Friday, December 20, 2013

''Peran Wanita Sebagi Ibu, Dalam pandangan Islam''


ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.

Salah satu institusi sosial yang paling penting adalah keluarga. Keluarga memikul sejumlah tanggung jawab penting seperti mendidik generasi masa depan dan menyalurkan kasih sayang antar sesama anggota. Oleh karena itu, institusi keluarga perlu menyusun sebuah program yang bisa menjamin pemenuhan kebutuhan material dan spiritual anggota serta menciptakan keseimbangan di tengah masyarakat. Di antara buah penting perkawinan adalah melahirkan keturunan di dunia. Sekarang, pertanyaannya adalah siapakah sosok yang paling layak untuk membesarkan dan mendidik anak-anak?

Dalam perspektif agama Islam, pendidikan anak merupakan sebuah tugas berat dan sosok yang paling tepat untuk menunaikan tanggung jawab ini adalah perempuan. Dalam masalah ini, peran perempuan tampak lebih penting dari laki-laki. Jelas bahwa salah satu prioritas seorang perempuan adalah menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Agama Islam memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap peran ibu bagi seorang perempuan, sebab Islam menilai masa depan masyarakat ada di tangan para ibu. Mereka dianggap sebagai unsur utama pertumbuhan dan kemajuan manusia di masyarakat.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Harga diri, kehormatan, kelembutan fitrah, dan kegiatan perempuan sebagai kelebihan yang ada pada perspektif Islam dalam masalah perempuan. Allah Swt telah menciptakan perempuan sedemikian rupa sehingga sebagian urusan emosi, pendidikan, dan bahkan manajemen di dalam rumah tangga hanya bisa ditangani dengan kelembutan jiwa perempuan."

Menurut Ayatullah Khamenei, penguatan pondasi rumah tangga dan penghormatan kepada perempuan di lingkungan rumah sebagai dua hal penting yang sangat mendesak dan diperlukan oleh masyarakat. Beliau menambahkan, "Seluruh anggota keluarga harus memperlakukan perempuan dengan hormat dan penuh penghargaan. Lingkungan keluarga harus dibuat sedemikian rupa sehingga anak-anak mencium tangan ibu mereka. Jika budaya menghormati perempuan sudah mengakar kuat, maka banyak persoalan di tengah masyarakat akan teratasi dan perempuan tidak lagi menjadi korban penindasan."

Kata ibu biasanya mengisyaratkan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anak, pemenuhan kebutuhan material dan emosional, dan rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas itu. Faktor utama yang membuat perempuan memikul peran sebagai seorang ibu adalah kodrat dan karakteristik fisik mereka. Menurut pandangan Islam, dari sisi penciptaan, masing-masing dari laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan yang khusus. Tapi, persepsi yang benar dalam masalah perempuan adalah dengan memandangnya sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan dan mengenal nilai-nilai mulia yang bisa meninggikan derajatnya.

Perempuan dari segi biologis memiliki potensi untuk mengandung dan menjaga janin sampai melahirkan dan kemudian memberi asupan gizi kepada bayi setelah ia lahir. Ibu tidak hanya membesarkan fisik seorang bayi, tapi juga membentuk jiwa dan psikisnya. Kondisi dan perilaku ibu pada masa-masa itu sangat berpengaruh pada karakter anak di masa sekarang dan di masa depan. Tujuan utama Islam adalah mendidik umat manusia, sementara tugas utama perempuan adalah berperan sebagai seorang ibu dan mendidik anak-anak sebelum melakukan kegiatan lain. Imam Khomeini ra mengatakan, "Tahapan pertama pendidikan adalah mendidik anak di pangkuan seorang ibu agar cinta seorang anak terhadap ibunya melebihi dari kecintaan kepada yang lain dan tidak ada cinta yang lebih tinggi dari cinta di antara keduanya."

Ibu adalah sumber yang memberi kekuatan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Seorang perempuan diciptakan memiliki karakter yang siap untuk menerima tanggung jawab mendidik anak. Motivasi keibuan yang merupakan motivasi paling lembut dan sekaligus kuat hanya diletakkan dalam diri perempuan. Itulah mengapa perempuan menjadi simbol kelembutan, kesenangan, perhatian dan, cinta bagi anak. Ibu adalah pribadi yang mewarnai kepribadian anaknya, bahkan ia pembuatnya. Perbuatan seorang ibu begitu indah sekaligus sensitif. Dengan tangannya, ia mengelus sang anak dan dengan hatinya yang penuh kasih sayang, ia menciptakan pertumbuhan dan revolusi dalam hati sang anak.

Allah Swt telah menanamkan sedikit pancaran sifat rahman dan rahim-Nya di dalam hati seorang ibu. Dengan sepercik kasih sayang itulah berbagai keajaiban terjadi. Sifat keibuan ini tercermin dalam perilaku kasih sayang dan penuh perhatian seorang ibu kepada anak dan keluarganya. Setelah melahirkan seorang anak dan menjadi seorang ibu, perempuan otomatis langsung memiliki kepedulian dan sangat memperhatikan bayinya yang baru lahir. Menurut para peneliti dari Rockefeller University di New York, nampaknya ada sebuah gen yang bertanggung jawab memotivasi para ibu untuk melindungi, memberi makan, dan membesarkan bayi yang telah dikandungnya. Gen ini disebut gen ibu atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan ER alpha atau estrogen receptor alpha.

Pada dasarnya, proses pemberian ASI kepada bayi merupakan sebuah bentuk interaksi mesra dan penuh kasih sayang antara ibu dan anak. Perilaku dan sifat-sifat ibu akan tertular secara intensif kepada anak melalui cara ini. Oleh karena itu, Rasul Saw bersabda, "Tidak ada susu yang lebih baik bagi anak dari susu ibu." Dalam pendidikan akhlak, Islam memberi kedudukan istimewa kepada ibu dan mengingatkan manusia tentang jerih payah yang mereka tanggung sepanjang hidupnya. Surat Luqman ayat 14 berbunyi, "Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusuinya), dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

Kasih sayang dan kehangatan tak terbatas untuk seorang bayi bersumber dari ibu. Seorang bayi senantiasa membutuhkan sebuah sumber kekuatan agar ia merasa aman, nyaman, dan kuat. Sumber itu terutama hingga tiga tahun usia balita adalah ibu. Kebanyakan pakar psikologi percaya bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang anak di kemudian hari kembali pada masa-masa sebelum usia tiga tahun, khususnya jika ia hidup terpisah dari ibunya. Sebagian dari gangguan fisik dan mental anak-anak seperti, perasaan minder, penakut, dan suka menyendiri, sebenarnya berhubungan dengan ketidakamanan yang dirasakan tempo dulu. Oleh sebab itu, ibu memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian seimbang anak.

