Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (artinya: pemimpin-pemimpin, (panutanmu), sahabat setia (yang diikuti kemauannya), penolong atau pelindung); sebahagian mereka adalah panutan bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali (ikutan/panutan), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: “Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.
Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah Itulah yang pasti menang. (QS. Al Maidah 51-56)Saudaraku… Di hari-hari menjelang tanggal 14 Februari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Kita akan menjumpai hiasan interior yang berisi pernak-pernik yang didominasi dua warna; pink dan biru muda. Ada yang berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga.
Apa sebabnya? Karena sebentar lagi anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang yang tenar disebut Valentine Day. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang, ironisnya hal ini juga dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam seperti Indonesia. Entah karena latah, atau kebodohan yang mendasarinya.
Mereka menganggap perayaan “valentine day” ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda. Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung ritual religius peribadatan. Sedangkan Valentine Day sangat berkaitan dengan nilai peribadatan. Oleh karena itu para pemuda Islam yang ikut-ikutan merayakannya, dia akan terjerumus dalam kemusyrikan dan menjadi Musrtad dari Islam tanpa disadarinya. Seperti yang dinyatakan oleh Allah berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati (mengikuti) orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang kepada kekafiran, lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran 149)
SEJARAH VALENTINE’s DAY
SEJARAH VALENTINE’s DAY
Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April MoB, Hallowen: So What?” yang ditulis oleh saudara kita bang Rizki Ridyasmara, terbitan Pustaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Sesungguhnya ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini.Tetapi paling populer berkaitan dengan kisah dari pendeta Santo Valentinus yang hidup pada masa Kaisar Claudius II, Ia kemudian menemui ajalnya pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas, jika kita telisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (atau penyembahan dewa-dewi) Romawi Kuno, Valentine day adalah perayaan yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pada pertengahan bulan Februari dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Setiap tanggal 14 atau 15 Pebruari, para pendeta akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu dengan keyakinan bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), persembahan dilakukan untuk dewi cinta mereka (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus bersedia menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bercinta, bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, para sejarawan Kristen masih berbeda pendapat. Sekurangnya ada tiga nama Valentine yang disinyalir meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya Santo Valentine” termaksud. Kisahnya pun yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda-beda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintah Kerajaan Roma, marah dan memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan Santo Valentine ini karena ia menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang sudah menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari pendeta Santo Valentine. Ia secara diam-diam menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius II memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU VALENTINE
Tradisi mengirim kartu Valentine, sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Riwayatnya, pada tahun 1415 M, Duke of Orleans yang dipenjara di Tower of London, bertepatan dengan perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, mengirim kartu kepada isterinya di Perancis yang berisi puisi cinta. Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine”berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhannya orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian kata Ken Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala. Adapun Cupid (berarti: the desire), disebut sebagai Dewa cinta.Ia digambarkan si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah, ia adalah putra Nimrod “the hunter”dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan, sehingga diburu banyak perempuan.Bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest perzinahan dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa tentang siapa Santo Valentine ini juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi hubungan kisah antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan bahwa setiap tanggal 14 Februari merupakan hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan bahwa, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969, dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena hanya berdasarkan mitos atau legenda.
Namun demikian, ternyata misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu. Sayangnya pemuda-pemudi muslim juga ikut-ikutan terjerumus ke dalam budaya paganisme agama katholik roma ini.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN BISNIS
Hari Valentine yang masih dihidup-hidupkan hingga sekarang itu tidak lain adalah upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha televisi, penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang ingin meraup keuntungan sangat besar dari event itu, sekaligus untuk menjauhkan para pemuda dari keyakinan ajaran agamanya agar mengikuti apa mau mereka.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
PESTA KEMAKSIATAN
Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara.Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu valentine di Amerika berkat sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary” kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di seluuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang yang tulus dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day, yakni menyebarkan industry kemaksiatan, berkedok kasih sayang.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis.Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikkan.
PEMURTADAN TERSELUBUNG
PEMURTADAN TERSELUBUNG
Tiap tahun menjelang bulan 14 Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen dan penyembahan berhala Dewa dewi Romawi kuno, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja”, demikian celoteh bodoh remaja kita tersebut yang sekedar berkilah. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah dogma dan ideologi Kristiani dan perayaan penyembahan berhala-berhala, dan ini sangat dilarang di dalam ajaran Islam, karena pelakunya akan terjerumus dalam kesesatan dan Murtad tanpa disadarinya.
Nah, jika ada pemuda-pemudi Muslim ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka mereka telah ikut-ikutan melakukan penyembahan dan pengagungan dewa dewi mereka. Hal ini di dalam ajaran Islam sudah termasuk perbuatan musyrik atau mempersekutukan Allah SWT, yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Apakah kita mau mengorbankan keridhoan dan kasih sayang dan cinta Allah yang sebenarnya dengan kemurkaan-Nya hanya gara-gara ikut-ikutan merayakan Hari Valentine yang berisi kesenangan yang sangat sedikit tersebut?? Rasulullah saw telah bersabda: Barangsiapa mengikuti suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum itu (HR. Abu Daud & Ahmad)
Jadi,… ”Tidak semua yang kita anggap baik dan kita senangi itu bagus dan bermanfaat untuk kita, bahkan bisa jadi membahayakan dan merugikan kita.Allah Swt berfirman:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah 216). Wallohu a’lam.
Demikian, semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, serta melindungi kita dari segala tipu daya syetan dan bala tentaranya, baik yang dari golongan jin maupun yang dari golongan manusia.Amin.
Maha Suci Engkau Ya Tuhan kami, dan segala puji hanya milikMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan aku bertaubat kepadaMu.
0 komentar:
Post a Comment