Iya, kemarin hari yang aneh. Hanya dalam beberapa jam aku mengalami pergantian peristiwa yang benar-benar membuat aku takjub. Waw, jarang-jarang ku seperti ini. Tetapi banyak hal yang aku dapatkan, dari kesedihan, kebingungan hingga kegembiraan, hahaha.. ada-ada saja. Hari ini aku bertemu kembali dengan seorang sahabat lama yang udah 7 tahun nggak jumpa. Kegembiraan menyelimutiku. Setelah bertemu, seperti kebanyakan dua orang yang saling mengenal tapi sangat lama tidak bertemu, kami menatap heran dengan perubahan masing-masing. Dia semakin kurus dan perbedaan pada bagian busana yang ia pakai dulu dengan sekarang. Hanya satu hal yang ia katakan padaku “Banyak hal yang terjadi padaku, ANDI. Sehingga aku berubah“. Tapi untuk ketulusan seorang dia, dia tetap seperti dulu. Dia tetap menjadi sahabat yang tidak pernah menampakkan kesedihannya di depan orang lain, tetap menjadi seseorang yang ceria, walaupun banyak cobaan hidup yang udah dia terima. Jujur, untuk masalah ini aku iri dengannya, dia saja yang diberikan cobaan hidup lebih kuat dariku bisa lebih tegar untuk menghadapi hidup, walaupun terus dicemooh oleh orang di sekitarnya. Bayangkan saja, di usianya yang ke 18 tahun ia menikah, dan di tiga hari pernikahan dia telah menjadi janda. Ini bukan dikarenakan mantan suaminya meninggalkan dunia, tetapi memang meninggalkan dirinya. Saat itu, mantan suaminya sangat banyak menuntut dari dirinya, sampai niatnya untuk kuliah pun dilarang. Sampai aku tanya, mengapa tidak didiskusikan dahulu sebelum menikah, ternyata pernikahannya saja terjadi seperti mimpi dan di luar dugaan dia. Kejadian itu bermula ketika ibunya dirawat di rumah sakit karena menderita liver , ada seorang pemuda dari pesantren ) datang melamarnya didampingi oleh seorang pemimpin di PESANTREN tersebut. Kemudian tanpa ba-bi-bu lagi dan tanpa meminta persetujuannya, akhirnya orang tua sahabatku ini langsung meng-iyakan dan langsung menetapkan tanggal untuk pernikahan sampai kepada jumlah mahar pernikahannya. Padahal saat itu sahabatku ini telah memiliki seseorang yang ia cintai. Akhirnya karena melihat keadaan ibunya yang tengah sakit, ia mengikuti apa yang menjadi keinginan orang tuanya. Tetapi sampai saat ini ia masih tetap menjadi wanita yang suci, ya seperti Anna Althafunnisa yang masih suci ketika dinikahi oleh Furqan.
Singkat cerita, akhirnya aku mengajak sahabatku ini jalan-jalan mengelilingi kota MAKASSAR. Aku ajak dia ke salah satu tempat makan favorit di KOTA MAKASSAR. Eh, tiba-tiba hadir adik angkatanku di SEKOLAH RENDAH DULU :) yang sengaja menemui aku untuk share masalah peng-apply-an dirinya sebagai salah satu calon untuk jabatan di organisasi yang pernah aku jabat sebelumnya. Setelah itu, aku pulang, dan ketika aku hendak mengambil motorku. Sial yang pertama , motorku terjepit di antara 3 barisan motor yang ada di belakang motorku. Sial yang kedua , si tukang parkirnya tiba-tiba kabur entah ke mana dan meninggalkan aku yang kesusahan dan kebingungan bagaimana mengeluarkan motorku dari jepitan motor yang lain. Untungnya tidak lama kemudian, adik angkatanku yang lainnya sampai di tempat itu dan mengeluarkan motorku hingga lepas dari jeratan itu. Dasar tukang parkir tidak bertanggung jawab. Belum selesai di situ, sial ketiga datang lagi. TIba-tiba handphoneku berdering, dan nama si penelepon tidak tertera di layar handphone. Lalu, langsung saja aku angkat. Tiba-tiba dari suara di sana yang memang agak nggak jelas terdengar, aku mendengar suara cewek yang lagi nangis sambil maki-maki orang yang lagi ditelponnya, dan itu aku (–”). Spontan aku terkejut, ini siapa lagi yang nggak tau siapa tiba-tiba nangis terus maki-maki orang seenaknya. Alhasil karena malas dengar tangisan dan makian yang nggak jelas dari seorang cewek itu, aku langsung mematikan handphoneku. Huff, ini menjadi peristiwa lainnya yang membuat saya menjadi kebingungan , ada apa hari ini?