Peran penting lain seorang ibu adalah mentransfer nilai-nilai dan moralitas. Sebagian besar proses pengajaran anak terjadi dengan meniru perilaku kedua orang tuanya, terutama ibu. Orang-orang yang memiliki interaksi dengan anak, mereka akan menjadi teladan bagi anak tersebut. Anak-anak akan menyesuaikan perilakunya dengan orang-orang di sekitar mereka. Untuk itulah, kehadiran seorang ibu mendampingi anaknya akan membantu mereka untuk meraih cita-citanya di masa depan.

Pendidikan manusia sedemikian penting dalam Islam sehingga memilih seorang ibu sebagai pemain kunci dalam pendidikan itu. Islam juga memberikan kedudukan istimewa kepada kaum ibu atas segala dedikasi mereka dalam membangun sebuah masyarakat yang sehat. Ada tiga macam kepayahan yang dipikul oleh seorang ibu, pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadis, "Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi menjawab, ‘Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?' Nabi menjawab, ‘Ibumu!' Orang itu bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, ‘Ibumu.' Orang tersebut masih juga bertanya,
‘Kemudian siapa lagi,' Nabi menjawab, ‘Kemudian ayahmu...

''Peran Wanita Sebagi Ibu, Dalam pandangan Islam''

"Hadits Riwayat Imam Ahmad, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Surga itu terletak di bawah telapak kaki "ibu".

Pernikahan bagi kaum "wanita" tidak sekedar mengubah status dari gadis menjadi nyonya. Namun dia dituntut tanggung jawab berat dan memerlukan persiapan dan pengalaman. Persyaratan umur merupakan kesiapan fisik. dan persyaratan pengalaman dan ilmu merupakan kematangan psykhologis. Kematangan biologis menentukan pula kuat dan sehatnya keturunan, sedangkan pengetahuan agama mempersiapkan terhadap hakekat tanggung jawab. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai 21 tahun harus mendapat ijin orang tua.

"Wanita" sebagai makhluk yang dikodratkan sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. "Wanita" sanggup mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.

Apabila kita membahas tentang tugas kaum "ibu", sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat "wanita" yang berat itu, kadang kala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang "wanita" dipersiapkan memiliki kesanggupan.

"Wanita" sebagai "ibu" adalah pendidik paling primer bagi manusia. Kaum "ibu" yang ideal tidak sekedar dapat bobot (hamil), namun "ibu" harus berbobot (berkualitas). Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.

Peran "ibu" apabila diserahkan kepada pembantu rumah tangga dengan mutlak, akan berakibat fatal bagi anak. Sampai dimana idealisme seorang pembantu?

Sebagai seorang "ibu" --- Peranan apa yang harus tidak boleh diabaikan dan apa akibatnya apabila peran itu diabaikan?

Di tangan kaum "ibu" berhasil tidaknya membuat apa yang di atas bumi ini lebih berharga dari pada apa yang ada di dalam bumi. Manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah lebih berharga dari pada emas dan mutiara yang dikandung bumi. MAnusia-manusia kufur dan durhaka, lebih rendah harganya dari pada gas belirang dan batu bara. Atau mungkin wujud manusia, namun nilainya seperti magma dalam tanah.

Disinilah letak peranan "wanita" sebagai "ibu", cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal di tangan kaum "wanita". Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah SAW memberi penghargaan terhadap kaum "ibu", sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para "ibu".

"Ibu" seperti apa yang berhasil membuat anak-anaknya dapat mencapai surga? Beberapa langkah yang dapat mengarah kesana antara lain:

1. Dorongan "Ibu" yang bertanggung jawab

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang "wanita" ("ibu") sudah menjalankan sholat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."

2. Mendidik anaknya mulai masih dalam kandungan

Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum "ibu" yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.

Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 38, yang artinya:

"Disanalah Zakariya mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do'a."

Dan Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Allah, kabulkanlah do'aku."

3. Mendidik sopan santun agar menjadi anak yang mulia

Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Jadikanlah anak-anakmu orang yang mulia, dan jadikanlah sopan santun mereka menjadi baik."

Urutan mendidik anak, antara lain sebagai berikut:

a. Mendidik membiasakan bersyukur kepada Allah SWT, misalnya ucapan hamdalah stiap selesai makan, minum, ibadah dan sebagainya.

b. Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.

c. Disadarkan jerih payah "ibu" bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.

d. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan.

e. Dididik untuk menegakkan shalat; Hal ini sebagaimana dijelaskan Hadits Riwayat Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Suruhlah kanak-kanak itu agar shalat apabila ia sudah berumur 7 tahun dan apabila ia sudah berumur 10 tahun, maka hendaklah kamu pukul jika mereka meninggalkan shalat."

f. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong.

g. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

"Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:
1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."

h. Menanamkan himmatulaliyah.
Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Berikan cerita-cerita orang besar supaya timbul dan terbuka akalnya.

i. Membiasakan disiplin.
Tidak kecil artinya kebiasaan disiplin ini, sebab apa yang pernah dilakukan sejak kanak-kanak, akan menjadi kesatuan pribadi. Apabila setiap anak yang lahir mendapatkan pendidikan dan pengarahan yang serupa ini, niscaya generasi muda yang ideal, bertanggung jawab dan berjiwa besar akan segera terwujud.

4. Peranan "Ibu" dalam pembangunan

Selain menyiapkan anak yang berkualitas, kaum "ibu" masih mempunyai tugas yang sangat penting yang meliputi:

a. Pengendalian Kependudukan.

Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah masalah kecil, bahkan masalah internasional yang dirasa sangat mendesak.

Kita sadar bahwa manusia ditetapkan menempati planet bumi, dimana arealnya hanya sekitar 500.000.000 km persegi. berdasarkan garis tengah 12.742 km. Padahal tempat yang secara gratis dapat kita tempati hingga saat ini hanyalah bumi. Kalau bumi seluas ini terdiri dari lautan dua pertiganya, maka berarti daratan yang menjadi tempat tinggal kita hanyalah 150.000.000 km persegi.

Angka kepadatan secara kasar bumi kita saat ini mencapai 27 orang, namun di kota-kota besar di tanah air kita sudah mencapai 550 - 650 orang tiap km persegi.

Masalah kepadatan penduduk ini menjadi perhatian kita bersama. Bagi kaum "ibu" perlu menyadari, apakah tugas kodratnya hanya melahirkan? Bukankah melahirkan itu tidak wajib? Karena tidak ada satu ayatpun yang mengharuskan kaum "wanita" wajib beranak. Dalam ajaran Islam, yang ada yaitu perintah supaya anak menjadi manusia utama yang bernilai anak shaleh. Tidaklah bijaksana kalau kita tetap berorientasi pada jumlah anak, bukan kualitasnya. Jadi disini titik berat yang menjadi kopetensi kaum "wanita" sekaligus sebagai "ibu" adalah mengatur kelahiran.

Apabila terdapat seorang "ibu" sering sekali melahirkan, fisiknya akan menjadi lemah, perawatan anak kurang tertib dan sekaligus kewajiban menjalankan ibadah banyak terganggu. Perlu dipertimbangkan bahwa dengan seringnya kelahiran membuahkan keturunan yang lemah, baik fisik, rohani, akal dan kemampuan keuangan. Mempunyai keturunan yang lemah, telah diperingatkan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 9:

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."

