahannya dan dicari solusi pemecahannya. Sebuah jamaah dakwah ibarat roda yang berputar. Masing-masing bagian menempati posisi dan fungsi masing-masing; kadang berada di bawah kemudian bergulir ke atas. Demikian halnya dengan seorang pengemban dakwah. Ketika dia sedang diliputi kendala, keadaannya ibarat bagian bawah roda. Saudaranya sigap dan cepat bereaksi untuk membantunya. Jika ini terjadi maka suatu keluarga pengemban dakwah yang tengah mendapatkan kesulitan diringankan oleh saudaranya dari keluarga lain.



Profil Keluarga

Keluarga Nabi saw. adalah keluarga sakinah penegak syariah. Beliau sebagai seorang suami sering bergurau, berbuat makruf, dan lembut terhadap istrinya. Beliaupun sekaligus rasul pejuang Islam. Salah seorang istrinya, Ibunda Khadijah, adalah penopang utama dakwah Nabi saw., beriman pertama kali, membiayai hampir seluruh dakwahnya. Sekalipun demikian, Ibunda Khadijah tetap rendah hati, berakhlak mulia, dan menjaga kesuciannya. Ia juga menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya serta tetap menghormati dan menaati Rasulullah saw. sebagai suaminya. Dari ibu mulia inilah lahir perempuan mulia Fatimah az-Zahra. Hidup beliau dilalui dengan penuh kesetiaan dan kebajikan. Sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya. Ia mendampingi Rasulullah saw. dalam suka dan duka perjuangan (Lihat: Akhmad Khalil Jam’ah, Wanita Yang Dijamin Syurga, Darul Falah, Jakarta, 2002, hlm. 16).

Ibunda Khadijahlah yang senantiasa menenangkan ketakutan Nabi saw. Tampaklah, keluarga beliau adalah keluarga sakinah yang pejuang, atau keluarga pejuang yang sakinah.

Profil seperti itu terjadi juga pada keluarga Yasir bin Amir bin Malik. Dia bersama istrinya Sumayyah binti Khubath ra., dan anaknya Amar bin Yasir, termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam. Pasangan suami-istri tersebut berhasil mendidik anaknya menjadi salih. Sang suami amat sayang kepada istri dan anaknya. Semasa hidupnya pun Sumayyah dikenal sebagai seorang istri yang baik, berbakti, dan mengabdi kepada suaminya. Ia bersama suaminya dalam suka dan duka. Mereka bukan hanya sebagai keluarga sakinah, melainkan juga mempertaruhkan nyawanya demi melawan musuh-musuh Islam. Jelas, mereka adalah keluarga sakinah penegak Islam.

Contoh lain adalah keluarga Abu Thalhah. Beliau adalah seorang pejuang dan sahabat dekat Nabi saw. Istrinya bernama Ummu Sulaym binti Milhan ra. Dia adalah seorang perempuan Anshar. Ia termasuh shahabiyah yang utama. Ilmu, pemahaman, keberanian, kemurahan hati, kebersihan, dan keikhlasan bagi Allah dan Rasul terkumpul dalam dirinya. Sebagai ayah dan ibu mereka berhasil. Buktinya, Anas bin Malik yang banyak meriwayatkan hadis itu adalah anak mereka. Hubungan suami-istri pun mesra. Ummu Sulaym senantiasa menyediakan makanan dan minuman, berdandan cantik, bercakap dan bersenda gurau. Sungguh, keluarga mereka bukan hanya pembela Nabi saw., melainkan juga sakinah.

Banyak lagi contoh-contoh profil keluarga sahabat. Intinya, mereka memadukan peran ayah/ibu dan anak, peran suami-istri, dan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, dengan perjuangan Islam. Jika kita hendak menjadi keluarga seperti mereka maka kita mesti menjadi ‘keluarga sakinah penegak syariah dan Khilafah’. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Inilah Wanita Penantang Diktator





Perhatikanlah nash-nash syariat yang terkandung dalam al Qur’an dan Sunnah. Sesungguhnya Allah telah memuji seorang wanita salehah dan mukminah.

Allah swt. berfirman:

“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surge dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.’”

(At Tahrim [66]: 11)

Renungkanlah bagaimana Allah menjadikan wanita ini (Asiyah r.a) sebagai perumpamaan yang hidup bagi setiap wanita mukminah. Bayangkanlah ketika Allah menjadikannya sebagai symbol yang suci bagi mereka yang ingin mendapat petunjuk dan memegang aturan Allah dalam kehidupan ini.

