Saturday, February 16, 2013
Surat Cinta untuk-ku Part 3
" Semoga Engkaulah Separuh Agamaku itu, Penjaga Ketaatanku Nanti-nya"
tentu saja saat ini kau punya banyak pilihan
dan aku sama sekali tak masuk hitungan
aku bukan lelaki yang jika kau lihat membuatmu serasa menatap malaikat
juga bukan pria yang jika diajak bicara, membuatmu merasa ada dan berharga
dan, sulit kubayangkan apa yang ada dalam benakmu, terlebih ayah ibumu
ketika di acara khithbah –setelah rombongan keluargaku tersesat..
Tiada siapa-siapa... Hanya Allah bersamaku
Juga dirimu di hati-ku membawaku sampai di kota-mu
Aku orang asing di negerimu...
empat jam menyusuri peta buta, ditambah tiga jam berputar sana sini-
kukatakan pada keluarga besarmu, “urusan saya adalah segera menikah
tak jadi soal besar dengan siapa. jika tak kami dapat mertua di sini,
insyaaLlah akan kami cari di perjalanan pulang nanti.”
aku tahu, aku terlihat tak waras dan tak tahu malu dengan kekata ini
tapi hebatnya kau memahamiku, dan tertakjub aku
karena kau bisa meyakinkan walimu, bahkan wangsamu
ternyata kita memang sejiwa, seakan ketika melirikmu sekilas
hatiku berkirim pesan, “aku bukannya tak sabar. hanya tak ingin menanti.
karena ketegasan macam ini adalah juga kesabaran –juga kesiapan diusir pulang.
karena bagiku, dalam penantian, ada lebih banyak celah syaithan.”
-aku sadar, sejak peristiwa itu kau mulai mengenalku, dan
menyiapkan diri untuk kelaknya banyak-banyak menyabariku-
aku lalu tahu bahwa kau agak pemarah
tapi aku suka itu; karena marahmu selalu di atas alasan jitu
dan aku sama sekali tak masuk hitungan
aku bukan lelaki yang jika kau lihat membuatmu serasa menatap malaikat
juga bukan pria yang jika diajak bicara, membuatmu merasa ada dan berharga
dan, sulit kubayangkan apa yang ada dalam benakmu, terlebih ayah ibumu
ketika di acara khithbah –setelah rombongan keluargaku tersesat..
Tiada siapa-siapa... Hanya Allah bersamaku
Juga dirimu di hati-ku membawaku sampai di kota-mu
Aku orang asing di negerimu...
empat jam menyusuri peta buta, ditambah tiga jam berputar sana sini-
kukatakan pada keluarga besarmu, “urusan saya adalah segera menikah
tak jadi soal besar dengan siapa. jika tak kami dapat mertua di sini,
insyaaLlah akan kami cari di perjalanan pulang nanti.”
aku tahu, aku terlihat tak waras dan tak tahu malu dengan kekata ini
tapi hebatnya kau memahamiku, dan tertakjub aku
karena kau bisa meyakinkan walimu, bahkan wangsamu
ternyata kita memang sejiwa, seakan ketika melirikmu sekilas
hatiku berkirim pesan, “aku bukannya tak sabar. hanya tak ingin menanti.
karena ketegasan macam ini adalah juga kesabaran –juga kesiapan diusir pulang.
karena bagiku, dalam penantian, ada lebih banyak celah syaithan.”
-aku sadar, sejak peristiwa itu kau mulai mengenalku, dan
menyiapkan diri untuk kelaknya banyak-banyak menyabariku-
aku lalu tahu bahwa kau agak pemarah
tapi aku suka itu; karena marahmu selalu di atas alasan jitu
juga marahmu membawaku jalan menuju Allah
Aku ingin nantinya bila
Aku ingin nantinya bila
kau tak seganas ‘aisyah yang membanting piring
ketika suaminya sedang menjamu tamu-tamu yang terbelalak lalu haru
kau juga tak sampai mengatai suami,
separah-parahnya yang kurasakan hanya tak kau bukakan pintu
jadinya seperti ‘ali ketika dimarahi fathimah, lalu tidur berselimut debu
dan ketika itulah dia mendapat panggilan cinta dari mertua: abu turab
dan lebih dari itu kau memintaku menjadikanmu khadijahku
itu artinya kau akan meneladaninya; misalnya dengan tak bertanya
ketika kau lihat beban menekuk mukaku, menggontaikan tubuhku
lalu kau mempersilakanku berbaring bukan di kamarmu, menyelimutiku
karena begitulah yang dilakukan khadijah ketika suaminya ditimbuni risalah
tapi menjadikanmu khadijah artinya juga;
takkan ada selain dirimu, sebelum Allah memanggilmu
soal yang ini doakan aku kuat; dan aku tak pernah berdoa agar terjadi cepat-cepat
tapi 3 tahun bersamamu cinta menjalin persahabatan kerana Allah,
ada banyak yang tak bisa diungkap dengan kata..
