Friday, January 21, 2011

HTI DIY: Negara Gagal, Selamatkan dengan Khilafah

HTI Press. Mafia hukum yang merajalela, ringannya vonis terhadap Gayus, liberalisasi migas, banyaknya TKI yang disiksa dan dibunuh di luar negeri, serta berbagai kasus lainnya dinilai HTI sebagai bukti kegagalan negara dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang fundamental.

Menyikapi hal tersebut, HTI menyelenggarakan aksi bertema “Negara Gagal, Selamatkan dengan Khilafah” pada Jumat, 21 Januari 2011. Massa peserta aksi yang berjumlah sekitar 400 orang berkumpul di halaman gedung DPRD I DIY sejak pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan long march menuju kawasan Titik Nol Kilometer, depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Massa HTI berjalan dengan tertib tanpa mengganggu pengguna jalan. Sambil berjalan massa HTI meneriakan yel-yel dan bertakbir. Dalam orasinya, HTI menyerukan untuk menolak liberalisasi migas, penyelamatan aset-aset negara, serta menyerukan untuk mengganti sistem demokrasi dengan sistem khilafah.

Di akhir acara, dibacakan Press Release HTI tentang Keprihatinan terhadap Kondisi Negara yang dibacakan oleh Ustadz Nurwidianto, Ketua Lajnah Faaliyah HTI DIY yang pada aksi ini bertindak sebagai humas. Aksi yang mendapatkan liputan luas berbagai media lokal dan nasional ini sedikit terhambat dengan adanya hujan deras yang mengguyur kota Yogyakarta sehingga acara dipercepat. Walau demikian, peserta aksi tetap terlihat bersemangat. [] Kantor Humas HTI DIY














Raja Arab Saudi ‘Jejali’ Obama dengan Emas & Berlian

Tahukah anda, sepanjang tahun pertama kepemimpinannya Presiden Amerika Serikat Barack Obama keluarga dan anggota kabinetnya menerima hadiah lebih dari 300 ribu dolar dari Raja Arab Saudi Abdullah Bin Abdulaziz.

Kantor Arsip Nasional AS, Selasa (18/1) kemarin dalam sebuah rilisnya, menyatakan, Raja Abdullah telah mempersembahkan hadiah senilai lebih dari 34 ribu dolar kepada Obama, 146,2 ribu dolar kepada istrinya, dan 7,275 ribu dolar kepada kedua putri Sang Presiden, Sasha dan Malia.

Raja Saudi juga memberikan hadiah 108,245 ribu dolar kepada para pegawai Gedung Putih, 23,400 ribu dolar kepada para diplomat tinggi AS, serta 12 ribu dolar kepada wakil duta besar AS di Riyadh.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Raja Abdullah telah menghadiahkan Michelle Obama perhiasan yang terbuat dari berlian dan batu ruby senilai 132 ribu dolar. Tidak hanya itu, Raja Saudi juga mempersembahkan sebuah kalung mutiara senilai 14,200 ribu dolar kepada istri Obama.

Selain Raja Saudi, Presiden Cina Hu Jintao juga memberikan Obama sutra bordir senilai 20 ribu dolar. Presiden Zionis Israel Shimon Peres memberikan Obama patung perunggu seorang gadis yang tengah melepaskan merpati, senilai 8.000 dolar.

Beberapa pemimpin negara lain juga turut menganugerahkan hadiah kepada Obama, antara lain Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan istrinya, dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown. Menurut hukum AS, hadiah yang diberikan kepada para pejabat AS harus diserahkan ke Departemen Arsip Nasional. (republika.co.id, 19/1/2011)

Ikhwan Ancam Mubarak: “Reformasi Atau Penggulingan Seperti Tunisia”

Ikhwanul Muslimin, kekuatan oposisi terbesar Mesir, pada hari Rabu (19/1), memperingatkan rezim Presiden Hosni Mubarak bahwa “Jika tidak bergerak cepat melakukan reformasi, maka stabilitas tidak akan bertahan lama.” Dikatakan bahwa faktor yang memicu pengguligan rezim Tunisia juga ada di Mesir.