Alangkah cerdas dan lurusnya hati wanita ini, di mana ia selalu memohon agar bisa menjadi tetangga Allah Yang Maha Mulia. Ia lebih mengutamakan kedudukan bertetangga dengan Allah daripada tinggal di istana Fir’aun. Bahkan, ia ingin berlepas diri dari ketaatannya pada sang dictator yang jahat dan kafir itu. Ia juga menolak hidup bersenang-senang bersama Fir’aun dan para pelayan di istananya. Ia hanya memohon istana yang kekal, lebih baik, dan lebih baik di sisi Allah Tuhan semesta alam, untuk ditempatkan di dalam surga yang di dalamnya terdapat taman-taman dan sungai-sungai yang disenangi.

Sesungguhnya dia adalah wanita yang agung, dimana keteguhan dan kejujurannya mendorongnya untuk menyeru secara terang-terangan kepada suaminya – seorang dictator zalim – dengan kalimat kebenaran dan keimanan. Maka akhirnya, ia pun disiksa karena mempertahankan keimanannya itu. Kemudian Allah menjadikannya sebagai wanita teladan bagi setiap mukminah hingga hari kiamat. Allah juga mencatat dan memuji namanya dalam al Qur’an, serta menyanjung perbuatannya dan menghinakan suaminya yang telah menyimpang dari jalan Allah.

Tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah. Tetaplah bersikap optimis, walau berada dalam amukan badai.

Gudang Kenikmatan Itu Terdapat dalam Diri Anda




Karunia-karunia Allah pasti datang,
Walaupun terasa lama
Tapi sungguh, ia laksana kedipan mata
Ketika harus berkedip




Saudariku, sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Setelah tetesan air mata pasti ada senyuman, dan setelah malam pasti akan datang siang. Sesungguhnya awan kelabu kesedihan pasti berlalu, pekatnya kegalauan pasti tersingkap, segala problema pasti teratasi, dan segala bencana pasti akan berakhir dengan izin Allah. Yakinlah, bahwa Anda selalu akan diberi ganjaran terbaik olehNya.


Bila anda seorang ibu dan suka mendidik anak-anak dengan baik, maka mereka akan menjadi pembela dan penolong agamaNya, serta menjadi pembantu serta risalahNya. Mereka pasti mendoakan anda dalam sujud-sujudnya diwaktu sahur. Sesungguhnya, inilah kenikmatan agung bagi seorang ibu yang pengasih dan penuh cinta. Maka, cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan bagi anda, bahwa ibunda Muhammad saw adalah seorang wanita yang telah menghadiahkan kepada umat manusia seorang pemimpin yang agung dan rasul yang mulia.

Aminah binti Wahab, (ibunda Rasulullah saw)
Telah menghadiahkan kepada manusia
Tangan putih yang memerdekakan manusia



Saudariku, sebenarnya anda mampu menjadi da’iyah (penyeru kebaikan) dikalangan perempuan di negeri anda. Serulah mereka dengan kalimat yang benar, nasihat yang baik dan penuh hikmah. Ajaklah mereka untuk berdialog dan berdiskusi. Tunjukkan pada mereka sikap yang bersahabat. Dan terakhir, antarkanlah mereka menuju risalah Allah dan RasulNya yang mulia. Sesungguhnya, wanita dengan perilakunya yang saleh dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan cara berkhutbah, berpidato, atau mengikuti studi-studi.


Betapa banyak wanita yang tinggal di perkampungan yang dibekali dengan pemahaman agama, rasa malu, hijab, akhlak yang baik, kasih saying terhadap tetangga, dan ketaatan terhadap suami. Sehingga, catatan hidup mereka begitu harum dan menjad inspirasi dari isi ceramah atau nasihat yang disampaikan dalam setiap majelis. Sosoknya menjadi teladan bagi anak-anak gadis dan wanita dewasa di negerinya.

“sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan”
(al insyirah: 6)


Esok hari… akan tercium semerbak harumnya bunga. Kesedihan pasti hilang dan kesenangan pasti datang.

AKTIFITAS WANITA















1.Menjalankan seluruh syariat-syariat Allah
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

(Al Baqarah: 208)

2.Menutup aurot

·Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…… (An Nur: 31)

·Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita apabila telah baligh (mengalami masa haid), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini ( seraya menujuk muka dan telapak tangan). (HR. Abu Dawud)

3.Birrul walidain

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…(Al Isra’:23)

B.Sebagai ummun wa robbatul bait

i)Sebagai istri dan pengatur rumah tangga

·Diantara kebahagiaan itu ialah istri yang jika engkau pandang, ia membuatmu takjub dan jika engkau meninggalkannya, ia akan memelihara dirinya dan hartamu. (HR. Al Hakim)

·Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (AN Nisa: 34)

·Wanita mana saja yang meninggal, sementara suaminya meridhoinya, ia pasti masuk syurga. (HR. At Tirmidzi)

·Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain. Aku pasti akan memerintahkan kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya. (HR. At Tirmidzi)

ii)Sebagai ibu

a.Merawat dan menjaga anak sejak dini


Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan….. (Al Baqarah: 233)

b.Mendidik anak dengan Islam
·Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiyat kepada Allah dan suruhlah anak-anakmu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka. (HR. Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir)

·Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman: 17)

·Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim: 6)

·Perintahkan anak-anakmu menjalankan sholat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun maka pukulah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR. Al Hakim)

C.Kewajiban wanita di sektor publik (dakwah)

·Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( At Taubah: 71)

·Siapa saja yang bangun di pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka. (HR. Al Hakim dan Al Khotib)

·Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia, kalian menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar….(Ali Imron: 110)

Kalau Besok Mati, Kita Bawa Apa?