Berkaitan dengan perencanaan masalah kelahiran, berdasarkan beberapa alasan baik pertimbangan kemaslahatan maupun ayat Al-Qur'an, maka bagi pasangan usia subur (PUS) sebagai sasaran program Keluarga Berencana (KB). Jadi KB niatnya adalah untuk kemaslahatan "ibu" dan kesejahteraan keturunan kita.

b. Lahirnya Generasi Bangsa Yang Bertaqwa Kepada Tuhan Yamg Maha Esa.

Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran "ibu" sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, padahal "ibu"lah yang paling dekat.

Untuk menciptakan generasi bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping langkah-langkah yang telah dijelaskan tadi, maka perlu usaha-usaha antara lain adalah:

1). Berusaha menjauhi makanan yang haram.

Daging yang tumbuh bagi si pemakan itu sendiri, apabila dari makanan haram berakibat:
a). Mengotori jiwa sehingga ketenangan batin sulit diwujudkan.
b). Beratnya tubuh untuk beribadah.
c). Kotornya hati, sebab salah satu fungsinya ialah menyimpan darah. Kalau yang disimpan darah kotor berarti endapan penyakit.
d). Melahirkan anak yang kadang-kadang sulit diatur.
e). Hati sulit menerima iman, dapat dikatakan hatinya berpenyakit.

Tidak menutup kemungkinan anak yang lahir dapat mempunyai tipe-tipe cenderung negatif; Yang menurut Psikology ada beberapa tipe manusia yang negatif, antara lain:

a). Kliptomania, orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencuri.
b). Dipsomania, anak yang cenderung pada minuman keras, ganja. morphin dan lain-lain.
c). Pinomania, kecenderungan untuk merusak.
d). Dipresif, kecenderungan berbuat robot, amoral. asosial, freesex, sadis, suka bunuh diri, dan sebagainya.

Sebagai istri dari suami dan sekaligus sebagai "ibu" dituntut sifat hati-hati terhadap masalah ini. Korek dan waspada supaya suami tetap berhati-hati untuk memperoleh rezeki. Tidak senang karena uang banyak, namun dia senang secukupnya asal halal. Dalam Islam menjaga dari haram ini mendapat perhatian yang sangat serius, mengingat akibatnya sangat fatal.

2). "Ibu" Berkewajiban Mendidik Iman.

Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada "ibu" dan ayahnya. Hal ini sama dengan pendapat ahli pendidikan Inggris, John Lock, bahwa anak bagaikan kertas putih. Corak dan wujud tulisan tergantung penulisnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."

3). "Ibu" Bertanggung Jawab Mendidik Supaya Anak Taat Kepada Allah.

Apabila sejak dini kaum "ibu" dipersiapkan sebagai "ibu" ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-A'raf Ayat 96:

"Jikalau sekiranya penduduk kota-kota beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Kaum "ibu" yang siap dan sanggup memikul amanat tadi, akan dapat menciptakan masyarakat yang damai, subur dan makmur di bawah ridha Allah SWT. Bagi kaum "wanita " yang berfungsi sebagai "ibu" seperti di atas, digembirakan oleh Rasulullah SAW sebagai jihad fisabilillah. Karena "ibu" yang ideal tadi dipandang dari segi kesejahteraan keluarga dan masyarakat merupakan faktor penentu. "Ibu" yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.

Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda:

"Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:
a). Punya istri yang shalihah.
b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri."

(Sumber: Peranan "Wanita" Dalam Pembangunan Bangsa Menurut Islam. Oleh Drs. H. Jumari Ismanto dkk.).

Begitu beratnya peran "wanita" sebagai seorang "ibu". Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya'Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.

Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum "wanita", karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Hanya dengan kasih sayang, perhatian, pengertian dan kesabaran yang luar biasa, maka kaum "wanita" dapat turut mewujudkan cita-cita bangsanya, yaitu manusia Indonesia seutuhnya, lahir batin, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Andil "wanita" jualah kelak yang akan membuktikan: Apakah generasi mendatang dapat mempertahankan perdamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Atau sebaliknya, menciptakan kehancuran dan menimbulkan keserakahan untuk menguasai dunia.

Kemuliaan Seorang "IBU"

Kitab Suci Al-Qur'an memberikan kemuliaan kepada kedua orang tua kita ("Ibu" dan Bapak). Dalam Surat Bani Israil ayat 23, dijelaskan bahwasanya menghormati dan memuliakan kedua orang tua ("Ibu" dan Bapak), terletak sesudah ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Namun pada Surat Al-Luqman dalam menghormati orang tua ditekankan, betapa susah "ibu" mengandung, sehingga kedudukan "ibu" sesungguhnya mempunyai tempat yang amat istimewa dalam kehisupan umat manusia.

Kemuliaan, keikhlasan dan kesabarannya yang luar biasa dalam mengandung bayinya, serta mempertaruhkan nyawa pada saat melahirkan anak belahan jantungnya, tentu tidak dapat dibandingkan dan dinilai dengan apapun. Selanjutnya, harus diakui bahwa tiada cinta, sepenuh kasih sayang "ibu" sepanjang masa.

Di dunia ini pula, tidak ada perhitungan apalagi untuk meminta imbalan balasan jasa, tanpa pamrih. Pendek kata--- murni dan tulus. Wajarlah apabila do'a serta kutukan dari seorang "ibu" terhadap anaknya dianggap sangat manjur, karena sering dikabulkan oleh Allah SWT.

Tuntunan hadits, menyebutkan bahwasanya prioritas bakti, diutamakan dan ditujukan pertama kepada "ibu". Seperti sabda Rasulullah SAW sendiri yang memberikan jawaban sampai tiga kali berturut-turut; "Ibu"mu!, ketika beliau ditanya manakah yang harus lebih dahulu diberikan bakti. Baru pada jawaban keempat, beliau menjawab ayahmu!

Menurut sebuah hadits yang disarikan oleh Thalak bin Mu'awiyah As Sulaimy yang datang kepada Rasulullah SAW, ia ingin turut pergi berjihad fisabilillah bersama Rasulullah. Maka ditanyakan oleh beliau, apakah "ibu"mu masih hidup? Dia menjawab 'masih'. Maka Rasulullah bersabda: 'Duduklah terus di jujurannya, disitulah terletak surga'.

Begitulah kedudukan "ibu", dalam ajaran dan pandangan Islam. Dituntun oleh sabda Illahi sendiri, di dalam Al-Qur'an. Diiringi keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Maka benarlah bahwa surga, sesungguhnya berada di bawah telapak kaki "ibu". Adakah gerangan, penghargaan dan kemuliaan yang diberikan kepada "ibu", melebihi dari pada ini semua

Peranan seorang seorang wanita Dalam perjuangan ISLAM begitu besar
??Jika bukan kita siapa Lagi
 Kitalah yang akan melahirkan GENERASI PEJUANG ISLAM
In Sha Allah ... amen allahhumma amen..
Allahuakbar..Allahuakbar...

