Sunday, June 19, 2022

Perindu Generasi Shalahuddin

Oleh: Andi Mutmainnah Salam,S.S

“JIKA penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Kita akan mendapatkan bagian dari dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran,” demikian khutbah yang diucapkan Sultan Muhammad Al-Fatih di hadapan para pasukannya menjelang detik-detik penaklukan Konstantinopel. [Buku Muhammad Al Fatih 1453 M,] 

Konstantinopel (Kostantiniyye, Turki) yang sekarang adalah Istanbul, ibu kota Turki dahulunya adalah simbol Kekaisaran Romawi Timur. Hampir selama Abad Pertengahan, Konstantinopel merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa sebelum kemudian ditaklukkan oleh Utsmaniyah pada 1453 di bawah panglima gagah berani, Sultan Muhammad Al Fatih atau juga dikenal Sultan Mehmet II.

Ketika dia harus menggantikan ayahnya Sultan Murad II, usia Sultan Al Fatih masih sangat muda, 21 tahun. Rasanya tidak layak bagi anak remaja memimpin negara. Namun faktanya, di usia itulah ia telah mengantarkannya berkarya di pentas dunia dan namanya dikenang dalam sepanjang sejarah.

Kisah Sultan Muhammad Al Fatih adalah fakta kisah heroik seorang pemuda Islam yang sangat gigih meninggikan kalimat tauhid, seorang pemuda yang ingin membuktikan bisyarah, sebuah kabar gembira yang diturunkan Allah kepada umat Islam, sebagaimana sebuah hadits Rasulnya yang diriwayatkan oleh Ahmad berbunyi, “Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-sebaik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.”

Kini, setelah hampir beberapa abad era Muhammad Al Fatih (tepatnya 516 tahun), mari bandingkan kualitas pemuda hari ini. 

Budaya barat, musik, pergaulan bebas, tontonan yang jauh dari islam menjadikan pemuda pemuda kita asing dengan sejarah islam. Sedangkan islam tidak hanya sampai Ritual saja. Akhirnya umat islam merosot dan seperti buih di lautan..

Dampak negatif jejaring sosial juga sangat menggurita dan menyerbu remaja Muslim saat ini adalah serangan budaya hingga banyak dari mereka kehilangan identitas dan jati diri. 

Jangankan mengenal prinsip agama dan bangsanya, mempertahankan dirinya saja dari serbuan pengaruh hegemoni budaya Barat saja begitu sulit.

Dampak Hilangnya Identitas

Salah satu bagian penting yang banyak diungkap ahli sejarah tentang kalahnya umat Islam dalam Perang Salib –oleh gabungan negara-negara dari daratan Eropa— tidak lain karena lemahnya negeri dan pemimpin-pemimpin Islam akibat dari hilangnya persatuan, jati diri dan budaya agama mereka.

Akibatnya, antara satu muslim dengan muslim yang lain tidak saling mengikat dan memperhatikan. Mereka menjadi lemah karena disibukkan budaya-budaya asing dan perpecahan antar mereka sendiri

Di bawah pimpinan raja-raja yang lemah secara tauhid, pribadi dan kepemimpinannya, jadikan kerajaan-kerajaan Islam dikalahkan tanpa sedikitpun perlawanan.

Seperti halnya sekarang ini, di mana banyak remaja-remaja Muslim telah kehilangan jati diri, akibat kepungan westernisasi budaya. Maka bukan tidak mungkin kelak mereka akan menjadi generasi lemah terhadap musuh, sehingga begitu mudah musuh menaklukkan kita.

Tidak ada salahnya kita berbuat sesuatu. Setidaknya menyiapkan generasi anak-anak adik-adik kita menjadi pemuda Muslim berkarakter, remaja Muslim yang rindu majelis-majelis ilmu sebagaimana Imam Syafi’i dan Imam Nawawi, pemuda generasi islam yang hebat tidak terlahir dari para pencinta musik dan sinetron series

Kita rindu remaja yang meneteskan air matanya di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala di kala malam, bukan sebagaimana remaja Barat yang sibuk dengan pesta, hang out, 

Negeri muslim saat ini butuh pemuda yang mempunyai tekad menegakkan panji-panji Islam layakya seperti Muhammad Al Fatih Bin Murad Atau Solahuddin Al Ayyubi sang penakluk Jerussalem. Wallah a’lam bi ash-shawab




0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More