Kalau Besok Mati, Kita Bawa Apa?




Betapa banyak orang yang gamang menghadapi hari tua. Takut tak memiliki harta yang cukup saat tubuh tak lagi kuat bekerja. Takut kebutuhan hidup tak terpenuhi saat pendekatan tak lagi ada.



Maka, kasak-kusuk orang yang mencari solusi mengatasi kegamangan ini. Tak heran bila kemudian pegawai negeri sipil menjamin masa tua.


Para pegawai swasta pun tak mati asa. Mereka ikut asuransi hari tua. Mereka rela pendapatannya dipotong setiap bulan.


Begitu juga mereka yang tak akrab dengan asuransi, memilih untuk mengumpulkan sendiri rupiah demi rupiah di pundi-pundi mereka.


Alangkah piciknya kita jika hanya sibuk mempersiapkan diri sebatas hari tua saja! Padahal, setelah hari tua, ada masa yang jauh lebih penting untuk kita persiapkan bekalnya. Masa setelah kematian menjemput kita.


Masa ini jauh lebih lama ketimbang masa tua kita. Bahkan kita akan kekal berada di dalamnya.


Masa ini meminta konsekuensi jauh lebih berat ketimbang masa tua kita. Jika tak kita persiapkan dengan baik, maka kebahagiaan yang sungguh tak terbayangkan bakal menyambut kita.


Sayangnya, banyak diantara kita yang lebih merasa gamang menghadapi masa tua ketimbang masa ini. Banyak di antara kita yang lalai, seolah-olah masa ini masih lama. Padahal, masa ini bisa terjadi jauh-jauh hari sebelum masa tua tiba. Bahkan ia bisa dating esok, saat kita berada di usia “emas”.

Jadi, sebelum tiba masa dimana nafas sudah tersekat di tenggorokan, lekas kumpulkanlah bekal! Mumpung sekarang belum terlambat.

Wallahu a’lamu bish shawab

Belajarlah dari Ciptaan-Nya




Belajarlah melalui matahari yang terbit di ufuk timur tentang Cahaya diatas cahaya…


Belajarlah melalui bulan dan bintang-bintang tentang betapa tinggi dan tak terjangkau-Nya Penguasa alam semesta…


Belajarlah melalui awan yang berarak tentang pentingnya menjadi orang yang istiqomah dalam memegang teguh kebenaran dan keadilan….


Belajarlah melalui kegelapan malam tentang bagaimana menyelamatkan hati dan akal dari godaan setan yang terkutuk….


Belajarlah melalui siang, tentang sabar dan syukur atas karunia Allah apapun dan bagaimanapun wujud dan bentuknya…


Belajarlah melalui hutan dan bukit-bukit tentang betapa rendah segala sesuatu dihadapan-Nya…


Belajarlah melalui puncak gunung tetang betapa tinggi kedudukan-Nya…

Belajarlah melalui bunga-bunga tentang betapa indah wajah-Nya…



** Semoga semua bentuk pengajaran ini dapat menambah cahaya keimanan kita..

Menambah kesabaran dan tawakkal kita..

Tiada daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan Allah..

Tiada tempat meminta pertolongan selain pertolongan Allah..

Tiada Dzat yang mampu menyelamatkan kecuali Allah Swt…

Bertambah Hari Muakku Pada Penguasa...

Kutapaki pagi disinari mentari panas beberapa derajat. melangkah perlahan berharap tujuan terpenuhi. targetku penuh sekali. kulihat sepanjang jalan sepanjang langkah kaki ini, buah dari ketidakadilan sistem tangan manusia. anak jalanan menenteng lipatan kardus berjalan disamping belasan mobl berplat merah. bapak-bapak berpenghasilan kecil menajajakkan mainan dipinggir jalan demi memenuhi tuntutan kewajiban. wanita2 pamer kehormatan. hatiku hancur, hatiku geram, ingin aku "menampar" wajah penguasa dzalim didepan, dan akan terus kulakukan, sampai akhir waktu.







penguasa ohh.. penguasa..
apa bedanya diriku dan dirimu??
sadarkah? dengarkah? takutkah?

ku rindu sosok pemimpin ummat seperti Umar ra. yang tidak tega memakan makanan enak ketika rakyatnya memakan roti dan minyak samin..