Wednesday, October 30, 2013

Your smile make me happy



Smile HAPPY ^__^

your smile make me happy .
when laugh together .
i feel happy when we share the pain .

sometimes i feel sad because u make me heard .


 I LOVE U ALL 

SAHABAT PEMBACA 



Dear God,~~


Dear God,
I am sorry not to take the path You made
My forgiveness to obey the spoke You whisper
My apologized to ignore Your prohibition
I am sorry to travel alone without Your guide
Dear God,
Maybe I am to proud to myself
My confidence to choose all my path alone
This greed that wanting more than I need
Now I am lost in the middle of nowhere
Stand between the dark cold scary valley
This darkness makes me loose my sight
The fog does not allowed me to see the light
Dear God,
Slowly my conscious turn to madness
This eyes getting blurry and shaded
The sound of nature fading away I can not hear
My body is numb I can not even stand
Dear God,
I know I just a sinner
Disgrace my self with all my sins
Throw away your blessing grace
Now I just turn into something I am not
Dear God,
Please take my soul away
To take Your undying conviction
I do not deserve to live this life no more

WHERE CAN I LIFE


I runway from my life
Hope that i can find the paradise
But i think it so hard
I am going to the hell

Maybe i take a wrong way
But no way back to star again
My distination still so far
And too fast if i think to going home

I just wanna do
Work for life not life for work
just wanna find the new place 
Where can i life
All i wanna want
Where I can get the better life
For anything that i do
I wanna make it true

Sometime i feel so alone
And no one here to tell
I am finally now believe the feel
Couse it so hard
Couse it's so far

Friday, September 20, 2013

Peringatan Hari Hijab Internasional : Hijab Is My Right, My Choice, My Life



Mungkin masih banyak diantara kita yang masih asing dengan kata ini. But, tidak ada ruginya untuk mengetahui, dari pada tidak sama sekali, terutama buat kamu yang ngaku sebagai muslimah.

History of International Hijab Solidarity Day (IHSD) dilatar belakangi oleh Keputusan pemerintah London yang melarang mahasiswa untuk memakai simbol – simbol keagamaan, sehingga banyak kaum muslimin yang memprotes keputusan ini. Hal ini merugikan wanita, khususnya muslimah yang harus menutupi diri dengan hijab yang longgar, oleh karena itu lahirlah KONFERENSI London pada tanggal 4 september 2004 yang di hadiri oleh :

- Syeikh Yusuf Al – Qardawi
- Prof Tariq R , dan
- Di hadiri oleh 300 delegasi dari 102 Organisasi Inggris dan Internasional.

Hasil dari Konferensi London adalah:
1. Menetapakan Dukungan terhadap jilbab
2. Penetapan 4 September sebagai Hari solidaritas jilbab Internasional(IHSD)
3. Rencana Aksi Untuk Tetap Membela hak wanita Muslim mempertahankan busana taqwa mereka.

Konferensi Pro-Hijab yang berlangsung di ibukota Inggris, London, berakhir dengan sebuah petisi dukungan terhadap jilbab. Seluruh peserta konferensi juga sepakat menetapkan hari solidaritas jilbab internasional, dan rencana aksi untuk tetap membela hak wanita Muslim mempertahankan busana taqwa mereka.

Karena para mahasiswa/pelajar Muslim di seluruh Eropa akan kembali ke sekolah pada saat itu. Para peserta juga bersumpah akan tetap berjuang membela para gadis muda Muslim yang mendapat perlakuan diskriminatif masyarakat barat hanya lantaran jilbab mereka.

Selanjutnya konferensi mencetuskan rencana aksi untuk mengokohkan rekomendasi konferensi pro-hijab London tersebut. Di antaranya dengan menyerukan para kaum terpelajar tentang pentingnya hijab bagi wanita Muslim, melalui seminar-seminar dan publikasi media-media massa.

Koordinator Pro-Hijab, Abeer Pharaoh, mengungkapkan pada IslamOnline.net (IOL), bahwa seluruh peserta konferensi telah membahas soal larangan hijab, implikasi dan dampaknya terhadap masyarakat Eropa.

Mereka juga bersepakat akan mengorganisir upaya-upaya individu dan organisasi-organisasi di Eropa, serta di seluruh dunia, untuk mempertahankan hak berjilbab bagi wanita Muslim.

Abeer juga menggarisbawahi, bahwa majelis hijab telah menerima dukungan banyak organisasi-organisasi Muslim maupun non-Muslim dari berbagai keyakinan dan komunitas yang berbeda. Dukungan, lanjutnya, juga mengalir dari sejumlah anggota parlemen Inggris dan parlemen Eropa. Kampanye ini bukan hanya untuk wanita Muslim semata.


Konferensi yang dibuka walikota London, Ken Livingstone itu, diikuti 300 delegasi, mewakili 102 organisasi-organisasi Inggris dan internasional. Dia menegaskan, bahwa yang mengambil keuntungan dari larangan berjilbab, hanyalah kelompok ekstrimis kanan dan kaum fasis. Sebelumnya, lanjut Livingstone, target serangan kelompok itu adalah orang-orang hitam (Negro), Yahudi, dan komunis. Ini bukan yang pertama kali Livingstone menjadi tuan rumah Konferensi Hijab, yang telah menjadi isu sentral di Eropa belakangan ini. Februari silam, dia membela dengan gigih hak-hak wanita Muslim mengenakan jilbab, dengan mengirimkan isyarat baik ke negara-negara Dalam surat itu Livingstone menggarisbawahi, bahwa bentuk diskriminasi apapun terhadap kebebasan beragama Muslim akan berdampak negatif pada mereka. Selama berlangsung konferensi Pro-Hijab, Livingstone bersumpah, bahwa penempatan tenaga kerja di London, tidak akan didasari pada latar belakang etnis maupun agama.Eropa, khususnya Perancis. Livingstone mengirim sepucuk surat pada PM Perancis, Jean Pierre Raffarin.

Monday, September 2, 2013

Sepenggal cerita tentang Tentangmu ~ MESIR

kami menyusuri Nil hingga ke dermaganya, 
airnya yang abadi tampak tersenyum, 
tukang perahu berkulit gelap bernyanyi lirih, 
perahu layar merentangkan sayapnya, 
kami menangkap angin dan berlayar jauh, 
Sepanjang hari hingga fajar hingga ke Timur,
di mana kehidupan pagi dan kebenaran lahir dengan suka-cita.

Along the Nile by: Henry Abbey (1842-1911)
Menyimak puisi karya penyair Amerika Henry Abbey di atas, serasa benar betapa damainya Mesir, dengan Sungai Nil yang mengalir tenang dan memberi penghidupan warganya. Dan tentu saja, merupakan pemandangan elok yang tak pernah habis dicecap oleh pelancong yang melewatinya, ya macam Tuan Henry Abbey itu. 

