Saturday, August 6, 2011

Bagaimana Cara Bertawakal Kepada Alloh

Oleh : Syaikh Abdulaziz bin Abdillah bin Baaz – rohimahulloh -

Soalan:
Seorang penanya di kota Karkuk di Iraq berkata dalam pertanyaannya: Terjadi diskusi di tengah-tengah kami tentang masalah tawakal, apakah tawakal itu ada dengan (melakukan) berbagai sebab atau tanpa sebab. Karena kita mengetahui tentang tawakalnya sebagian orang-orang sholih, seperti tawakalnya Maryam yang mana dia kedatangan buah-buahan musim panas pada waktu musim dingin, dan sebaliknya. Padahal dia tidak melakukan sebab, bahkan dia mengonsentrasikan diri untuk ibadah. Maka berilah penjelasan kepada kami tentang hal itu, semoga Alloh memberkahi Anda.

Jawaban:
Tawakal mengandung dua hal;
Yang pertama adalah penyandaran diri kepada Alloh dan beriman bahwa Dia adalah yang menjadikan segala sebab, dan bahwa takdir-Nya pasti berlaku, dan Dialah yang menakdirkan segala perkara, dan Dialah yang menjaga dan menuliskannya, maha suci Dia dan maha tinggi.
Yang kedua adalah melaksanakan berbagai sebab.
Maka bukan termasuk tawakal, jika meninggalkan berbagai sebab. Akan tetapi tawakal itu adalah yang memadukan antara pelaksanaan sebab dan penyandaran diri kepada Alloh. Barangsiapa yang meninggalkannya, berarti dia telah menyelesihi syariat dan akal. Karena Alloh ‘azza wa jalla memerintahkan dan menganjurkan (kita) untuk melakukan sebab. Dia juga memerintahkan hal itu kepada rosul-Nya, dan menciptakan fitroh hamba-hambaNya untuk melakukan sebab.
Maka seorang mukmin tidak boleh meninggalkan sebab. Bahkan dia tidak akan menjadi seorang yang benar-benar bertawakal kecuali dengan melaksanakan sebab-sebab. Oleh karena itulah, Dia mensyariatkan nikah dan memerintahkan untuk menggauli (istri) dalam rangka untuk menjaga kehormatan diri dan untuk menghasilkan anak.
Seandainya ada seseorang yang berkata, aku tidak akan menikah dan aku akan menunggu diberikannya anak tanpa nikah, maka orang ini tentu dianggap sebagai orang yang gila. Ini bukanlah perkaranya orang-orang yang berakal. Demikian juga jika seseorang duduk saja di rumah atau di masjid mencari-cari sedekah, maka hal itu tidaklah disyariatkan dan tidak termasuk tawakal. Bahkan dia wajib berusaha untuk mencari rizki, bekerja, dan bersungguh-sungguh dengan adanya kemampuan atas hal itu.
Sedangkan Maryam, semoga Alloh merahmatinya, dia tidaklah meninggalkan sebab. Barangsiapa berkata demikian, maka dia telah salah. Dan Alloh telah berfirman kepadanya,
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا * فكلي واشربي
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, makan dan minumlah…” (Maryam: 25-26)
Ini adalah perintah kepadanya untuk melaksanakan sebab. Dan diapun menggoyangkan pohon kurma, dia telah melaksanakan sebab, dan berguguranlah kurma yang masak. Maka dalam perjalanan hidupnya tidak ada peninggalan sebab-sebab.
Adapun keberadaan rizki di sisinya dan bahwa Alloh memuliakannya dengan hal itu, serta memudahkan baginya sebagian rizki-rizki, maka ini tidak menunjukkan bahwa dia meninggalkan sebab-sebab. Bahkan dia beribadah dan melakukan berbagai sebab. Dan jika Alloh memberikan sesuatu berupa karomah kepada sebagian wali-waliNya dari kalangan orang beriman, maka ini adalah karunia dari-Nya subhanahu. Akan tetapi ini tidak menunjukkan bahwa mereka meninggalkan sebab-sebab.
Telah jelas dari Nabi kita – shollallohu ‘alaih wa sallam – bahwa beliau bersabda,
احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجزن
“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Alloh dan jangan bersikap lemah.”
Alloh subhanahu berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (al-Fatihah: 5)
Maka Alloh mensyariatkan kepada hamba-hambaNya untuk beribadah kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya. Dan keduanya adalah termasuk sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dan banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan hal tersebut.
[Majmu' Fatawa wa Maqolat Mutanawwi'ah, juz ke-empat]

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More