Ikhwan mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Intifada Tunisia merupakan sebuah pesan bagi semua orang yang tertindas dan sabar bahwa mereka bisa bebrbuat banyak, tidak selamnya lemah,” dan “pesan bagi para penguasa yang zalim dan rezim yang korup bahwa mereka tidak selamanya aman, dan mereka sedang berada di atas gunung berapi kemarahan rakyat.”

Pernyataan itu menambahkan: “Kita dapat mengatakan dengan penuh keyakinan dan kepastian bahwa alasan dan motif yang menyebabkan penggulingan yang diberkati di Tunisia telah ada di banyak negara, khususnya di negeri kami, Mesir.”

Ikhwan menekankan bahwa “Rezim yang berkuasa di negara ini, dibandingkan dengan yang lainnya, memiliki lebih banyak kemampuan untuk melakukan reformasi dan berubahan jika ia punya kemauan dan keinginan.”

Ikhwan memperingatkan bahwa “Jika rezim tidak bergerak cepat untuk memikul tanggung jawab dan mengambil inisiatif guna memulai proses reformasi secara serius, maka stabilitas tidak akan bertahan lama.”

Ikhwan mengatakan bahwa untuk menghindari “dampak kemarahan yang terjadinya tidak diperhitungkan,” maka Ikhwan menuntut serangkaian tindakan, termasuk “penghapusan keadaan darurat” yang diberlakukan di negara selama hampir 30 tahun; pembubaran Dewan Rakyat palsu, dan penyelenggaraan pemilu yang bersih, bebas dan adil; amandemen konstitusional untuk menjamin kebebasan pencalonan dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan September mendatang; dan juga segera melakuan peninjauan kembali kebijakan luar negeri Mesir, terutama terhadap Zionis, dan keharusan untuk memutus hubungan dengannya, dengan mendukung jihad warga Palestina, yang dipimpin oleh Hamas untuk membebaskan tanah Palestina, tanah Arab dan Islam, dan pembentukan negara Palestina dengan ibukota Al-Quds.

Pihak oposisi Mesir menegaskan bahwa Majelis Rakyat sekarang hasil pemilihan yang berlangsung November lalu dipenuhi dicurangi dalam skala besar, sehingga legitimasi Parlemen masih dipertanyakan.

Pihak oposisi Mesir sejak beberapa tahun yang lalu telah menuntut sebuah amandemen konstitusi yang secara khusus memberi kesempatan untuk pencalonan independen pada pemilihan presiden, di mana hal itu hampir tidak mungkin dengan persayaratan yang ditetapkan dalam konstitusi sekarang.

Namun Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang pada bulan September mendatang ia telah sempurna berkuasa selama 30 tahun, belum mengumumkan apakah ia berencana mencalonkan dirinya atau tidak untuk jabatan keenam kalinya selama enam tahun ke depan. Begitu juga dengan putranya, Gamal Mubarak, niatnya masik diliputi teka-teki, meskipun spekulasi telah beredar tentang keinginannya untuk menggantikan ayahnya (islamtoday.net, 19/1/2011).

Obama Peringatkan Mubarak: Awas! Nasibmu Akan Seperti Ben Ali

Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama mengkhawatirkan mitra dekatnya di kawasan, Hosni Mubarak, Presiden Mesir akan bernasib sama dengan Presiden terguling Tunisia Zine El Abidine Ben Ali. Kepada Mubarak, Obama berkata, tidak ada jaminan jika revolusi rakyat Tunisia tidak akan merembet ke Mesir.

Berbeda dengan statemen Gedung Putih terkait dialog telepon antara Obama dan Mubarak, sebuah sumber terpercaya AS menyatakan bahwa tujuan Obama menghubungi sejawatnya dari Mesir adalah menegur Mubarak karena lalai menjalankan program reformasi dan memerangi korupsi di negaranya. Obama menyebut hasil pemilu terbaru di Mesir dibarengi dengan meningkatkan pesimisme kalangan muda terkait kecurangan di pemilu legislatif.