Tapi hari ini, puisi Henry seperti tak berarti apa-apa. Sebab Mesir kini, seperti sedang mengulang kutukan yang pernah ditimpakan ke negeri itu pada zaman Musa, di mana air-air di Mesir berubah menjadi darah! Itulah yang terjadi pada Rabu, 14 Agustus 2013,  hanya dalam waktu tujuh jam saja serdadu Jenderal Al Sisi berhasil membantai ratusan rakyat Mesir dan melukai ribuan lainnya di bunderan Rab’ah Adawiyah, Nahdah, dan tempat-tempat lainnya di seantaro Mesir.

Mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Sebagian jenazah yang telah dikafankan, dijajarkan di lantai Masjid Al-Iman, Makram Abid. Duka-cita sedalam-dalamnya bagi Mesir, bagi mereka yang telah berkorban untuk pilihan yang telah diyakini.

Maka warga dunia pun tersentak, termasuk mereka yang semula diam dan hanya bisa menyaksikan kesewenang-wenangan militer terhadap sipil di negeri Mesir. Ya, termasuk Amerika yang sebelumnya tampak adem ayem, sekarang mulai berteriak mengutuk tindakan militer yang dinilainya kelewat batas. Amerika Serikat  sebelumnya mendukung pemerintah sementara Mesir. Kini, dengan tegas mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan terhadap pemrotes dan mendesak pihak militer untuk lebih menahan diri, kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Inggris, Iran, Qatar dan Turki secara tegas juga mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah guna membubarkan demonstran di dua kamp protes di Kairo, lapor AFP.    

Menyaksikan Mesir hari ini, kita seperti diingatkan kembali...betapa bergelombangnya perjalanan bangsa itu. Inilah bangsa yang diberi karunia tak terhingga berupa sungai Nil yang subur dan memakmurkan, tapi di sebalik kesuburan Nil, ada juga terbentang mimpi buruk yang tiada habis-habisnya dialami bangsa Mesir.

Ya, ya... Mesir adalah sungai Nil. Lantaran sungai inilah Mesir ada. Lantaran Sungai Nil, menjadikan Mesir menjadi salah satu negara tersubur di Afrika dan juga di wilayah Mediterania. Konon, karena kesuburannya inilah Mesir menjadi tanah terawal yang dihuni oleh manusia pada 40 ribu tahun lalu. Peradaban bangsa Mesir sangat bergantung kepada kesuburan sungai Nil dengan limpahan air yang tak pernah kering meski musim kemarau tiba. 

Awalnya, oleh padatnya penduduk di sepanjang aliran sungai Nil, berdirilah dua kerajaan yang disebut Mesir Hulu (di selatan) dan Mesir Hilir (di utara). Ini berlangsung sekira 3000 SM atau pada awal Zaman Perunggu. Di tengah perjalanan, raja Mesir Hulu menaklukan raja Mesir selatan dan membuat Mesir menjadi satu kerajaan, yang disebut Mesir. Pemimpin kerajaan ini kemudian disebut Firaun.

Sejak masa tersebut, sejarah Mesir kuno diwarnai dengan kemakmuran dan juga tragedi. Setidaknya ada 31 dinasti sebelum berakhir pada Dinasti Ptolemaik (323-30 sebelum Masehi). Tercatat, Mesir pernah terpecah menjadi banyak kerajaan kecil pada 2200 SM. Namun pada 2040 SM, para firaun berhasil menyatukan kembali Mesir untuk kemudian mendirikan Kerajaan Pertengahan (2040-1633 SM), namun para firaun Kerajaan Pertengahan tak sekuat para firaun Kerajaan Lama. Sekitar 1800 SM, para firaun Kerajaan Pertengahan kemballi kehilangan kekuasaan.

Selama Periode Pertengahan Kedua, bangsa Hyksis dari utara menginvasi Mesir dan menguasai Mesir Hilir untuk sementara waktu. Sekitar 1500 SM, para firaun Mesir dari Mesir Hulu berhasil mengusir bangsa Hyksos dan menyatukan kembali Mesir dalam satu negara yang disebut Kerajaan Baru (1558-1085 SM). Masa ini disebutkan dalam Injil dan Al Qur'an, yaitu tentang penindasa Bani Israel (bangsa Yahudi) oleh bangsa Mesir. Pada akhir Zaman Perunggu, terjadi krisis umum di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat. Bersama dengan hancurnya peradaban Mykenai dan Het, pemerintahan Mesir juga runtuh, berujung pada Periode Pertengahan Ketiga (1085-525 SM). Selama periode ini, para raja Afrika timur dari sebelah selatan Mesir, tepatnya dari Nubia, menguasai sebagian besar wilayah Mesir.

Setelah itu pada 525 SM, Kambyses, raja Persia, memimpin pasukan menuju Mesir dan menaklukannya. Ia menjadikan Mesir bagian dari Kekaisaran Persia. Bangsa Mesir tidak suka diperintah oleh Persia, namun mereka tak cukup kuat untuk melawan. Ketika Aleksander Agung menaklukan Kekaisaran Persia pada 32 SM, ia juga merebut Mesir pada tahun yang sama, dan para penerus Aleksander yang beretnis Yunani berkuasa di Mesir setelah kematiannya pada 332 SM. Masa ini disebut pula periode Hellenistik. Pada masa ini, ratu Kelopatra, yang merupakan perempuan Yunani dan Firaun Mesir, berkuasa. Setelah Kelopatra meninggal, Romawi menaklukan Mesir dan menjadikannya bagian dari Kekaisaran Romawi selama ratusan tahun (30 SM-700 M). Dan setelahnya, pasukan Umayyah yang menyerbu Mesir berhasil menaklukan wilayah ini dan menjadikan Mesir bagian dari Kekhalifahan Islam, menggantikan kekuasaan Romawi di Mesir.

***
AP PhotoSekelompok pengunjuk rasa berhasil menggulingkan sebuah mobil polisi dari sebuah jalan layang di Kairo, Rabu (14/8/2013). Kementerian kesehatan Mesir menyatakan korban tewas akibat bentrokan sepanjang Rabu menewaskan 525 orang dan mencederai 3.717 orang lainnya.
Demikianlah, riwayat Mesir kuno nampaknya terus berulang saat Mesir telah berubah menjadi pemerintahan republik. Di era pemerintahan modern pun, Mesir masih diwarnai dengan kudeta dan kekerasan. Revolusi dan militer, adalah dua kata yang sangat akrab bagi riwayat perjalanan Mesir. Sejarah mencatat, pada musim semi 1919, seorang nasionalis Mesir yang dikucilkan Inggris di Malta bernama Saad Zaghlul berhasil mengusir Inggris dan sekaligus menjadikan Mesir beroleh kemerdekaan pada 22 Januari 1922 dan menunjuk Raja Farouk sebagai pemegang kendali pemerintahan.

