Friday, December 23, 2011

Kado Cinta Buat Muslimah: Peran Ibu Dalam Kancah Kehidupan



Image 









Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia...

Bulan Desember tampaknya begitu istimewa buat sosok seorang Ibu. Betapa tidak, ada satu moment yang ditetapkan sebagai hari besar untuknya yaitu Hari Ibu, yang diperingati setiap 22 Desember. Nah, biar sobat muslim semua pada tau sejarahnya kenapa ada hari ibu, ini nih kita kasih bocorannya.
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gemborkesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Kalo kita telusuri lebih lanjut, Hari Ibu ternyata tidak hanya diperingati di Indonesia saja. Negara-negara lain pun turut memperingatinya, dengan nama Mother’s Day, yang mempunyai latar belakang berbeda pula. 

Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani Kuno. Maka, di negara-negara tersebut, Mother’s Day diperingati pada bulan Maret.

Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei, karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

Terlepas dari sejarah adanya Hari Ibu, tentunya sebagai seorang anak kita diwajibkan untuk berbakti kepadanya. Tul ga?.

Nasib Kaum Ibu

Sobat Muslim, masih ingat dengan kasus Prita Mulyasari? Terali besi penjara sempat memisahkan Prita Mulyasari dengan dua buah hatinya yang masih balita selama tiga pekan. Seorang ibu yang mencari keadilan atas tindakan medis yag dinilainya tidak memuaskan.

Di sisi lain, Bu Minah yang berjuang demi kelangsungan hidupnya harus menanggung malu dicap sebagai pencuri, hanya karena mengambil tiga biji coklat senilai Rp. 2000. Perempuan lugu ini jelas tak menyangka bakal berurusan dengan pihak berwajib demi mendapatkan keadilan.

Dua contoh kasus ini menjadi topik hangat di berita TV dan  media cetak beberapa bulan terakhir tahun ini. Padahal kalo digali lebih mendalam, dua kasus ini hanyalah segelintir persoalan yang melanda kaum Ibu. Betapa untuk mendapatkan jaminan hak-haknya begitu sulit. Masih banyak Ibu-Ibu lain di belahan bumi pertiwi, dan bahkan di dunia ini yang lebih menderita dari mereka. Ya, nasib kaum Ibu memang tak juga membaik. Berbagai problem berserakan mendera kaum hawa ini. Seperti tingginya ancaman kematian karena berbagai penyakit mematikan, perceraian, kekerasan terhadap para Ibu, terjepit masalah ekonomi keluarga lantaran nafkah yang tak mencukupi, mahalnya layanan kesehatan bagi kaum Ibu, dan sederet problema lainnya.

Hari Ibu 22 Desember sepertinya hanya dijadikan sebagai peringatan seremonial saja. Misalnya, dengan menggelar panggung hiburan, acara makan-makan dan memberi penghargaan kepada Ibu-Ibu tertentu yang dianggap berprestasi.

Penguasa negeri ini pun tak lupa berpidato mengingatkan akan pentingnya peran kaum Ibu. Alih-alih memberikan solusi atas berbagai problem yang menimpa mereka, di akhir tahun dan menjelang tahun baru, biasanya kado pahit yang selalu diterima kaum Ibu. Seperti kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok alias sembako, kenaikan tarif dasar listrik, BBM, gas, dll. Kebijakan yang justru membuat para Ibu pusing tujuh keliling.

Pentingnya Ibu

Menjadi Ibu adalah kodrat seorang perempuan namun pilihan. Karena tidak semua perempuan memilih untuk menjadi seorang Ibu. Menjadi seorang Ibu adalah amanah yang sangat besar. Karena di tangannya-lah diberikan tanggung jawab mendidik anak yang pertama dan utama sekaligus pengatur rumah tangga. Sobat Muslim siap?!.

Islam sangat menjunjung tinggi posisi Ibu. Abu Hurairah meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Nabi dan bertanya: “Siapakah yang berhak aku layani sebaik-baiknya?” Jawab Nabi: “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab: ”Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Kata Nabi: “Ibumu”. “Lalu siapa?” “Ayahmu”. (HR. Bukhari Muslim).