Sementara itu, statemen Gedung Putih menyebutkan dialog antara Obama dan Mubarak seputar kondisi Tunisia dan vonis pertama Pengadilan Khusus Lebanon (STL). Obama mengharap pemerintahan transisi Tunisia mampu menerapkan prinsip-prinsip utama Hak Asasi Manusia serta menggelar pemilu yang bebas dan bersih.

Menurut sumber ini, Gedung Putih serius memonitoring perkembangan di Kairo mengingat Mesir mitra utama Washington di Timur Tengah. Berbagai berita dari Mesir khususnya aksi membakar diri empat warga negara ini dalam dua hari lalu dan seruan kubu penentang pemerintah Kairo untuk menggelar aksi demo besar-besaran pada 25 Januari membuat Washington khawatir. Apalagi kini juga merebak tuntutan pengunduran diri Mubarak.

Sumber ini menambahkan, menyusul revolusi rakyat Tunisia yang berhasil menggulingkan pemerintahan berkuasa Ben Ali, Washington kian khawatir masa depan mitra-mitranya di kawasan. Kekhawatiran ini dipicu oleh cepatnya proses runtuhnya pemerintahan Zine El Abidine Ben Ali yang tidak disangka-sangka Barat. (IRIB, 19/1/2011)

Memotret Peristiwa Tunisia

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan hadits dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian mencintainya dan mereka mencintai kalian; mereka memberkati kalian dan kalian memberkatinya. Sementara seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian membencinya dan mereka membenci kalian; kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.

Sungguh umat Islam sekarang ini benar-benar telah kehilangan nikmat yang sangat besar. Dan sekiranya nikmat itu ada, niscaya umat Islam hidup dalam suasana kemuliaan sepanjang hari, serta hidup dalam suasana yang mendatangkan ridha dari Dzat Yang Maha Penyayang. Nikmat yang dimaksud adalah nikmat adanya pemimpin yang kami mencintainya dan ia pun mencintai kami; kami mendoakan kebaikan kepadanya dan ia pun mendoakan kebaikan kepada kami.

Benar! Allah telah mencabut dari kami nikmat yang besar ini. Para penguasa kami sekarang ini termasuk di antara seburuk-buruk pemimpin seperti yang disebutkan oleh ash-shadiq al-mashdûq (orang yang jujur dan dapat dipercaya), nabi tercinta, Muhammad Saw, di mana kami bersaksi kepada Allah bahwa kami membenci mereka dan melaknati mereka sepanjang pagi dan sore.

Semua dari kami telah menyaksikan apa yang sedang terjadi di Tunisia al-Habib. Bahwasannya apa yang telah dan sedang terjadi di negeri Kairouan ini menunjukkan kepada kami sejauh mana murka dan kebencian umat Islam kepada penguasanya yang selama ini disembunyikan; serta mengungkapkan bahwa sebenarnya umat Islam melaknatnya sepanjang pagi dan sore.

Di sini kami tidak bermaksud membuat analisa tentang siapa yang berada di belakang insiden ini. Namun, insiden itu sangat jelas mengungkapkan hal-hal berikut:

Pertama, bahwa masalah di Tunisia dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya tidak terkait dengan pribadi-pribadi tertentu. Barat, Eropa dan Amerika tidak berdaya mengubah boneka ketika itu menjadi tuntutan rakyat. Tunisia dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya bukti atas semua itu. Sesungguhnya masalah sebenarnya yang membuat rakyat miskin, dan yang menjadikan mereka budak bagi kelompok yang menguasai mereka di Tunisia dan lainnya adalah berasal dari luar, yaitu sistem kapitalis yang rusak dan busuk, baik politik maupun ekonominya. Sehingga tidak bisa keluar dari leher botol kecuali dengan perubahan radikal yang didasarkan pada Islam, yang tercermin dalam sisten negara Khilafah. Maka, membuang Ben Ali dan lainnya di antara para pemimpin bodoh pada era saat ini ke tong sampah sejarah, namun selama sistem demokrasi, konstitusional, diktator, pemerintah “penyelamat” nasional atau persatuan nasional masih ada, tidak akan pernah memecahkan masalah, justru akan memperparah masalah. Zine El Abidine Ben Ali ini telah mengubahnya sebelum 23 tahun yang lalu atas pendahulunya (Bourguiba). Lalu, apa yang terjadi? Sungguh kezaliman dan ketidakadilan terus berlanjut hingga negeri Kairouan ini menjadi contoh dalam perang melawan Islam dan kaum Muslim.