Tidak sampai di sana kekesalanku. Setelah pergi dari tempat makan itu, aku dan sahabatku ke kawasan pantai , di sepanjang jalan pantai banyak penjual jagung bakar yang berjualan di situ. Kemudian aku bertemu dengan teman-temanku yang lain yang sedang duduk santai menikmati pemandangan pantai. Spontan saja aku langsung menghampiri mereka dan memarkir motorku pada daerah yang nggak jauh dari mereka. Eh, setelah aku markir motorku, si ibu penjual jagung bakar yang buka lapak jualan di dekat motorku langsung bilang gini “dek, mau makan jagung bakar di mana? Kalau bukan di sini, tolong pindahkan parkiran motornya, nggak boleh markir di situ”, kata ibu itu. Busyeeeettt… dalam hatiku, gilee aje, emang ini jalanan punya bapaknya si Ibu itu apa, atau bapaknya yang buat jalan di pantai iNI, apa hak dia nyuruh orang pindah, udah itu jalan pemerintah yang buat, seenaknya aja ngaku itu kawasan punya dia. Aarrrgh, aku benar-benar kesal, tapi karena aku pikir ibu itu lebih tua dan aku tidak ingin mencari keributan dengan orang yang nggak jelas seperti itu, paling nggak aku masih menghormati dia, akhirnya aku memindahkan motorku untuk diparkir di tempat lain. Pelajaran hari ini yang membut aku kesal dan bingung lagi, enak ya jadi masyarakat Indonesia sekarang, suka banget mengaku-ngaku satu kawasan miliknya, padahal jelas-jelas itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan dia ataupun ada silsilah keluarganya yang membangun kawasan itu. Punya pemerintah buk, kita makenya sama-sama. Lagian saya yakin si ibu itu juga nggak bayar pajak atau apapun di situ. Heu… (–”).
Setelah melupakan kejadian dengan si Ibu penjual jagung bakar yang tidak jelas itu, akhirnya aku bertemu dengan teman-temanku, dan tidak lama kemudian aku pamit, dan mengantarkan lagi sahabatku itu ke hotel tempat ia menginap, di tengah perjalanan akhirnya terkuak lagi satu kejadian yang membuat dia harus benar-benar kuat menghadapi hidup ini. Ayahnya menikah lagi dengan seorang perempuan yang kesehariannya “mencuci piring” di rumahnya. Dan perempuan itu masih berusia 16 tahun sedangkan Ayahnya sudah berusia 56 tahun. Dan pernikahan siri ayahnya tersebut baru diketahui setelah enam bulan mereka menikah. Whether the world is crazy? Banyak hal yang membuat ia sedih tapi ia harus kuat. Di satu sisi, dari segi hukum negara, ayahnya telah melanggar hak asasi anak dengan menikahi anak di usia 16 tahun. Dari sisi kedua, ayahnya adalah seorang agamawan yang sering memberikan ceramah-ceramah agama di pesantren, khatib di mesjid dan sebagainya, dan kini citra ayahnya di masyarakat umum benar-benar rusak. Di sisi yang ketiga ia harus tetap menjadi orang yang selalu bisa menemani dan memberikan semangat ke ibunya yang pastinya lebih sakit dengan kejadian ini. Dia sampai mengucapkan hal ini ke aku:
Aku nggak tahu ANDI, apa yang terjadi di hidupku serasa aku seperti bermimpi, dengan kejadian yang menimpaku, sekarang malah ada kejadian yang menimpa keluarga kami. Bahkan dalam mimpi pun, aku tidak pernah bermimpi akan melihat ayahku berpoligami secara diam-diam. Bahkan walaupun aku sering nulis puisi, aku nggak pernah mau menuliskan kehidupanku yang sekarang ini di kertas. Ini yang membuat aku sampai sekarang trauma untuk menikah lagi, aku takut aku akan mendapatkan kejadian yang sama seperti Ibuku. Dulu, aku mungkin bisa mengatakan aku adalah orang yang menentang poligami, tetapi setelah kejadian ini menimpa keluargaku, aku benar-benar seperti orang yang tidak tahu harus berpendirian ke mana. Di satu sisi aku harus tetap menyemangati ibuku. Ibuku menjadi sangat pendiam setelah kejadian itu. Aku harus tetap menanamkan pikiran