Raja Farouk yang dinilai tak memikirkan rakyatnya dan hidup berfoya-foya, akhirnya dilengserkan melalui revolusi. Rakyat turun ke jalan menuntut Raja Farouk turun pada Sabtu kelabu. Maka peristiwa itu pun dikenal dengan sebutan Black Saturday yang ditengarai dengan penggulingan sang raja melalui kudeta militer pada 23 Juli 1952 pimpinan Letkol Gamal Abdul Nasser dan kelak mengantarkannya sebagai presiden Mesir.

Nasser meninggal akibat penyakit jantung pada 28 September 1970. Salah satu tokoh militer bernama Anwar Sadat menggantikannya sebagai presiden. Pada masa pemerintahan Anwar Sadat, pernah juga terjadi gejolak, yakni saat sang presiden menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979 di Camp David. Presiden ke-3 Mesir itu pun tewas terbunuh dalam sebuah parade militer oleh kelompok radikal pada 6 Oktober 1981.

Sadat mangkat, Hosni Mubarak terpilih sebagai presiden. Hosni dinilai korup, dan terjadilah demo untuk menurunkannya. Puncaknya pada 25 Januari 2011, Mubarak kehilangan kekuasaannya.

Mubarak lengser, Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin--faksi Islam terbesar di Mesir--terpilih sebagai presiden. Tapi pada masa pemerintahan Mursi, gejolak demonstrasi tak kunjung padam walaupun Mursi memenangi 51, 7% suara yang menjadikan Mursi sebagai Presiden sipil Mesir yang pertama lewat sistem pemilihan yang demokratis. Pihak oposisi menganggap Mursi terlalu mengistimewakan Ikhwanul Muslimin yang menguasai seluruh kursi legislatif hingga menimbulkan ketidakpuasan di pihak oposisi.

Kepemimpinan Mursi makin panas saat ia mengeluarkan dekrit yang memberikan kekuasaan terpusat pada dirinya sendiri pada 22 November 2012 sehingga menimbulkan anggapan Mursi berniat menjadi diktator baru. Akibatnya demonstrasi besar kembali terjadi. Mursi akhirnya mencabut dekrit itu pada 8 Desember 2012, tapi rupanya bara yang sudah telanjur sulit untuk dipadamkan. Puncaknya, 3 Juli 2013, kekuasaan Mursi pun tumbang oleh oposisi yang didukung militer.

Cerita rupanya tak berhenti sampai di situ. Sebab setelah Mursi mundur, para pendukung Mursi tak tinggal diam. Unjukrasa seperti tak habis-habisnya mewarnai hari-hari bangsa Mesir. Pendukung Mursi tak gentar oleh ancaman moncong senjata militer, meski korban jiwa telah berjatuhan. Dan puncaknya adalah pada Rabu, 14 Agustus 2013, bunderan Rab’ah Adawiyah, Nahdah dan tempat-tempat lainnya di seantaro Mesir akhirnya dibersihkan dari para demonstran dengan menggunakan senjata oleh milter. Hanya dalam durasi waktu tujuh jam saja serdadu Jenderal Al Sisi berhasil membantai ratusan rakyat Mesir.


***

Musim panas akan berakhir di Mesir. Daun-daun berguguran sebelum musim dingin menjelang. Begitulah... bersama daun-daun yang berpusingan ke tanah, tubuh-tubuh para demonstran itu pun luruh ke bumi. Sebentar lagi, mereka yang gugur, akan menyatu dengan bumi, melewati musim dingin di akhir tahun ini bersama kehampaan akan pertanyaan kepada para pemimpin mereka yang sedang berebut kekuasaan, "ke mana kah gerangan Mesir akan kalian bawa menuju?

Jiwa-jiwa mereka barangkali kini bisa tersenyum, sebab sebelum kejadian di mana nyawa-nyawa mereka pegat dari tubuh, banyak bangsa, --termasuk mereka yang suka berteriak-teriak tentang demokrasi dan HAM diam seribu basa menyaksikan kekejaman militer terhadap sipil di Mesir--kali nini mereka serentak mengutuk dan menuding militer Mesir telah melakukan tindak kebiadaban.

Betapa tak bisa terbayangkan, jika nyawa ratusan yang telah melayang itu tak mampu membangunkan kesadaran ras manusia yang diberi akal dan hati untuk berempati atas apa yang terjadi di Mesir. Ya, inilah sikap mengerikan dari manusia-manusia yang selama ini kita anggap baik. Sebuah kekhawatiran yang pernah dilontarkan Martin Luther King, Jr. "History will have to record that the greatest tragedy of this period of social transition was not the strident clamor of the bad people, but the appalling silence of the good people." (Sejarah akan mencatat bahwa tragedi terbesar masa transisi sosial bukanlah keributan yang melengking dari orang-orang jahat, tapi keheningan mengerikan dari orang-orang baik.)

Ah, duka-cita macam apa lagi yang harus dirasai oleh bangsa Mesir kini. Tidakkah mereka tahu, betapa eloknya negeri mereka, negeri yang dihuni bangsa yang besar dengan peninggalan sejarah yang luar biasa dan sungai Nil yang tak pernah habis air serta ceritanya. Seperti diceritakan oleh penyair Henry Abbey melalui sepenggal puisinya d bawah ini:

We journey up the storied Nile; 
The timeless water seems to smile; 
The slow and swarthy boatman sings; 
The dahabëah spreads her wings; 
We catch the breeze and sail away, 
Along the dawning of the day, 
Along the East, 
wherein the morn Of life and truth was gladly born


@andi ~ :(

Tuesday, August 13, 2013

GADIS KECIL DI HARI RAYA IDHUL FITRI


Kisah ini terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah saw seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendoakan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah

agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut : “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?” Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia.

Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah saw. Ia bertarung bersama Rasulullah saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”

Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Aisyah menjadi ibumu…. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu.

Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya :

“Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”
Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.”

Rasulullah saw bersabda : ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghias inya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”

JILBAB ITU INDAH (CURHA SEORANG PRIA)




Kamu tau kenapa saya suka wanita BERHIJAB? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.

Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas “Tank Top”, noleh ke kiri pemandangan “Pinggul terbuka”, menghindar kekanan ada sajian “Celana ketat plus You Can See”, balik ke belakang dihadang oleh “Dada menantang!” Astaghfirullah… kemana lagi mata ini harus memandang?

Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran “ngeres” dan hatipun menjadi keras. Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.

Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih… dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan!

Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawabnya “lelaki” bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang ini.

Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.

Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya…? tapi saya sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya. Allah Taala telah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur : 30-31).

Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian.

Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang anda tayangkan?

So, berjilbablah … karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, canti, mempersona dan tentunya sejuk dimata.

(PENGAKUAN SEORANG PRIA TENTANG WANITA BERJILBAB)
..untuk Anda semoga senantiasa dalam lindungannya...