Begitulah, betapa pentingnya sosok seorang Ibu. Bagi seorang anak, Ibu berjasa besar dalam mengantarkannya menjadi sosok berdaya. Berkat Ibulah seorang anak tumbuh sehat, cerdas dan bertaqwa. Ibulah tokoh utama dibalik kesuksesan seorang anak. Sungguh sangat sombong bila Ibu diabaikan.

Bagi masyarakat, bukan hanya sebatas sebagai pelahir keturunan. Lebih dari itu, Ibu adalah peletak dasar lahirnya generasi penerus bangsa sebagai pewaris peradaban. Di tangan Ibulah para pemimpin masa depan umat lahir. Apa jadinya bila untuk menjalankan misi sebagai pelahir generasi ini, Ibu menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan hidup?

Memang, menjadi Ibu bukanlah perkara mudah. Bukan sekedar menjalankan tugas kodrati mengandung dan melahirkan. Seorang Ibu harus mampu melewati masa-masa kritis dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Masa menjelang anak baligh, saat dimana si buah hati harus siap menanggung tugas Ilahi.

Sementara fakta menunjukkan, mendidik anak saat ini tidaklah gampang. Pengaruh buruk lingkungan begitu mendominasi. Betapa stresnya ibu-ibu yang anaknya hobi tawuran, dugem, kecanduan TV/games, terjerumus narkoba, gaul bebas, dll. Kita tidak bisa menyalahkan Ibu 100 persen, karena Ibu hidup dalam sistem.

Munculnya persoalan anak tersebut, juga terkait dengan sistem-sistem lain. Misal, penerapan sistem pendidikan, lingkungan pergaulan, ekonomi, politik, dll. Lho kok bisa? Ya, bisa saja. Ibu sudah mati-matian mendidik anaknya dengan benar, tapi karena lingkungan pergaulan memang rusak, anak menjadi terbawa arus. Kisah Ibu-Ibu yang membanting tulang mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga menjadi cerminan penerapan ekonomi kapitalisme di negeri ini. Eksploitasi perempuan dengan dalih kebebasan berekspresi atau kemandirian ekonomi menjerumuskan kaum Ibu ke dalam lubang kenistaan dengan mencerabutnya dari rumah, memisahkannya dari anak-anak, lantas membuka auratnya dan memamerkan kecantikannya di ruang publik. Hiii...pada ga mau kan?!

I Love U Mom...

Sobat Muslim, nama Ibu, seolah tak akan pernah henti disenandungkan lisan-lisan manusia. Karena seluruh manusia bermuara darinya. Banyak nama, namun satu makna; CINTA. Ia adalah muara cinta manusia di dunia. Tak heran jika sosok yang bernama Ibu ini dimuliakan oleh Allah SWT dan RasulNya. Bukan karena sosoknya, rupanya, atau yang lainnya. Namun karena kelembutan, cinta dan pengorbanannya.

Tidak cukup sampai di situ, sosok yang bernama Ibu ini juga dimuliakan Allah SWT. Allah SWT telah meninggikan derajatnya melebihi makhluk-makhluk lain yang ada di dunia ini. Ia telah dijadikan kunci pembuka pintu ampunan, ridha dan cintaNya. Tak heran jika Allah SWT memberinya keutamaan di antara keutamaan manusi,. "Surga di bawah telapak kaki Ibu.”

Keberadaan kita di dunia adalah karena keberadaannya. Ialah pengantar hidup kita dari Sang Pencipta. Ialah tangan-tangan ikhlas dari yang Maha Ikhlas. Ialah kaki-khaki ringan dari yang Maha Ringan. Cinta, pengorbanan, perjuangan, keikhlasan, kehangatan, rindu bahkan khawatir dan ketakutan telah bergumul menjadi jalinan penuh kesyahduannya. Itulah Ibu.