positif ke Ibu, bahwa apa yang sekarang terjadi kepadanya pasti akan ada hikmahnya, hingga suatu hari ibunya berucap “jika memang dengan poligami ini menjadi ladang amal untuk ke syurga bagi Ibu, Ibu sudah ikhlas“. Tetapi apa yang terjadi? Setelah Ibuku mengucapkan itu, Ibuku semakin hari semakin kurus. Di sisi kedua, aku juga harus menjaga ayahku. Walaupun ayahku telah mengambil tindakan itu, ayahku tetap saja melanggar hukum, dan masyarakat sampai ingin membawa ayah ke kantor polisi, tapi aku harus menjaga ayah agar ini tidak terjadi. Kemudian aku dan ibuku juga harus menjaga rahasia agar perbuatan poligami ayahku tidak diketahui oleh pemerintah, karena ayahku adalah seorang PNS. Jika sampai ketahuan, maka ayahku akan dipecat dan itu akan memperburuk perekonomian keluarga kami. Dan di sisi ketiga, walaupun aku benci dan tidak pernah mau bertemu dengan istri kedua ayahku, yang seharusnya menjadi adikku itu, aku tetap harus menjaga dia. Dia masih sangat kecil, sedangkan dari pihak keluarga ibuku sangat kesal dan ingin memarahi dia sampai ingin mencelakai dia. Mau tidak mau aku harus menjaga dia. Ketika aku tanyakan ke ayah mengapa ayah melakukan hal ini, ayahku hanya menjawab “hati ayah sangat susah untuk ayah kontrol, dan lebi baik ayah menikah lagi”. Satu-satunya hal yang aku bisa katakan ke ayah “ayah telah mengambil tindakan ini, jadi apapun resiko ke depannya, ayah sendiri yang akan menanggung akibatnya”. Sampai pada akhirnya ANDI, aku melakukan balas dendam, aku memang saat ini memiliki orang yang aku sayangi, tetapi karena aku sakit melihat keadaan ibuku yang diperlakukan demikian oleh ayahku, aku sempat menerima sebelas cowok yang menembakku daam satu tahun, dan aku permainkan mereka semua. Hingga suatu hari ada seorang sahabat laki-laki yang menyadarkanku, dia mengatakan “laki-laki itu semua nggak sama, dan nggak bisa disamakan. Mereka nggak salah, jadi kamu nggak boleh untuk melakukan hal untuk mempermainkan mereka, itu nggak baik. Yang salah itu bukan mereka tetapi hati ayahmu yang melakukan itu.” Dan akhirnya setelah itu akunggak melakukan perbuatan untuk mempermainkan cowok-cowok itu lagi.Ketika aku mendengar apa yang diceritakan oleh sahabatku itu, aku benar-benar merasa aku berada dalam puncak kesedihan . Banyak hal yang membuat pikiran dan hatiku berkecamuk. Dimulai dari begitu kuatnya seorang ibu dari sahabatku ini. Aku benar-benar melihat sosok wanita yang kuat dari seorang sahabatku dan ibunya ini. Mereka bisa menerima keadaan mereka walaupun pada prosesnya mereka hampir tidak kuat menjalaninya. Selanjutnya, walaupun aku bukan siapa-siapa dikeluarga sahabatku, tapi aku tidak bisa menutupi kekecewaanku melihat tindakan yang ayahnya lakukan. Sampai aku berpikir begini:
Laki-laki selalu mengatakan mereka selalu menggunakan logika mereka dalam bertindak, mereka selalu mengejek wanita jika wanita menggunakan hati dan perasaannya secara berlebihan. Lalu apa bedanya dengan kasus ini, ayahnya berdalih bahwa hatinya tidak bisa dikontrol. Nah, kok bisa untuk masalah poligami seperti ini mereka meng-atasnamakan hati? Ke mana pikiran dan logika mereka saat itu?Yang aku bisa lakukan adalah hanya menyemangati sahabatku ini agar tetap terus berjuang dan nggak pernah menyerah dengan kehidupan. Aku yakinkan dia bahwa setiap perbuatan baik yang kita lakukan di dunia akan tetap dibalas dengan kebaikan di dunia juga, begitupun sebaiknya. Aku meyakinkan dia bahwa semua yang terjadi di dunia ini akan ada hikmahnya, dia harus banyak bersabar. Apa yang diceritakan sahabatku ini benar-benar membuat aku terus bersyukur dengan kehidupan yang telah diberikan oleh Allah kepadaku.