ISTERI SHOLEHAH

                                                       (lokasi mesjid Quba jakarta)


Satu hari saya bertemu dengan seorang sahabat saya yang bernama Wardah. Dalam pertemuan itu, dia bertanya kepada saya, “Ain, apa tandanya isteri solehah”? Saya menjawab, “Wardah, kau tentunya lebih arif daripadaku untuk men
jawabnya…”?

Sebenarnya saya tahu tujuan pertanyaan Wardah bukanlah untuk menanti jawaban saya, sebaliknya untuk saling memperingatkan diri agar berhati-hati dan teliti dalam menyempurnakan tanggungjawab yang berat ini.

Saya ingin menyingkap kembali sejarah Nabi Ibrahim sewaktu baginda menziarahi menantunya. Pada waktu itu, puteranya, Nabi Ismail tidak di rumah sedangkan isterinya belum pernah bertemu bapak mertuanya, yaitu Nabi Ibrahim.

Setelah sampai di rumah anaknya itu,terjadilah dialog antara Nabi Ibrahim dan menantunya.

Nabi Ibrahim : Siapakah kamu?

Menantu : Aku isteri Ismail.

Nabi Ibrahim : Di manakah suamimu, Ismail?

Menantu : Dia pergi berburu.

Nabi Ibrahim : Bagaimanakah keadaan hidupmu sekeluarga?

Menantu : Oh, kami semua dalam kesempitan dan (mengeluh) tidak pernah senang dan santai.

Nabi Ibrahim : Baiklah! Jika suamimu pulang, sampaikan salamku padanya. Katakan padanya, tukar tiang pintu rumahnya (sebagai kiasan supaya menceraikan istrinya).

Menantu : Ya, baiklah.

Setelah Nabi Ismail pulang dari berburu,isterinya terus menceritakan tentang orang tua yang telah singgah di rumah mereka.

Nabi Ismail : Apakah ada yang ditanya oleh orang tua itu?

Isteri : Dia bertanya tentang keadaan hidup kita.

Nabi Ismail : Apa jawabanmu?

Isteri : Aku ceritakan kita ini orang yang susah. Hidup kita ini selalu dalam kesempitan, tidak pernah senang.

Nabi Ismail : Adakah dia berpesan apa-apa?

Isteri : Ya ada. Dia berpesan supaya aku menyampaikan salam kepadamu serta meminta kamu menukar tiang pintu rumahmu.

Nabi Ismail : Sebenarnya dia itu ayahku. Dia menyuruh kita berpisah. Sekarang kembalilah kau kepada keluargamu.

Ismail pun menceraikan isterinya yang suka menggerutu, tidak bertimbang rasa serta tidak bersyukur kepada takdir Allah SWT. Sanggup pula menceritakan rahasia rumah tangga kepada orang luar.

Tidak lama sesudah itu, Nabi Ismail kawin lagi. Setelah sekian lama, Nabi Ibrahim datang lagi ke Makkah dengan tujuan menziarahi anak dan menantunya. Terjadi lagi pertemuan antara mertua dan menantu yang saling tidak mengenali.

Nabi Ibrahim : Dimana suamimu?

Menantu : Dia tidak dirumah. Dia sedang berburu.

Nabi Ibrahim : Bagaimana keadaan hidupmu sekeluarga? Mudah-mudahan dalam kesenangan?

Menantu : Syukurlah kepada Tuhan, kami semua dalam keadaan sejahtera,tiada kekurangan.

Nabi Ibrahim : Baguslah kalau begitu.

Menantu : Silakan duduk sebentar.Boleh saya hidangkan sedikit makanan.

Nabi Ibrahim : Apa pula yang ingin kamu hidangkan?

Menantu : Ada sedikit daging, tunggulah saya sediakan minuman dahulu.

Nabi Ibrahim : (Berdoa) Ya Allah! Ya Tuhanku!Berkatilah mereka dalam makan minum mereka. (Berdasarkan peristiwa ini,Rasulullah beranggapan keadaan mewah negeri Makkah adalah berkat doa Nabi Ibrahim).

Nabi Ibrahim : Baiklah, nanti apabila suamimu pulang,sampai- kan salamku kepadanya. Suruhlah dia menetapkan tiang pintu rumahnya (sebagai kiasan untuk melanggengkan isteri Nabi Ismail).

Setelah Nabi Ismail pulang dari berburu, seperti biasa dia bertanya sekiranya siapa yang datang mencarinya.

Nabi Ismail : Ada sesiapa yg datang sewaktu aku tidak di rumah?

Isteri : Ya, ada. Seorang tua yang baik rupanya dan perwatakannya sepertimu.

Nabi Ismail : Apa katanya?

Isteri : Dia bertanya tentang keadaan hidup kita.

Nabi Ismail : Apa jawabanmu?

Isteri : Aku nyatakan kepadanya hidup kita dalam keadaan baik,tidak kekurangan apapun , Aku ajak juga dia makan dan minum.

Nabi Ismail : Adakah dia berpesan apa-apa?

Isteri : Ada, dia berkirim salam buatmu dan menyuruh kamu melanggengkan tiang pintu rumahmu.

Nabi Ismail : Oh, begitu. Sebenarnya dialah ayahku.Tiang pintu yang dimaksudkannya itu ialah dirimu yang dimintanya untuk aku langgengkan.

Isteri : Alhamdulillah, syukur.

Bagaimana pandangan pembaca tentang petikan sejarah ini? Saya rasa sejarah ini sungguh menyentuh jiwa. Anda juga tentu merasa dan mengalami sendiri ujian hidup berumahtangga yang senantiasa memerlukan kesabaran.

Berpandukan sejarah tersebut, saya tegaskan kepada diri sendiri bahwa isteri solehah itu sepatutnya sabar di hati dan syukur pada wajah?. Dari sini akan terpancar ketenangan setiap kali suami berhadapan dengan isteri salehah. Isteri salehah tidak cerewet dan tidak mudah menggerutu. Isteri salehah hendaklah senantiasa bersyukur dalam keadaan senang maupun susah supaya Allah tambahkan lagi rahmat-Nya seperti firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu. Dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim, ayat 7)

Untuk menambahkan kegigihan kita berusaha menjadi isteri salehah, ingatlah hadis Rasulullah yang artinya: “Sampaikanlah kepada sesiapa yang engkau temui dari kaum wanita,bahwasanya taat kepada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang berjihad pada jalan Allah, tetapi sangat sedikit sekali golongan kamu yang dapat melakukan demikian.” (Riwayat Al-Bazzar dan Ath-Thabrani)

Begitulah, untuk menyiapkan diri sebagai isteri salehah, hati kita hendaklah senantiasa dipenuhi dengan kasih sayang rabbani. Contoh teladan yang sepatutnya jadi rujukan kita ialah sejarah kehidupan nabi serta orang saleh.

LELAKI DAPAT BIDADARI DI SURGA, LALU PEREMPUAN DAPAT APA ?

