Keberhasilan suatu Negara dilihat dari penduduk wanitanya, jika ia bagus maka Negara itu akan bagus, tetapi sebaliknya jika ia rusak, maka akan rusak pula Negara. Orang bijak tempo dulu berkata : Dibalik pria yang agung, ada wanita agung dibelakangnya, Mengapa bisa demikian? Ibu adalah wanita yang memiliki peran besar dalam membentuk watak, karakter dan pengetahuan seseorang. Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecil berguru kepada ustadz besar manapun. Maka kecerdasan, keuletan dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak. Termasuk ibu susu. Karenanya Rasulullah melarang para orang tua menyusukan bayi mereka pada wanita yang lemah akal, karena susu dapat mewariskan sifat-sifat ibu pada si bayi.
Banyak kisah yang bercerita tentang
kemuliaan ulama. Tentang kekuatan hafalan anas, tentang keshalihan Hasan
al-Bashri, tentang kejeniusan asy-syafi’i, tentang keadilan umar bin
abdul aziz atau yang lain. Kali ini kita akan tahu, siapakah gerangan
dibalik mereka? Ya.. Ternyata ibunda merekalah yang memiliki peran
paling utama. Bagaimana para ibu yang mulia menghantarkan putera-putera
mereka yang istimewa. Semua kisah ini saya kutip dari buku IBUNDA PARA
ULAMA yang ditulis oleh SUFYAN BIN FUAD BASWEDAN, banyak hikmah yang
dapat kita ambil dari kisah-kisah berikut ini :
IBUNDA ANAS BIN MALIK
Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits nabi SAW, ia adalah sahabat terakhir
yang wafat di bashrah setelah berumur lebih dari seratus tahun. Ibarat
perguruan tinggi, Anas bin Malik RA, telah banyak ‘meluluskan’
ulama-ulama hebat dalam sejarah. Sebut saja misalnya hasan al-Bashri,
Ibnu sirin,Qatadah as-Sadusi dan lain-lain. Sejak pertemuan pertamanya
dengan Rasulullah SAW, Anas langsung jadi orang terdekatnya. Ia tak
sekedar jadi pembantu setia Rasulullah SAW. Lebih dari itu, ia seakan
menjadi asisten pribadi beliau. Sebagai asisten pribadi, pasti
Rasulullah SAW mengkhususkan anas dalam masalah-masalah tertentu yang
tidak diketahui sahabat lainnya. Karenanya Anas-lah yang meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW pernah menggilir kesembilan istrinya dalam sepagian
dengan sekali mandi.
Anas adalah sahabat yang beruntung
berkat doa Rasulullah SAW. Beliau berdoa “Ya Allah, perbanyaklah harta
dan keturunannya, serta panjangkanlah usianya”. Berbekal doa nabawi
tadi, terkumpullah padanya beberapa keistimewaan ; usia yang panjang,
anak yang banyak, harta yang melimpah, dan ilmu yang luas. Konon usianya
mencapai 103 tahun. Tentang kekayaannya diriwayatkan bahwa Anas
memiliki sebuah kebun yang menghasilkan buah-buahan dua kali dalam
setahun, padahal kebun milik yang lain hanya sekali. Di samping itu
kebunnya juga menebarkan aroma kesturi yang semerbak.
DI BELAKANGNYA ADA UMMU SULAIM RA, IBUNYA
Anas tidak lahir dari belahan batu,
kecerdasannya tidak muncul begitu saja. Ada peran besar dari ummu
sulaim, ibunda Anas bin malik RA, yang mewarnai kehidupan sang tokoh.
Nama Ummu Sulaim yang sebenarnya adalah Ghumaisha yang artinya bermata
putih. Dalam siyar-nya, adz-Dzahabi meriwayatkan dengan sanadnya dari
Anas RA, berkata :
“Suatu ketika Nabi SAW berkunjung ke
rumah Ummu Sulaim. Begitu ibuku tahu akan kunjungan Nabi Saw, ia segera
menyuguhkan kepadanya kurma dan minyak samin “Kembalikan saja kurma dan
minyak samin mu ke tempatnya semula, karena aku sedang shaum,” kata
Rasulullah SAW kepada ibuku. Setelah itu Nabi SAW bangkit menuju salah
satu sisi rumahku, kemudian shalat sunnah dua rakaat dan mendoakan
kebaikan bagi Ummu Sulaim dan keluarganya. Maka ibu berkata kepada
Beliau, “ Ya Rasulullah,aku memiliki hadiah khusus bagi mu.” Apa itu?
Tanya Nabi SAW. “orang yang siap membantumu, Anas anakku,’ jawab ibu.