apakah? apakah pemimpin negeri ini rela memakan nasi aking? sama seperti beberapa saudara kami memakannya??

adakah mereka takut pada siksaan Allah swt terhadap para pengkhianat?

sudah cukup sumber daya alam kami di "buang" sia-sia!!
sudah cukup kekayaan kami dijarah mulut-mulut yg mengaku pembela rakyat!!
Sudah cukup kebodohan dipelihara!!
Sudah cukup individualisme dimana-mana!
sudah cukup sekatan negeri-begeri muslim!
Sudah cukup teriakan rakyat meminta hak lahan!
sudah cukup pertahanan kebebasan menjajah wanita!
Sudah cukup kehormatan islam di obok-obok dengan kehadiran thoghut!

Sudah cukup, sudah cukup...

sampai kapan UMMAT TERBAIK??!

AYOOO.. SUDAH SAATNYA BERGERAK!

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah org2 yg beruntung." (QS.Ali-Imran:104)

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan utk manusia, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kpd ALLAH SWT." (QS.Ali Imran:110)

"Mereka beriman kepada ALLAH dan hari penghabisan, mereka menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan bersegera kpd pelbagai kebajikan. Mereka itu termasuk org2 yg sholeh. (QS.Ali Imran:114)

...Ia (nabi) menyuruh mereka mengerjakan yg ma'ruf dan melarang mereka mengerjakan yg munkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yg baik dan mengharamkan bagi mereka segala yg buruk...". (QS.Al-A'raf:157)

Dan org2 yg beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yg lain. Mereka menyuruh kpd yg ma;ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kpd ALLAH dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah:71)

"(Org mu'min yaitu) org2 yg jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan kepada ALLAH lah kembali segala urusan." (QS. Al-Hajj:41)

"(Luqman berkata) hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yg ma'ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar, dan sabarlah terhadap apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yg demikian itu termasuk hal-hal yg diwajibkan (oleh ALLAH)." (QS.Luqman:17)

TAK USAH ENGGAN, TAK USAH RAGU.. INILAH JANJI ALLAH...


تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Khilâfah ’alâ minhâj al-nubuwwah. (HR Ahmad).

MENJADI KELUARGA YASIR RA, MENJADI BILAL RA, TIDAK DIDAPATKAN DENGAN MEMELIHARA INDIVIDUALISME... TAK ADA ORANG SHOLEH PENGHUNI SURGA YG HANYA MEMENTINGKAN DIRINYA SENDIRI...

Rasulullah Saw bersabda:

من اصبح لايهتم بامورالمسلمين فليس متهم و من يسمع رجلا ينادي ياللمسلمين فلم يجبه فليس بمسلم

Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan tidak memikirkan urusan-urusan kaum Muslim, maka ia bukanlah seorang Muslim, dan barangsiapa yang mendengar teriakan seorang manusia yang berteriak: hai Muslimin, dan ia tidak menjawabnya, maka ia bukanlah seorang Muslim.(Ushul Kafi, jilid.2, hal.163).



~keep struggle, hasbunallah wa ni’mal wakiil~

~Andi Mutmainnah Salam…~

Thursday, October 27, 2011

LIHATLAH, SIAPA TEMANMU?

Nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru ! .. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang. Baca Selengkapnya.


Lihatlah, Siapa Temanmu…!
Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersamanya

Wanita adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir bahwa, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu. Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman dalam hidup ini..?.
Namun wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan menjadikannya sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah lake. Seperti ungkapan “Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya“.

Bertolak dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman, juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek.
Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:

Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)

Dari petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau sesak nafas, karena bau yang tak enak.

Maka alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.
Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.

Maka perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam
1.ada teman yang bisa memberikan manfaat
2.ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
3.dan ada yang bisa memberikan keutamaan.

Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)

Memang tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :

Manusia itu adalah barang tambang seperti emas dan perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah adalah yang paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu seperti pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang tidak dikenal akan dijauhi ” (Riwayat Muslim)
Wanita muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib, tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih banyak daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi.

Maka Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita. 

Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).

Maka wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun secara lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang menjadi patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan kekayaan atau lainnya. “Pergaulan anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka“.

Oleh karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :
Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:28)

Maraji :
Hilyah tolabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaed, Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah, Bid’ah dhowabituha wa atsaruhas Sayyisil Ummah, Dr. Ali Muhammad Nashir AlFaqih, Sahsiyah Mar’ah, Dr M.Ali Al Hasyimi

Dikutip dari Buletin Dakwah Al-Atsari, Cileungsi Edisi X Sha’ban 1419 Dinukil dari Darussalaf.or.id , Penulis: Bintu Humron, Judul: Lihatlah, Siapa Temanmu…!

Semoga jadi anak yang sholeh

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More