Setelah aku mengantar sahabatku pulang, aku pun pulang ke rumah karena hari telah larut malam. Sesampainya di rumah, ternyata ayah, ibu dan adik-adikku sedang pergi berbelanja ke BERANG2. Kemudian tak lama setelah itu mereka pun sampai di rumah. Dan olalaaa… tiba-tiba ayahku berkata, “inna, tadi ayah ketemu dengan dosen ayah yang sudah profesor yang menjadi partisipan dalam penelitian kamu. Ketika dia tahu kamu anak Ayah, dia langsung berkomentar bahwa kamu adalah mahasiswa yang pintar, jarang-jarang ada mahasiswa yang berani siap untuk menghadap dan bertemu dengan beliau. Katanya kamu berani mengambil sesuatu hal yang belum tentu orang lain akan mengambilnya. Beliau salut sama kamu“. Wah, saat aku mendengar apa yang dikatakan ayah, reaksiku hanya diam, tapi dalam hati aku sangat senang. Bukan karena dipuji oleh seorang profesor, ya walaupun ayahku senang karena aku dipuji oleh seorang profesor. Tetapi yang membuat aku senang adalah paling tidak dengan ucapan dari sang profesor tadi membuat aku semangat dan membuktikan kepada ayah dan ibu bahwa apa yang aku pilih untuk judul adalah hal yang benar, walaupun aku harus lebih telat selesai dibandingkan teman-temanku yang lain, itu tidak menjadi masalah. Dan setidaknya aku membuat kedua orang tuaku tersenyum kemarin, walaupun Tugas belum sepenuhnya siap, hehe
Dan ini benar-benar membuatku diselimuti kebahagiaan .
Huaaah, kemarin benar-benar seperti pelangi, sangat indah. Ada kekesalan, kebingungan, kebahagiaan, kesedihan… semua bercampur menjadi satu pada hari itu. Tapi semuanya mengandung hikmah yang besar untuk hidupku. Hidup ini benar-benar seperti pelangi, Kawan
Note: Tulisan tentang kisah hidup sahabtku itu telah mendapatkan izin penulisan dari yang bersangkutan. Terimakasih
3 komentar:
Itulah hidup, hidup yg selalu penuh dengan tantangan utk menguji kesabaran dan ketahanan..ketahanan hati,pikiran, jiwa, iman dan takwa..bagi yg lemah maka kalah ia...salam kenal ja sob..ceritanya penuh makna..thank's ya
Itulah hidup, hidup yg selalu penuh dengan tantangan utk menguji kesabaran dan ketahanan..ketahanan hati,pikiran, jiwa, iman dan takwa..bagi yg lemah maka kalah ia...salam kenal ja sob..ceritanya penuh makna..thank's ya
hihi hari yang menyebalkan.. tapi.. alhamdulillah masih dapat merasakan nikmatnya hidup. :)alhamdulillah
Post a Comment