Seketika itulah Rasulullah SAW
memanjatkan doa-doa untukku, hingga tak tersisa satu pun dari kebaikan
dunia dan akhirat melainkan beliau doakan bagiku. “ Ya Allah, karuniakan lah ia harta dan keturunan, serta berkahilah keduanya baginya,” Kata
Rasulullah SAW dalam doanya. Berkat doa inilah aku menjadi orang Anshar
yang paling banyak hartanya,” kata Anas mengakhiri kisahnya. Allaahu
Akbar!! Alangkah besar kecintaannya kepada Rasulullah SAW hingga rela
menghadiahkan buah hatinya yang baru berumur delapan tahun. Sungguh,
sikapnya merupakan pelajaran berharga buat kita semua. Ummu Sulaim
termasuk wanita yang cemerlang akalnya. Selain cerdas, ia juga penyabar
dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan
mewarnai perangainya. Ya,kecerdasan biasanya melahirkan
kecerdasan,kesabaran melahirkan kesabaran dan keberanian melahirkan
keberanian.
KECERDASAN UMMU SULAIM
Setelah suami pertamanya meninggal, Ummu
Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Ketika meminangnya, Abu Thalhah
masih dalam keadaan musyrik. Sehingga Ummu Sulaim menolak pinangannya
tersebut sampai Abu Thalhah mau masuk Islam. Anas mengisahkan cerita ini
dari ibunya. “Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahiku. Tidakkah
engkau tahu, hai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu
dipahat oleh budak dari suku anu,” sindir Ummu Sulaim. “jika kau sulut
dengan api pun, ia akan terbakar,” lanjutnya lagi.
Maka abu Thalhah berpaling ke rumahnya.
Akan tetapi kata-kata Ummu Sulaim tadi amat membekas di hatinya. “benar
juga” gumamnya. Tak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keislamannya.
“Aku telah menerima agama yang kau tawarkan,” kata Abu Thalhah kepada
Ummu Sulaim. Maka berlangsunglah pernikahan mereka berdua. “ Dan Ummu
Sulaim tidak meminta mahar apapun selain keislaman Abu Thalhah,” kata
Anas.
KETABAHAN UMMU SULAIM
Dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim,
Abu Thalhah dikarunai dua orang anak. Satu di antaranya amat ia kagumi,
namanya Abu ‘Umair. Namun sayang, Abu Umair tidak berumur panjang. Ia
dipanggil oleh Allah ketika masih kanak-kanak. Anas bercerita, “ Suatu
ketika Abu Umair sakit parah tatkala adzan isya berkumandang. Seperti
biasanya Abu Thalhah berangkat ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid,
anaknya, (Abu ‘Umair) dipanggil oleh Allah. Dengan cepat Ummu Sulaim
mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia
berpesan kepada Anas agar tidak member tahu Abu Thalhah tentang
kematian anak kesayangannya itu. Kemudian ia pun menyiapkan hidangan
makan malam untuk suaminya.
Sepulangnya dari masjid, seperti biasa
Abu Thalhah menyantap makan malamnya memudian menggauli istrinya. Di
akhir malam, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya : “ bagaimana menurutmu
keluarga si fulan? Mereka meminjam sesuatu dari orang lain tapi ketika
diminta mereka tidak mau mengembalikannya,merasa keberatan atas
penarikan pinjaman itu.” “mereka telah berlaku tidak adil,” kata Abu
Thalhah. “ Ketahuilah, sesungguhnya puteramu adalah pinjaman dari Allah
dan kini Allah telah mengambilnya kembali,” kata Ummu Sulaim lirih. “inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un..”
segala puji bagi Mu, ya Allah,” ucap Abu Thalhah dengan pasrah.”
Selepas mengantarkan buah hatinya, keesokan harinya Abu Thalhah
menghadap Rasulullah SAW. Tatkala bertatap muka dengannya, beliau
mengatakan, “ semoga Allah memberkati kalian berdua nanti malam.” Maka
malam itu juga Ummu Sulaim hamil lagi, mengandung Abdullah bin Abi
Thalhah.
KEBERANIAN UMMU SULAIM
Sosok wanita seperti Ummu Sulaim sulit
dicari tandingannya. Selain cerdas dan penyabar, ia juga seorang
pemberani. Anas menceritakan bahwa suatu ketika abu Thalhah berpapasan
dengan Ummu Sulaim ketika perang Hunain. Ia melihat bahwa ditangannya
ada sebilah pisau, maka Abu Thalhah segera melapor kepada Rasulullah
perihal Ummu Sulaim. “ Ya Rasulullah, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah
sambil membawa pisau,” kata Abu Thalhah. ‘ Ya Rasulullah, pisau ini
sengaja kusiapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani
mendekatiku, “ jawab ummu Sulaim. Menurut adz-Dzahabi, Ummu Sulaim juga
ikut terjun dalam perang Uhud bersama Rasulullah. Ketika itu ia juga
kedapatan membawa sebilah pisau.
WARISAN ILMIAH UMMU SULAIM
Menurut adz-Dzahabi, Ummu Sulaim meriwayatkan empat belas hadits dari Rasulullah SAW. Satu diantaranya muttafaq ‘alaih, satu hadits khusus diriwayatkan oleh al-Bukhari, dan dua hadits oleh Muslim.
Ummu Sulaim wafat pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan RA. Semoga Allah meridhainya dan menempatkannya dalam
Firdaus yang tertinggi, beserta para Nabi, shiddiqqiin, Syuhadaa, dan
Shaalihiin.
0 komentar:
Post a Comment