Harapan dan tujuan hidup setiap manusia di dunia ini adalah, untuk memperoleh tempat terindah setelah kematiannya kelak, mendapatkan kenikmatan dan kebahagian hakiki, surga Allah SWT yang penuh keindahan disana. Karena itu merupakan tujuan utama kehidupan manusia di alam fana.

Tidak ada seorang manusiapun yang ingin terjerumus kedalam siksaan pedih api neraka. Namun sangat disayangkan, tujuan utama itu terkadang hanya dijadikan angan-angan dan hayalan belaka oleh mayoritas manusia tanpa menempuh jalan dan beramal saleh yang membawa dirinya masuk ke dalam Surga. Tentu tindakan dan sikap seperti ini merupakan hal yang lucu bahkan termasuk golongan yang tidak tahu diri. Naudzubillahi mindzalik.

Surga hanya diperuntukkan sebagai ganjaran bagi hamba-hamba Allah yang saleh, yang taat terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah swt menceritakan berbagai macam fasilitas dan kenikmatan yang didapatkan di dalam surga agar manusia tertarik dan termotivasi untuk beramal saleh, bergegas untuk beribadah dan berlomba dalam kebaikan. Ketika kita membuka lembaran-lembaran ayat suci al Quran, kita menemukan bahwa Allah SWT ketika menyebut amalan shaleh, Dia mengiringinya dengan menyebut ganjaran pahala dan perolehan surga yang dihiasai dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya, berbagaimacam buah-buahan kesukaan manusia, kebun yang indah, istana megah yang terbuat dari emas dan mutiara, tempat tidur, permadani dan bantal dari emas dan permata. Tak ada kehidupan yang paling indah selain di alam surga sana.

Selain itu, Allah SWT juga menceritakan bahwa di dalamnya terdapat bidadari-bidadari cantik bermata jeli yang menjadi isteri bagi kaum Adam yang berada di Surga. Dalilnya adalah firman Allah SWT dalam surat Ar rahman, ayat 46-54. dan surat al Waaqi’ah, ayat 11-40.

Allah juga berfirman : ” Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-rang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamer dari sungai yang mengalir. Warnanya putih bersih, sedap rasanya bagi orang orang yang minum. Tidak ada dalam khamer itu al kohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Disisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. ( QS : Ash Shaaffaat, 40-49).”

Kenapa Allah SWT menceritakan Bidadari bermata jeli yang merupakan isteri untuk kaum lelaki surga dan tidak menceritakan suami-suami untuk kaum wanita?

Allah menciptakan putera-putera Adam dengan tabiat yang unik, yaitu sangat tertarik dan senang terhadap wanita yang cantik. Anak Adam ini sanggup berkorban dan melakukan apa saja untuk mendapatkan wanita yang disukainya, Maka Allah swt menyebut para bidadari yang cantik, bermata jeli sebagai ganjaran bagi mereka yang beriman. Dengan tujuan, agar anak Adam yang penuh ego ini tertarik dan berlomba-lomba beribadah kepada Allah, antusias beramal shaleh, dan berbuat baik terhadap sesama dan lingkungan alam sekitarnya.

Berbeda dengan perempuan yang memiliki sifat pemalu, bahkan sangat malu sekali. Tabiat wanita sekalipun suka terhadap lelaki namun perasaan malu yang dimilikinya dapat menahan dirinya untuk menampakan rasa suka itu. Dengan demikian Allah SWT tidak mendorong dan memotivasi kaum hawa untuk beramal shaleh dengan cara menceritakan ganjaran yang membuat mereka malu ketika dibaca atau didengar. Misalnya, dengan menceritakan keperkasaan, ketampanan, keanggunan, dan keshalehan pasangan yang mereka dapatkan di surga kelak.

Allah SWT tidak memotiviasi mereka dengan hal seperti itu. Namun dengan tidak menyebut pasangan yang mereka dapatkan, bukan berarti Allah SWT tidak memberikan pasangan di surga. Wanita shalehah yang tidak menikah di dunia atau wanita shalehah yang sudah menikah di dunia tetapi suaminya kelak masuk nereka, mereka akan mendapatkan pasangan lelaki perkasa, tampan, penuh romantis dari golongan manusia yang menyejukan hati dan pandangan mata mereka di dalam surga. Bagaimanapun cantik jelitanya bidadari di Surga sana, namun tetap lebih cantik dan mulia wanita shalehah yang pernah hidup di dunia. Disebabkan ibadah dan ketaatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia. Mereka tidak akan mengalami rasa letih, tidak akan tua dan mereka akan tetap perawan selama-lamanya. Subhanallah…

Rasulullah saw bersabda : ” Dari Aisyah Radhiyallahu anha, rasulullah saw bersabda : Sungguh surga itu tidak dimasuki oleh perempuan tua, sesungguh Allah apabila memasukan mereka kedalam surga Dia akan merubahnya menjadi perawan-perawan. ( HR Ath Thabrani )”

Hadis ini dhaif, karena di dalam sanadnya terdapat perawi bernama Mus’idah Bin al Yasa’, dia adalah perawi lemah. Begitu penuturan Ibnu Hajr al Haitsami dalam kitab Majmauz zawaidnya.

Di dalam surga tidak ada seorangpun manusia yang tidak memperoleh pasangan, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu ‘ahu beliau bersabda, ” Tidak ada seorang pun di dalam surga itu yang sendirian (tidak mempunyai pasangan).”

Jadi baik laki-laki atau perempan penghuni surga yang tidak mendapatkan pasangan di dunia, Allah akan menikahkan mereka di surga kelak dengan pasangan penghuni surga. Tidak usah merasa terzolimi karena sekedar Allah tidak menyebutkan pasangan bagi kaum perempuan di Surga kelak. Allah SWT Maha Adil terhadap hamba Nya, tak ada seorang hambapun yang dizolimi Nya.

Penulis:
Bohri Rahman, Lc. beliau adalah Alumnus Universitas Al Azhar Kairo dan kontributor ISCO (Islamic Studies Center Online) 

TA'ATI SUAMIMU, SURGA BAGIMU


Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri.

Surga atau Neraka Seorang Istri

Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

Kedudukan Hak Suami

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)

Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bagi seorang perempuan berpuasa sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya meminta izin di rumahnya kecuali dengan izinnya.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh menolaknya.

“Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR Bukhari Muslim)

Berbakti Kepada Suami

Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan wanita adalahpenanggungjawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari Muslim)

Syaikhul Islam berkata, “Firman Allah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya, ketika bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal. 94, DR Shaleh Al Fauzan)

Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah diantara tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini didukung oleh firman Allah, “Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita.” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal. (Lihat Zaad Al-Ma’aad 5/188-199 via Tanbihat, hal. 95, DR Shaleh Al Fauzan)

Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk kebutuhan rumah tangga.

Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan.” (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar rumah melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-lain. Jika bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan izin suaminya.

Syaikhul Islam berkata, “Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.”

Penutup

Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang barakah.***Wallahu ‘alam.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More