Kedua, sesungguhnya umat Nabi Muhammad Saw bukanlah umat pengecut, serta umat yang tidak takut mati. Sehingga dengan kekuatannya akan mengubah para penguasanya jika telah menyimpang dari kebenaran, dan mengarahkannya kepada Islam. Kita semua telah menyaksikan bagaimana ribuan rakyat di Tunisia keluar ke jalan-jalan, serta bagaimana mereka menantang rezim dan tiraninya. Begitu juga kita menyaksikan ketidakmampuan para penjaga rezim menghadapi gelombang massa yang sangat besar ini. Sungguh! Para pemuda Tunisia telah membuang pembatas ketakutan antara rakyat dan para penguasannya. Dalam hal ini, kami telah menyakini sebelum mereka menyakini bahwa rezim-rezim busuk yang menempel pada umat ini lebih lemah daripada sarang laba-laba. Dan rezim manapun yang tidak memiliki dukungan rakyat akan segera runtuh meski hanya dihembus dengan angin sepoi-sepoi. Lalu, bagaimana jika dihembus dengan badai.

Ketiga, berbagai berita beredar bahwa militer menghindar dan menolak memerangi rakyat, bahkan mereka melindungi masyarakat dari polisi dan pasukan keamanan khusus di selatan negara itu. Sikap ini mengundang kebanggaan dan rasa syukur, serta poin tersendiri bagi militer. Ini menunjukkan bahwa kebaikan masih ada pada militer kaum Muslim. Sesungguhnya militer di negeri-negeri kaum Muslim adalah bagian dari umat Islam. Mereka adalah pemilik kekuatan, pengaruh dan pertolongan. Sehingga kewajiban mereka adalah bekerja untuk menghilangkan hambatan-hambatan fisik yang menghambat upaya menuju perubahan yang sebenarnya, dan memberikan kekuasaan pada rakyat agar mereka memilih orang yang akan memimpin mereka berdasarkan akidah (ideologi) umat.

Dan terakhir, kami begitu hormat dan meminta kepada mereka yang ikhlas di antara kaum intelektual, para tokoh, serta berbagai gerakan Islam di Tunisia, dan yang lainnya agar mendorong peristiwa tersebut ke arah yang benar, tidak tertipu oleh trik dan upaya tambal sulam rezim berkuasa, serta waspada terhadap Barat, sebab apabila Barat merasa adanya nada yang benar dan ketulusan dalam melakukan perubahan yang tidak berdasarkan peradabannya, maka Barat segera menciptakan kekacauan dengan berbagai pertentangan dan perselisihan. Sementara mereka yang ikhlas tidak akan rela kecuali berhukum dengan syariah (hukum atau perundang-undangan) dari Tuhan yang menciptakannya dan mewajibkannya hidup dengan satu sistem, yaitu sistem Khilafah. “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (TQS. Al-Mulk [67] : 14). Dan hendaklah mereka bekerja dan berjuang bersama orang-orang yang berusaha mengembalikan sistem Khilafah. Sungguh, ini merupakan langkah yang tepat dan benar untuk melakukan perubahan.

Ya Allah jadikan mereka di antara orang-orang yang mau mendengarkan nasihat dan masukan. Kemudian mereka memilih dan mengikuti apa yang terbaik.