Sobat Muslim, sudah terlalu banyak mungkin cerita, ceramah atau tulisan yang mengupas bagaimana jasa-jasa sosok yang kita beri nama Ibu ini mengisi relung hati dan pikiran kita. Mulai dari saat kita berada dalam rahimnya. Saat melahirkan. Saat dibesarkan. Saat kita sakit. Saat kita terjatuh. Saat kita mandi. Saat kita lapar. Saat kita terkantuk. Saat kita sedih. Saat kita bahagia. Saat kita sekolah. Saat kita menangis. Saat kita tertawa. Saat kita kuliah. Saat kita bekerja. Bahkan saat kita menikah dan kita punya anak. Ia selalu menyertai kita. Ia tak henti-hentinya menjadi titik perhatiannya. Karena kita baginya adalah Cinta.

Tak cukup rasanya untuk mengurai tali-temali penuh harap ini. Tak cukup lembar-lembar yang ada dalam buku-buku kehidupan kita untuk menuangkannya. Tak cukup pena-pena yang ada untuk menuliskannya. Tak cukup bait-bait kalimat untuk menggambarkannya. Satu hal yang lebih penting dari semua itu adalah jawaban atas pertanyaan, "Sudahkah kita berbakti kepadanya? Sudahkan kita membahagiakannya? Sudahkah kita memberi yang terbaik untuknya?”.

Inilah yang selalu harus kita ingat dan selalu ada di hati kita. Inilah pendorong mengapa diri kita harus bangkit. Inilah pendorong mengapa diri kita harus berhasil. Inilah pendorong mengapa diri kita harus menjadi yang terbaik. Karena ia bukan beban. Tapi ia adalah pembangkit semangat, pembangkit cinta. Karena diri kita sudah saatnya memberi. Karena diri kita sudah saatnya mempersembahkan cinta terbaik untuknya.

Balasan apa yang akan kita berikan kepada Ibu? Apakah bisa kita menggantikannya dengan uang? Tentu saja tidak bisa, karena bukan itu yang Ibu kita harapkan. Ibu pun membutuhkan kasih sayang dari kita, dengan berbakti juga berbuat baik kepadanya, pasti akan membuat ia menjadi bangga kepada kita. Kita pun tidak boleh lupa untuk selalu mendoakannya, karena itulah ciri anak yang sholeh. Doa kita kepada Ibu akan selalu mengalir walau Ibu telah meninggalkan kita, semoga kita dijadikan sebagai anak yang bisa mengantarkan Ibu dan Ayah kita ke Syurga.

Mulai saat ini, lakukanlah yang terbaik untuknya. Berilah yang terbaik yang bisa kita berikan untuknya. Persembahkanlah yang terbaik yang bisa kita persembahkan untuknya. Mulai detik ini. Penuhilah setiap doa-doa kita dengan nama-namanya. Penuhilah setiap rasa dengan cintanya. Penuhilah setiap langkah dengan pendorongnya.

Sekarang teleponlah ia, smslah ia, suratilah ia, jika ia masih ada. Mintalah maaf kepadanya, mintalah ridha darinya. Kabarkankah kabar gembira kepadanya. Karena bahagia kita bahagianya. Duka kita juga duka baginya. Kabarkanlah bahwa Sobat muslim sedang bahagia, sedang rindu kepadanya, sedang ingin memeluknya, sedang ingin mencium tangannya. Sampaikanlah bahwa sobat muslim menyayanginya, "Ibu...Aku sayang Ibu..." Sampaikanlah kepadanya bahwa  sobat muslim mencintainya, " I love u Mom...!”

Mengapa? Karena kita tidak bisa melakukannya ketika ia sudah tiada!

Sobat Muslim, sesungguhnya, penderitaan kaum Ibu tak bisa serta merta terangkat hanya dengan peringatan Hari Ibu yang sifatnya seremonial sesaat. Perlu tindakan konkrit guna mengentaskan masalah kaum Ibu dan memberikan hak-haknya secara adil. Hal itu hanya bisa dilakukan jika sistem yang diterapkan adalah aturan hidup buatan Allah SWT, Maha Besar yang paling tau hakikat penciptaan manusia dan kehidupan, termasuk kaum Ibu. Wallahua’alam

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More