ketika suaminya sedang menjamu tamu-tamu yang terbelalak lalu haru
kau juga tak sampai mengatai suami,
separah-parahnya yang kurasakan hanya tak kau bukakan pintu
jadinya seperti ‘ali ketika dimarahi fathimah, lalu tidur berselimut debu
dan ketika itulah dia mendapat panggilan cinta dari mertua: abu turab
dan lebih dari itu kau memintaku menjadikanmu khadijahku
itu artinya kau akan meneladaninya; misalnya dengan tak bertanya
ketika kau lihat beban menekuk mukaku, menggontaikan tubuhku
lalu kau mempersilakanku berbaring bukan di kamarmu, menyelimutiku
karena begitulah yang dilakukan khadijah ketika suaminya ditimbuni risalah
tapi menjadikanmu khadijah artinya juga;
takkan ada selain dirimu, sebelum Allah memanggilmu
soal yang ini doakan aku kuat; dan aku tak pernah berdoa agar terjadi cepat-cepat
tapi 3 tahun bersamamu cinta menjalin persahabatan kerana Allah,
ada banyak yang tak bisa diungkap dengan kata..
aku tahu, aku terlihat tak waras dan tak tahu malu dengan kekata ini
Bukan aku tak sabar...Bila akan bersamamu
ƸӜƷ.¸¸✿¸.•❤•.❀.ƸӜƷ.❀.•❤•.¸✿¸¸.ƸӜƷ
UNTUKKU, CINTA TAK BUTUH SEBAB
"Dalam satu kisah percintaan yang menarik. Sepasang suami isteri berjalan di tepi sebuah tasik yang indah. Kemudian mereka berhenti di sebuah bangku yang disediakan di tepi tasik. Kemudian si isteri bertanya kepada si suami.
♥Isteri : Mengapa mas menyukai saya? Mengapa mas cintakan saya?
♥Suami : mas tidak bisa menjelaskan sebabnya, namun begitu mas memang menyayangi dan mencintai Sayang!
♥Isteri : mas tidak bisa menjelaskan sebabnya? Bagaimana mas bisa bilang kalau mas sayang dan cinta saya sedangkan mas tidak bisa menjelaskannya.
♥Suami : Betul! Mas tidak tahu sebabnya tetapi mas bisa buktikan bahwa mas memang cinta Sayang!
♥Isteri : tidak bisa beri bukti! Tidak! Saya ingin mas jelaskan kepada saya sebabnya.
Teman-teman saya yang lain yang mempunyai suami, semuanya tau menerangkan mengapa mereka mencintai. Dalam bentuk puisi dan syair lagi. Namun sayang mas tidak bisa menjelaskan sebabnya.
Si suami menarik nafas panjang dan dia berkata "Baiklah! Mas mencintai Sayang sebab sayang cantik, mempunyai suara yang merdu, penyayang dan perhatian sama Mas selalu. Mas juga suka senyuman manis dan setiap tapak Sayang melangkah, di situlah cinta Mas bersama Sayang!"
Si isteri tersenyum dan berpuas hati dengan penjelasan suaminya tadi.
Namun begitu selang beberapa hari si isteri mengalami kecelakaan dan koma.
Si suami amat bersedih dan menulis sepucuk surat kepada isterinya yang disayangi. Surat itu diletakkan di sebelah ranjang sterinya di Hospital. Surat tersebut isinya ...
"Sayang!
Jika disebabkan suara aku mencintai mu… sekarang bisah engkau bersuara? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintai mu. Jika disebabkan kasih sayang dan perhatian mu aku mencintai mu… sekarang bisakah engkau menunjukkannya? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintai mu.
Jika disebabkan senyuman aku mencintai mu… sekarang bisakah engkau tersenyum? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintai mu.
Jika disebabkan setiap langkah aku mencintai mu…. sekarang bisakah engkau melangkah? Tidak! Oleh itu aku tidak bisa mencintai mu.
Jika cinta memerlukan sebabnya, seperti sekarang. Aku tidak mempunyai sebab mencintai mu lagi.
Adakah cinta memerlukan sebab? Tidak.
Aku masih mencintai mu dulu, kini, selamanya dan cinta tidak perlu ada sebab. Kadangkala perkara tercantik dan terbaik di dunia tidak boleh dilihat, dipegang. Namun begitu… ia boleh dirasai dalam hati
Sayang ... aku sayang pada kamu ...
Kau peri yang mendatangkan kebaikan untukku
Kau peri yang mendatangkan kebaikan untukku
kau peri yang menumbuhkan cintaku pada kekasih-mu Allah,,
kau peri yang memberikan kebahagiaan Di Hidupku,,
kau peri yang memberikan senyum untuk ku,,
kau peri yang ditakdirkan bersama ku,,,
Sayang .. bangunlah dari tidur panjangmu,
aku merindukanmu ...