Dan seruan kami terakhir adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Sumber: hiz-ut-tahrir.info, 19/01/2011

Unjuk Rasa Anti Amerika Digelar di Pakistan

Lebih dari 2.000 orang demonstran di kota Miranshah pada Jumat (21/1) menuntut Washington dan badan intelijen AS CIA untuk bertanggung jawab atas meningkatnya kematian warga sipil di Pakistan.

Mereka menyerukan agar segera mengakhiri serangan rudal AS di wilayah Waziristan Utara di sepanjang perbatasan Afghanistan.

Waziristan Utara dan daerah suku lainnya di Pakistan barat laut telah sering menjadi sasaran serangan pesawat AS selama beberapa tahun terakhir.

Para peserta meneriakkan slogan-slogan anti-AS dan membakar patung Presiden AS Barack Obama.

“Pembunuh, pembunuh, CIA pembunuh”, “Hentikan serangan udara” dan “Teman Amerika adalah pengkhianat,” teriak massa aksi.

Serangan udara, yang diprakarsai oleh mantan Presiden AS George W. Bush, telah meningkat semenjak di bawah pemerintahan Obama.

Pada tahun 2010, tidak serangan udara AS meningkat dua kali lipat dan sedikitnya 1200 orang meninggal dalam 124 serangan udara tersebut.

Washington mengklaim bahwa serangan udara ditujukan pada militan, namun sebagian besar korban serangan merupakan warga sipil.

Menurut sumber-sumber Pakistan, serangan udara membunuh hampir 50 warga sipil untuk setiap seorang militan yang mereka targetkan — ketepatan sasaran hanya mencapai 2 persen.

Isu korban sipil telah merenggangkan hubungan antara Islamabad dan Washington sebagaimana pemerintah Pakistan berulang kali keberatan terhadap serangan tersebut.

Meningkatnya jumlah korban sipil yang tewas telah memicu sentimen anti-Amerika di Pakistan dengan Islamabad mengutuk serangan, dengan alasan bahwa mereka melanggar kedaulatan negara. (mediaumat.com, 22/1/2011)

Pemerintah India Hancurkan Sebuah Masjid di Kota “Delhi”

Pemerintah India melalui putusan Mahkamah Agung telah menghancurkan masjid “An-Nur”, salah satu masjid yang berada di tenggara kota “Delhi”. Eksekusi ini dilakukan dengan pengawalan sejumlah besar aparat polisi.

Tindakan penghancuran masjid yang dilakukan oleh pemerintah India ini dikecam oleh “Mulayam Singh Yadav”, Presiden Partai Sosialis. Ia menegaskan bahwa kejadian ini akan meningkatkan rasa tidak aman di kalangan kaum Muslim. Sehingga ia meminta pemerintah untuk mengambil langkah-langkah damai, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kaum Muslim. Dikatakan bahwa pemerintah harus membangun kembali masjid tersebut.

Penghancuran masjid ini juga mendapat kecaman keras dari kaum Muslim. Sehingga terjadi bentrok antara personel keamanan dan para demonstran yang memprotes penghancuran masjid. Syaikh Syahi, Imam masjid “Jama” menegaskan bahwa insiden ini mirip dengan penghancuran masjid “Babri”, yang dihancurkan 18 tahun yang lalu oleh kaum ekstrimis Hindu (moheet.com, 17/1/2011).


bY: Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia.

Seruan Khilafah di tengah Krisis Tunisia

Seruan khilafah menggema saat krisis Tunia. Meskipun nyaris tidak diekspos oleh media asing, sebuah video menunjukkan diantara para demonstran saat krisis Tunisia terdapat sekelompok umat Islam yang menyerukan Khilafah (lihat : www.hizb.org.uk). Sebelum pawai dimulai , pembicara utama mengingatkan bahwa Rasulullah saw memerintahkan Muslim untuk tidak merusak pohon bahkan dalam kondisi perang, Islam juga melarang merusakan barang-barang milik orang lain. Terdapat seruan yang tegas menyerukan perjuangan non kekerasan yang berdasarkan Islam.

Beberapa slogan disuarakan dengan tegas oleh para demonstran “Tidak ada jalan lain, tidak ada jalan lain! Khilafah adalah satu-satunya solusi “, “Dengan jiwa kita, dengan darah kita, kita siap berkorban untuk Islam “. Hal ini menunjukkan para demonstran siap menghadapi petugas keamanan dengan keyakinan mereka.

Saat Berdiri di depan tentara Tunisia mereka pun berpidato : “Wahai tentara muslim, dimana anda di Palestina ? Dimana anda di Irak ? Lepaskanlah rantai penguasa yang membelengu leher anda ! Hai pasukan Muslim, kami siap bersama anda, dengan darah , jiwa , dan anak-anak kami! Hapuskan rezim yang menindas dan dukunglah pemimpin yang satu untuk semua kaum muslimin”

Bukan Hal yang Asing

Khilafah bukanlah hal asing bagi masyarakat Tunisia yang mayoritas Islam. Kejayaan wilayah Tunisia justru terjadi di masa Khilafah. Tentara Muslim di bawah komando Uqba bin Nafi untuk pertama kalinya melakukan ekspedisi futuhat ke wilayah Maghrib pada 670 M. Lima tahun kemudian, pasukan tentara Islam membangun basis pertahanan dan sebuah masjid pertama di kota Kairouan. Pasukan tentara Muslim yang dipimpin Hasan bin Al-Nu’man mampu menguasai kota Tunis dan seluruh wilayah Maghrib pada 705 M.

Puncak kejayaan kota Tunis berlangsung di era kekuasaan Dinasti Hafsiah. Pada masa itu, di Tunis berdiri sebuah perguruan tinggi pertama di Afrika Utara. Di awal abad ke-13 M, Tunis sebuah kota yang berada di wilayah Maghrib mencapai puncak kejayaannya. Ibu kota kekhalifahan Muslim di bagian Utara ‘benua hitam’ itu, sempat menjelma sebagai metropolis kaya raya. Kemajuan yang dicapai Tunis dalam bidang ekonomi, kebudayaan, intelektual, serta sosial tak ada yang mampu menandinginya pada era itu.

Tunis merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam di Afrika. Betapa tidak. Dari kota inilah ajaran Islam bisa menyebar hingga ke Siciliasebuah provinsi otonom di Italia. Pamornya semakin berkilau seiring berdirinya madrasah Al-Zaituna di kota ituperguruan tinggi pertama di Afrika Utara. Tunis telah melahirkan seorang ilmuwan Muslim terkemuka sepanjang masa, Ibnu Khaldun.

Pada era kejayaan Almohad, ilmu pengetahuan berkembang pesat di wilayah Maghrib. Salah seorang sarjana terkemuka pada era itu, Abu Yusuf Yakub, membangun sejumlah perpustakaan di Tunis dan wilayah Maghrib lainnya. Dinasti ini juga mendukung aktivitas para sarjana Muslim, seperti Ibnu Tufail dan Ibnu Rushd untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu arsitektur peninggalan dinasti ini adalah bangunan Giralda of Seville.

Tunis pun menjadi kota yang berpengaruh. Kota itu berkembang menjadi kota perdagangan dan ilmu pengetahuan. Para pedagang dari Venesia dan berbagai belahan dunia lainnya datang ke Tunis untuk berniaga.Kemakmuran yang dicapai kota Tunis masih dapat disaksikan pada abad akhir awal abad ke-16 M. Seorang pelaut dari Turki, Pipi Reis, dalam catatan perjalanannya melukiskan kemegahan dan keindahan kota itu. Menurut Reis, di kota itu berdiri sekitar 5.000 rumah yang gaya arsitekturnya meniru istana kerajaan. Sepanjang kota itu dihiasi dengan kebun dan taman nan indah. (FW dari berbagai sumber)

Artikel Terkait:

by: mUSLIMAH hIZBUT TAHRIR INDONESIA

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More